Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Sabtu, 28 Oktober 2023

Alkitab Terhadap Komunikasi Filsafat

Komunikasi filsafat meliputi percakapan, diskusi, ceramah dan penulisan yang menyampaikan gagasan-gagasan filosofis, seperti konsep kebenaran, keadilan, dan keindahan. Komunikasi juga dapat digunakan untuk mengkritik atau membangun argumen terhadap gagasan-gagasan filosofis. Secara tradisonal komunikasi filsafat meliputi:
  • Gagasan kebenaran dalam ruang lingkup komunikasi adalah gagasan bahwa informasi yang disampaikan harus akurat dan sesuai dengan fakta. Dalam komunikasi, kebenaran penting untuk membangun kepercayaan dan pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan.
  • Gagasan keadilan dalam ruang lingkup komunikasi adalah gagasan bahwa semua orang harus diperlakukan secara adil dan setara. Dalam komunikasi, keadilan penting untuk menciptakan lingkungan komunikasi yang kondusif dan inklusif.
  • Gagasan keindahan dalam ruang lingkup komunikasi adalah gagasan bahwa komunikasi harus estetis dan menarik. Dalam komunikasi, keindahan penting untuk menarik perhatian dan meningkatkan pemahaman pesan.
Komunikasi filsafat harus mengunakan prinsip dasar dalam berkomunikasi, seperti:
  • Gunakan bahasa yang jelas dan akurat.
  • Bersikaplah objektif dan tidak bias.
  • Pertimbangkan perspektif orang lain.
  • Gunakan bahasa yang menarik dan menggugah.
Filsafat saat ini adalah filsafat post modern yang berbeda dengan filsafat tradisional:
  1. Dalam paham tradisisional maka kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang objektif dan absolut, keadilan dianggap sebagai sesuatu yang universal dan berlaku untuk semua orang, dan keindahan dianggap sebagai sesuatu yang dapat diukur dan disepakati secara umum.
  2. Dalam paham post modern, kebenaran, keadilan, dan keindahan dianggap sebagai sesuatu yang relatif dan subjektif. Kebenaran tidak dianggap sebagai sesuatu yang objektif, melainkan sebagai konstruksi sosial yang dibentuk oleh berbagai faktor, seperti budaya, ideologi, dan kepentingan. Keadilan juga tidak dianggap sebagai sesuatu yang universal, melainkan sebagai sesuatu yang disepakati oleh masyarakat tertentu pada waktu dan tempat tertentu. Keindahan juga tidak dianggap sebagai sesuatu yang dapat diukur dan disepakati secara umum, melainkan sebagai sesuatu yang diinterpretasikan secara berbeda oleh setiap orang.
A. Gagasan Kebenaran Dalam Filsafat

Pandangan Filsafat post modern terhadap kebenaran
  • Jean-François Lyotard (1924-1998) berpendapat bahwa kebenaran adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai secara objektif. Kebenaran adalah konstruksi sosial yang dibentuk oleh berbagai faktor, seperti budaya, ideologi, dan kepentingan. "Kebenaran adalah sebuah permainan bahasa."
  • Jacques Derrida (1930-2004) berpendapat bahwa kebenaran adalah sesuatu yang tidak stabil dan selalu berubah. Kebenaran tidak dapat diyakini secara mutlak, karena selalu ada kemungkinan untuk dikritisi dan dibantah. "Kebenaran adalah sebuah aporia."
  • Michel Foucault (1926-1984) berpendapat bahwa kebenaran adalah sesuatu yang dibentuk oleh kekuasaan. Kebenaran yang diakui sebagai kebenaran adalah kebenaran yang menguntungkan kelompok yang berkuasa. "Kebenaran adalah sebuah relasi kekuasaan."
  • Gilles Deleuze (1925-1995) berpendapat bahwa kebenaran adalah sesuatu yang tidak dapat didefinisikan secara tunggal. Kebenaran adalah sesuatu yang kompleks dan multidimensi. "Kebenaran adalah sebuah proses."
