Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Minggu, 14 Juni 2020

Kisah Balak bin Zipor


Balak bin Zipor בָּלָ֖ק בֶּן־ צִפּ֑וֹר pertama kali muncul dalam Bilangan 22:2 yang berkaitan dengan Bangsa Israel dalam perjalanan mereka memasuki negeri Moab. Menurut Enhanced Strong's Lexicon dan The Abridged Brown Briggs Hebrew-English Lexicon of the Old Testament artinya devastator atau penghancur.

Praktis tidak ada catatan tentang sepak terjang Balak bin Zipor sehingga menyulitkan apakah ia hidup sesuai arti namanua atau tidak. Richard T. Ritenbaugh mencoba menjelaskan , "Nama Balak berarti 'penghancur', nama yang sangat jahat. Namun, nama ayahnya, Zipor berarti 'burung pipit', yang termasuk burung yang paling banyak terbang. Seorang tidak dapat merayap mendekati burng pipit, karena mereka terbang dengan gerakan sangat gesit. Jadi, inilah balak yang perkasa, penghancur, putra Zipor, burung pipit. Sang penghancur takut, takut bertingkah seperti burung pipit!" Kita melihat keinginan Balak bin Zipor untuk kehancuran Bangsa Israel, "karena itu, datanglah dan kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia memperoleh berkat, dan siapa kaukutuk, dia kena kutuk." Balak bin Zipor akan menghantam dan memukul bangsa Israel jika sudah dikutuk Bileam. Tidak ada keinginan untuk diplomasi dan mengadakan perjanjian yang ada keinginan menghancurkan.

Hebrew Roots / Torah observance menyatakan "Balak adalah penguasa militeristik, hidup dan berinteraksi dengan penguasa militeristik lainnya dalam masyarakat yang pada dasarnya tidak memiliki apa yang kita pahami sebagai nilai-nilai moral. Di dunianya, sebuah bangsa yang perkasa hanya berlari dari satu kemenangan kepada kemenangan berikutnya, dan tidak akan berhenti kecuali dipukul mundur," Namun sayang, dia penghancur yang ketakutan!

Bilangan 22:4b dikatakan, "Adapun pada waktu itu Balak bin Zipor menjadi raja Moab." Albert Barnes berpendapat, "Balak putra Zipor bukan raja turun temurun tetapi seorang Midian, dan bahwa perubahan dinasti telah terjadi. Nama ayahnya, Zipor, 'burung pipit', mengigatkan kita pada orang-orang Midian lainnya, misalnya, Oreb, 'gagak', Zeeb. 'serigala'. Mungkin kepala suku Midian mengambil keuntungan dari kelemahan orang Moab setelah kemenangan orang Amori untuk menjadikan mereka sebagai pangeran di negeri itu."

Targum Yonatan berpendapat bahwa orang Midian dan Moab memerintah secara bergantian begitu lama; dan bahwa Balak adalah orang Midian,... tetapi tampaknya ia adalah raja yang berturut-turut setelah ayahnya Zipor; dan desain ungkapan itu hanya menunjukkan, bahwa dia yang sebelumnya disebutkan, Bilangan 22:2 adalah pangeran yang memerintah..." Artinya bahwa kedudukan Balak bin Zipor sebagai raja bisa diangggap tidak sah.

Bagaimanapun juga, Balak bin Zipor cepat merespons ketika keadaan kacau. Orang Moab sangat gentar terhadap bangsa Israel, karena jumlahnya banyak, dan kemudian mereka berbicara kepada tua-tua Midian yang ketakutan dibinasakan oleh bangsa Israel. Balak bin Zipor mengirim utusan kepada Bileam bin Beor di tepi sungai Efrat dengan pesan: 'ketahuilah, ada suatu bangsa keluar dari Mesir; sungguh, sampai tertutup permukaan bumi olehnya, dan mereka sedang berkemah di depanku." Pernyataan bahwa bangsa Israel menutupi permukaan bumi adalah pernyataan hiperbola.

Moab dan Balak ketakutan karena sebelum Israel berkemah di depan mereka, Israel sebelumnya minta izin melewati daerah Amori tidak diizinkan oleh Sihon, raja orang Amori. Sihon melakukan serangan kepada orang Israel tetapi Israel menang dalam perang melawan bangsa Amori yang dipimpin Sihon. Moab dan Midian takut karena Amori yang kuat dikalahkan oleh Israel.

Balak adalah orang yang ulet dalam mencapai apa yang diinginkannya. Balak yang mengirim utusan beserta upah penenung tidak menyerah saat pencobaan pertama untuk mendatangkan Bileam gagal. Mula-mula Bileam tidak mau pergi, karena menurutnya dalam mimpi dilarang oleh Allah. Balak mengutus pula pemuka-pemuka lebih banyak dan lebih terhormat dari yang pertama. Setelah mereka sampai kepada Bileam, berkatalah mereka kepadanya: "Beginilah kata Balak bin Zipor: Janganlah biarkan dirimu terhalang-halang untuk datang kepadaku, sebab aku akan memberi upahmu sangat banyak, dan apapun yang kauminta dari padaku, aku akan mengabulkannya. Datanglah, dan serapahlah bangsa itu bagiku."(Bilangan 22:14-17). Akhirnya Bileam diberi izin untuk pergi asalkan hanya mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah.

