Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Sabtu, 21 September 2019

Tinjauan Terhadap Schadenfreude, Senang Orang Susah

Ayub 31:29 Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka


Schadenfreude hampir sama dengan Gloating, yaitu : bernyaman dalam kesuksesan dirinya di atas ketidakberuntungan orang lain dengan 'kebahagiaan' dan atau menunjukkan kesenangan pada kesuksesan mereka sendiri atau pada kegagalan orang lain dengan cara yang arogan dan tidak menyenangkan. Dalam psikologi yang dipakai adalah istilah schadenfreude

Teks di atas (Ayub 31:29) adalah pengakuan Ayub yang merasa dirinya tidak bersalah atas pernyataan Bildad, orang Suah yang diantaranya berkata "Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih? Teks di atas menyatakan keunggulan moral Ayub yang lebih dari rata-rata manusia dimana tidak bersukacita karena pembencinya dan tidak bersorak-sorai bila ditimpa malapetaka. Orang yang gembira atas musuhnya mendapatkan kecelakaan sekarang dikenal dengan istilah Schadenfreude menurut Mina Cikara dalam jurnal Annals of the New York Academy of Sciences dianggap perilaku normal. Ayub memiliki nilai moral dan standar nilai di atas rata rata manusia pada umumnya.

Schadenfreude berasal dari kosa kata Jerman di tahun 1740. Schadenfreude secara harafiah tersusun dari kata schaden yang berarti ‘kecelakaan’ dan freude yang berarti ‘kebahagiaan’ atau “sakit bahagia”. Schadenfreude adalah rasa senang, gembira, atau puas yang muncul setelah melihat atau mendengar kabar seseorang yang sedang mengalami kesulitan, kegagalan atau kehinaan. Dalam bahasa Inggris, istilah yang serupa tetapi jarang digunakan adalah "epicharikaky", yang merupakan serapan dari bahasa Yunani epichairekakia (ἐπιχαιρεκακία, pertama kali ditulis oleh Aristoteles, dari ἐπί (epi0 'atas', χαρά chara 'kegembiraan', dan κακόν kakon 'jahat'. Schadenfreude secara sederhana adalah "senang lihat orang susah, susah lihat orang senang". Schadenfreude meski baru dikenal 1740 namun sudah dipelajari zaman Aristoteles dan sudah menjadi hal umum di zaman purba saat Ayub hidup.

Shensheng Wang dari Emory University mencontohkan Schadenfreude adalah kebahagiaan saat seorang selebriti ternama karirnya mundur, saat seorang penjahat bengis dijebloskan ke penjara, atau saat tim sepak bola musuh kalah. Schadenfreude memiliki keragaman situasi yang menyebabkan otak melepaskan hormon dopamin yang membuat bahagia saat melihat orang lain alami kesulitan, kegagalan, kehinaan dan kecelakaan. Keragaman faktor penyebab diantaranya:
  • Berdasarkan perbandingan sosial sehingga fokus kepada jnteraksi iri hati dan dengki.
  • Berdasarkan keadilan dan kesetaraan sehingga apakah si penderita layak mengalami kesusahan.
  • Berdasarkan dinamika antar kelompok dimana anggota kelompk mendapat rasa senang dari kesusahan yang dirasakan orang di luar kelompok,
Penelitian menemukan fakta anak-anak sudah merasakan schadenfreude dari usia dini. Contoh:
  • Pada umur empat tahun, anak-anak melihat kesusahan orang lain - tersandung dan jatuh ke lumpur - lebih lucu kalau orang itu sebelumnya berbuat jahat ke anak-anak lain, misalnya merusak mainannya.
  • bayi-bayi usia sembilan bulan diperlihatkan boneka-boneka yang saling berinteraksi. Beberapa boneka “menikmati” makanan yang juga dimakan oleh bayi-bayi itu, sementara boneka lain tidak.
    Saat beberapa boneka “berbuat jahat” pada boneka lain, bayi-bayi ini lebih suka melihat boneka yang tidak mendapat makanan sama yang dijahati ketimbang boneka yang mendapat makanan seperti mereka.
Penelitian menghasilkan schadenfreude adalah emosi kompleks yang sepertinya termaktub mendalam pada manusia dan akhirnya Shensheng Wang, Scott Lilienfeld, Philippe Rochat menyatakan bahwa schadenfreude sebagai suatu bentuk dehumanisasi - tindakan yang menggambarkan dan memandang orang lain lebih rendah derajatnya dari manusia. Dimana dehumanisasi sering dikaitkan dengan hal buruk, yaitu menghapus kemanusiaan orang lain, sebuah fenomena yang ada dalam ruang penyiksaan, medan perang, dan propaganda rasis. Mereka memiliki hipotesis bahwa semakin besar empati yang seseorang rasakan terhadap orang lain, semakin kecil kemungkinan mereka merasakan schadenfreude terhadap orang tersebut.