  • Jean Baudrillard (1929-2007) berpendapat bahwa kebenaran telah hilang dalam masyarakat post modern. Kebenaran telah digantikan oleh simulacra, yaitu imitasi yang tidak ada aslinya. "Kebenaran adalah sebuah simulacra."
  • Fredric Jameson (1934-2016) berpendapat bahwa kebenaran adalah sesuatu yang relatif dan subjektif. Kebenaran tidak dapat dicapai secara objektif, karena selalu ada bias dari perspektif kita. "Kebenaran adalah sebuah relasi sosial."
  • Richard Rorty (1931-2007) berpendapat bahwa kebenaran adalah sesuatu yang tidak penting. Yang penting adalah bagaimana kita menggunakan kebenaran untuk meningkatkan kehidupan kita. "Kebenaran adalah sebuah alat."
  • Stanley Fish (1938-2022) berpendapat bahwa kebenaran adalah sesuatu yang tidak ada. Kebenaran adalah konstruksi sosial yang dibentuk oleh interpretasi kita. "Kebenaran adalah sebuah interpretasi."
  • Judith Butler (1956-sekarang) berpendapat bahwa kebenaran adalah sesuatu yang dibentuk oleh kekuasaan. Kebenaran yang diakui sebagai kebenaran adalah kebenaran yang menguntungkan kelompok yang berkuasa. "Kebenaran adalah sebuah performatif."
Dilema kebenaran dari sudut pandang post modern adalah dilema yang muncul dari pandangan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang relatif dan subjektif. Dalam paham post modern, kebenaran tidak dianggap sebagai sesuatu yang objektif, melainkan sebagai konstruksi sosial yang dibentuk oleh berbagai faktor, seperti budaya, ideologi, dan kepentingan. Dilema kebenaran dari sudut pandang post modern dapat dirumuskan sebagai berikut:
  • Jika kebenaran adalah relatif dan subjektif, maka bagaimana kita dapat membedakan antara kebenaran dan kepalsuan?
  • Jika kebenaran adalah konstruksi sosial, maka bagaimana kita dapat menghindari bias dan hegemoni dalam menentukan kebenaran?
Filsafat manusia alami perubahan tetapi pandangan Alkitab terhadap kebenaran tetap. Alkitab memandang kebenaran itu objektif dan absolut. Kebenaran tidak ditentukan oleh manusia, tetapi oleh Allah. Kebenaran adalah sifat Allah, dan Allah adalah sumber dari segala kebenaran. Allah Sang Firman yang tidak kelihatan mengosongkan diriNya ambil rupa manusia dan bernama Yesus. Perhatikan:
  • Yohanes 14:6: "Kata Yesus kepadanya: 'Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.'"
  • Kolose 1:15-17:"Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala ciptaan. Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, maupun pemerintah, maupun penguasa-penguasa. Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia."
Pandangan Alkitab tentang kebenaran memiliki beberapa implikasi penting. Seperti:
  • Pertama, pandangan ini mendorong kita untuk mencari kebenaran. Jika kebenaran adalah objektif dan absolut, maka kebenaran adalah sesuatu yang layak untuk dicari.
  • Kedua, pandangan ini mendorong kita untuk menerima kebenaran. Jika kebenaran adalah objektif dan absolut, maka kebenaran adalah sesuatu yang harus kita terima, bahkan jika itu bertentangan dengan keinginan kita.
  • Ketiga, pandangan ini mendorong kita untuk membagikan kebenaran. Jika kebenaran adalah objektif dan absolut, maka kebenaran adalah sesuatu yang harus kita bagikan kepada orang lain, sehingga mereka pun dapat dapat mengenal kebenaran.
Deklarasi bahwa Yesus adalah kebenaran menarik perhatian dari filsuf post modern menjadi dua kelompok, yaitu:
  1. Pandangan yang menolak pernyataan tersebut karena berpendapat bahwa pernyataan Yesus adalah kebenaran adalah sebuah klaim yang tidak dapat dibuktikan secara objektif. Kebenaran adalah sesuatu yang relatif dan subjektif, dan tidak ada kebenaran yang absolut. Oleh karena itu, pernyataan Yesus adalah kebenaran hanyalah sebuah interpretasi dari perspektif tertentu, yaitu perspektif orang Kristen.