Ketika Balak mendengar, bahwa Bileam datang, keluarlah ia menyongsong dia sampai ke Kota Moab di perbatasan sungai Arnon, pada ujung perbatasan itu. Dan berkatalah Balak kepada Bileam: "Bukankah aku sudah mengutus orang memanggil engkau? Mengapakah engkau tidak hendak datang kepadaku? Sungguhkah tidak sanggup aku memberi upahmu?" Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: "Ini aku sudah datang kepadamu sekarang; tetapi akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang akan ditaruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.

Balak bin Zipor memiliki banyak hal tetapi bukanlah raja yang bijaksana karena dia mengukur keberadaan orang lain dengan apa yang ia miliki yang mengambarkan kesombongan terhadap kekayaan yang dimiliki. Di sisi lain Bileam sebagai petenung yang hidup tergantung upah yang diterima. Dengan bahasa saat ini Balak bin Zipor berkata, "Aku ini raja, yang memiliki kuasa, aku ini punya banyak harta, jadi aku sanggup menjadikan engkau orang terhormat dan punya banyak harta. Mengapa kamu meragukannya?" Ini bentuk kesombongan.

Bileam telah berkata kepada Balak bin Zipor, "Perkataan yang diataruh Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan." Ketika Beliam selesai memberkati bangsa Israel, Balak bin Zipor berkata, "Apakah yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerampah musuhkulah aku menjemput engkau, tetapi sebaliknya engkau memberkati mereka." Balak bin Zipor menentang firman TUHAN dan sekaligus menentang Tuhan. Balak berkata kepada Bileam setelah memberkati Israel, "Jika sekali-kali tidak mau engkau menyerampah mereka, janganlah sekali-kali memberkatinya. Bileam menjelaskan hanya bisa mengatakan apa yang ditaruh Tuhan dalam mulutnya. Hal ini terjadi hingga tiga kali dan Bileam tiga kali memberkati Israel.

Balak bin Zipor masih memiliki pandangan "sesembahan lokal", artinya TUHAN Israel hanya dianggap Tuhan lokal, yaitu Tuhan yang hanya sanggup melindungi bangsa Israel di satu tempat saja, kuasa-Nya tidak berlaku di wilayahnya, sehingga Dia bisa dilawan. Balak bin Zipor tidak menyadari Tuhan Israel ada di setiap lokasi dan Mahakuasa.

Balak bin Zipor marah kepada Bileam dengan meremas-remas jarinya. enyahlah engkau ke tempat kediamanmu; aku telah berkata kepadamu aku telah bermaksud memberi banyak upah kepadamu, tetapi TUHAN telah mencegah engkau memperolehnya." Tetapi berkatalah Bileam kepada Balak: "Bukankah telah kukatakan juga kepada utusan-utusan yang kaukirim kepadaku: Sekalipun Balak memberikan kepadaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup melanggar titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat atas kemauanku sendiri; apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan. Dan sekarang, aku ini sudah hendak pergi kepada bangsaku; marilah kuberitahukan kepadamu apa yang akan dilakukan bangsa itu kepada bangsamu di kemudian hari...diantaranya, "Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set."

Bileam dan pulang ke tempat kediamannya; dan Balakpun pergilah juga. Tetapi Flavius Yosefus menyatakan Bileam meskipun tidak menyampaikan kutukan kepada bangsa Israel, menasihati Balak dan para pemimpin Midian cara untuk membuat Israel terkutuk, yaitu dengan membuat mereka berdosa kepada Allah. Bileam menyuruh mereka mengirim wanita-wanita paling cantik untuk membujuk orang-orang Israel untuk menyembah berhala. Siasat ini berhasil dan dalam waktu singkat banyak orang Israel tergoda dan disesatkan. Kitab Bilangan mencatat adanya hubungan antara Bileam (dan tersirat juga melibatkan Balak) dengan peristiwa Baal-Peor: "Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN. Tulisan Flavius Yosefus sejajar dengan pernyataan Kitab Wahyu 2:12-14 bahwa Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zina

Balak tidak disebutkan lagi kisahnya di Bilangan (hanya dari bilangan 22 sampai 25:9) diduga telah meninggal ketika Yosua memasuki tanah Kanaan. Yang diberikan TUHAN kepada Israel adalah tanah Kanaan sehingga Balak memiliki kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan serta hendak memusnahkan Israel seperti yang dilakukan Amori dengan cara mengutuk sumpah serapah terlebih dahulu dan beranggapan dengan memberi upah yang menarik ke Bileam semuanya lancar. Kesia-siaan belaka yang didapatkan Balak saat melawan kehendak dan rencana Tuhan.



Tulisan lainnya:
Kegagalan Beriman Menurut Kitab Yudas
Waspada Terhadap Berhala
Sikap Mencari TUHAN
Peperangan Dengan Roh Roh Teritorial
Allah Dalam Sidang Ilahi
Kerajaan Allah


Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat disampai lewat : ruach.haphazard393@passinbox.com

Label Mobile

biblika (82) budaya (47) dasar iman (93) Dogmatika (74) Hermeneutika (75) karakter (41) konseling (79) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (68) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (90) tokoh alkitab (44) Video (9)