Beberapa penelitian telah menghasilkan bukti bahwa harga diri memiliki hubungan negatif dengan frekuensi dan intensitas schadenfreude yang dialami oleh seorang individu. semakin rendah harga diri yang dimiliki seseorang, semakin sering dan / atau semakin intens mereka akan mengalami schadenfreude. Kebalikannya juga berlaku - mereka yang memiliki pengalaman harga diri yang lebih tinggi schadenfreude lebih jarang dan / atau dengan intensitas emosi yang lebih sedikit

Alkitab memberi contoh bahwa manusia memiliki emosi schadenfreude, antara lain:
  • Hakim hakim 16:25 Ketika hati mereka riang gembira, berkatalah mereka: "Panggillah Simson untuk melawak bagi kita." Simson dipanggil dari penjara, lalu ia melawak di depan mereka, kemudian mereka menyuruh dia berdiri di antara tiang-tiang.
  • 1 raja-raja 21:7 Kata Izebel, isterinya, kepadanya: "Bukankah engkau sekarang yang memegang kuasa raja atas Israel? Bangunlah, makanlah dan biarlah hatimu gembira! Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur Nabot, orang Yizreel itu."
  • Mazmur 35:15 Tetapi ketika aku tersandung jatuh, bersukacitalah mereka dan berkerumun, berkerumun melawan aku; orang-orang asing yang tidak kukenal menista aku dengan tidak henti-hentinya;
  • Lukas 22:5 Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya.
  • Wahyu 11:10 Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi.
Schadenfreude dikatakan dalam Wahyu terjadi atas seluruh manusia saat dua saksi Allah tewas. Hal ini membuktikan emosi schadenfreude dimiliki oleh manusia yang telah jatuh dalam dosa sehingga tidak empati terhadap meninggalnya dua saksi Allah pada zaman mendatang yang diduga menjadi trending topik dunia baik di televisi, internet, media massa lainnya dan percakapan sehari-hari.

Schadenfreude dianggap hal yang wajar meskipun adalah suatu bentuk dehumanisasi, Alkitab menyatakan hal tersebut akan mendapatkan hukuman dari Tuhan. Dalam Amsal 17:5 Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira karena suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman. Penulis Amsal memastikan bahwa manusia yang gembira karena suatu kecelakaan akan mendapatkan hukuman. Dehumanisasi mulai terjadi sejak Adam menyalahkan Hawa peenyebab manusia memakan buah yang dilarang Tuhan. Karena Ada Tuhan yang menjadi Hakim maka melakukan schadenfreude adalah tindakan yang mencelakakan diri sendiri sekalipun pada awalnya mendatangkan kebahagiaan. ( Lihat Yehezkiel 25:15 Beginilah firman Tuhan ALLAH: "Oleh karena orang Filistin membalaskan dendam kesumat dan di dalam kegembiraannya atas kecelakaan Israel melakukan pembalasan dengan melakukan pembinasaan karena rasa permusuhan yang turun-temurun,...... bandingkan dengan Yohanes 16:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.)

Schadenfreude berkaitan dengan harga diri manusia dimana Firman Tuhan menyatakan bahwa semua manusia berharga di mata Tuhan. Karena manusia berharga maka bentuk kebahagiaan karena orang lain celaka, kegagalan, kesulitan dan kehinaan adalah tindakan menghina Pencipta bukan hanya dehumanisasi. (Mazmur 139:13,14 Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.) Kita harus menjaga martabat dan harga diri sesama ciptaan Tuhan.

Nasihat lain dari Firman Tuhan ( Alkitab ) tentang Schadenfreude, diantaranya:
  • Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok, supaya TUHAN tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan murkanya dari pada orang itu. (Amsal 24:17-18)
  • "Bersukacitalah dengan mereka yang bersukacita, dan menangislah dengan mereka yang menangis." (Roma 12:15)
Schadenfreude masalah klasik manusia dan Firman Tuhan telah memberi jalan keluar agar kita sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan saling mengasihi dan empati serta menolong terhadap mereka alami masalah berupa kesulitan, kegagalan, kehinaan dan kecelakaan.



Tulisan lainnya:
Integritas Dalam Dosa
Berjuang Melawan Iri Hati
Antara Hedonis Dan Bersenang-senang Menurut Alkitab
Bersedih Lebih Baik Dari Tertawa
Mengatasi Sakit Hati
Kasih Setia Tuhan Berdasarkan Ratapan


Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)