  2. Pandangan yang menerima pernyataan tersebut karena berpendapat bahwa pernyataan Yesus adalah kebenaran dapat diterima, meskipun kebenaran adalah sesuatu yang relatif dan subjektif. Kebenaran adalah sesuatu yang kompleks dan multidimensi, dan tidak dapat didefinisikan secara tunggal. Oleh karena itu, pernyataan Yesus adalah kebenaran dapat menjadi salah satu kebenaran yang ada, meskipun tidak dapat dianggap sebagai kebenaran yang absolut serta Kebenaran tidak hanya bersifat objektif, melainkan juga bersifat personal. Kebenaran adalah sesuatu yang bermakna bagi setiap orang, dan setiap orang memiliki kebenarannya masing-masing. Oleh karena itu, pernyataan Yesus adalah kebenaran dapat menjadi kebenaran yang bermakna bagi orang Kristen.
Jika menerima Yesus adalah kebenaran ada beberapa penerapan pandangan Alkitab tentang kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, misal:
  • Kita dapat mencari kebenaran dengan membaca Alkitab dan dengan berdoa. Alkitab adalah Firman Tuhan, dan itu adalah sumber kebenaran yang utama. Doa adalah cara kita berkomunikasi dengan Tuhan, dan kita dapat meminta Tuhan untuk memimpin kita kepada kebenaran.
  • Kita dapat menerima kebenaran dengan memiliki hati yang terbuka dan dengan bersedia untuk mengakui kesalahan kita. Kebenaran mungkin tidak selalu menyenangkan, tetapi kita harus bersedia untuk menerima kebenaran, bahkan jika itu bertentangan dengan keinginan kita.
  • Kita dapat membagikan kebenaran dengan membagikan Injil kepada orang lain. Injil adalah berita tentang keselamatan melalui Yesus Kristus, dan itu adalah kebenaran yang paling penting untuk diketahui. Kita juga dapat membagikan kebenaran dengan berbicara menentang ketidakadilan dan dengan melakukan kebenaran di setiap bidang kehidupan kita.

B. Gagasan Keadilan Dalam Filsafat

Filsuf post modern menolak gagasan tentang keadilan yang absolut. Mereka berpendapat bahwa keadilan adalah sesuatu yang relatif dan subjektif, dan dibentuk oleh berbagai faktor, seperti budaya, ideologi, dan kepentingan. Beberapa pandangan filsuf post modern tentang keadilan:
  • Michel Foucault berpendapat bahwa keadilan adalah konstruksi sosial yang digunakan untuk melegitimasi kekuasaan. Menurut Foucault, keadilan tidak bersifat objektif, melainkan selalu bersifat subjektif dan berpihak.
  • Jean-François Lyotard berpendapat bahwa keadilan adalah narasi besar yang digunakan untuk menyatukan masyarakat. Menurut Lyotard, keadilan tidak bersifat universal, melainkan selalu bersifat lokal dan kontekstual.
  • Jacques Derrida berpendapat bahwa keadilan adalah sesuatu yang selalu tertunda dan tidak dapat dicapai secara sempurna. Menurut Derrida, keadilan adalah proses yang selalu berjalan dan selalu terbuka untuk interpretasi.
Dilema keadilan post modern adalah tantangan yang dihadapi oleh pandangan keadilan post modern. Dilema ini muncul dari sifat keadilan yang relatif dan subjektif dalam pandangan post modern, seperti:
  • Dilema keadilan post modern adalah tentang bagaimana menentukan apa yang adil. Jika keadilan adalah sesuatu yang relatif dan subjektif, maka tidak ada satu standar keadilan yang berlaku universal. Hal ini dapat membuat sulit untuk menentukan apa yang adil dalam suatu situasi tertentu.
  • Dilema lain keadilan post modern adalah tentang bagaimana mencapai keadilan. Jika keadilan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan diwujudkan oleh manusia, maka hal ini dapat menimbulkan konflik dan kekerasan. Hal ini karena orang-orang yang memiliki pandangan yang berbeda tentang keadilan mungkin akan berusaha untuk memaksakan pandangan mereka kepada orang lain.
Dalam Alkitab, keadilan adalah salah satu sifat utama Allah. Allah adalah Pribadi yang adil dan menuntut keadilan dari umat-Nya. Pandangan Alkitab tentang keadilan dapat disimpulkan dalam beberapa poin berikut:
  • Keadilan adalah milik Allah. Allah adalah satu-satunya yang dapat menentukan apa yang adil dan apa yang tidak adil.
  • Keadilan adalah sifat Allah. Allah adalah Pribadi yang adil dan adil, dan Ia menuntut keadilan dari umat-Nya.
  • Keadilan adalah tujuan Allah. Allah menciptakan dunia untuk menjadi adil, dan Ia bekerja untuk mewujudkan keadilan di dunia.
Beberapa ayat Alkitab yang menyatakan pandangan ini, misalnya:
  • Ulangan 32:4: "Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia."
  • Mazmur 33:5: "Sebab Dialah yang memerintah dengan keadilan, dan hukum-hukum-Nya adil."
  • Yesaya 33:5: "Orang-orang yang benar akan menduduki negeri itu, dan mendiaminya untuk selama-lamanya."
Pandangan keadilan Alkitab dan keadilan post modern memiliki beberapa perbedaan dan persamaan.
  • Perbedaan:
    - Perbedaan utama antara pandangan keadilan Alkitab dan keadilan post modern adalah tentang sumber keadilan. Pandangan keadilan Alkitab bersumber dari Allah, sedangkan pandangan keadilan post modern bersumber dari manusia. Pandangan keadilan Alkitab menyatakan bahwa keadilan adalah milik Allah dan hanya Allah yang dapat menentukan apa yang adil dan apa yang tidak adil. Manusia tidak memiliki kapasitas untuk menentukan keadilan secara mutlak.
    - Pandangan keadilan post modern menyatakan bahwa keadilan adalah sesuatu yang relatif dan subjektif, dan dibentuk oleh berbagai faktor, seperti budaya, ideologi, dan kepentingan. Tidak ada satu standar keadilan yang berlaku universal. Pandangan keadilan Alkitab dan keadilan post modern adalah tentang sifat keadilan. Pandangan keadilan Alkitab menyatakan bahwa keadilan adalah sesuatu yang objektif dan absolut. Keadilan adalah sesuatu yang tidak berubah dan tidak dapat ditawar.
  • Persamaan:
    - Tujuan keadilan. Baik pandangan keadilan Alkitab maupun keadilan post modern sama-sama bertujuan untuk mewujudkan dunia yang adil dan adil.
    - Pandangan keadilan Alkitab menyatakan bahwa Allah menciptakan dunia untuk menjadi adil, dan Ia bekerja untuk mewujudkan keadilan di dunia. Pandangan keadilan post modern, di sisi lain, menyatakan bahwa keadilan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan diwujudkan oleh manusia.
Keadilan dalam iman Kristen dibedakan menjadi dua yaitu keadilan yang ditegakkan oleh manusia karena ada pendelegasian tugas penegakkan keadilan oleh TUHAN dan keadilan yang ditegakkan oleh TUHAN pada hari penghakiman kelak di pengadilan terakhir.
  • Dalam penegakkan keadilan di bumi maka peran keadilan menurut post modern dihargai maka:
    - Mengakui bahwa keadilan adalah sesuatu yang relatif dan subjektif. Hal ini karena manusia adalah makhluk yang terbatas, dan kita tidak dapat memahami keadilan secara sempurna.
    - Menghargai keragaman perspektif tentang keadilan. Hal ini karena setiap orang memiliki pengalaman dan latar belakang yang berbeda, dan kita dapat belajar banyak dari perspektif orang lain.
    - Mendorong kita untuk bekerja untuk mewujudkan keadilan di dunia. Hal ini karena keadilan adalah sesuatu yang penting bagi Allah, dan kita harus mengikuti teladan-Nya.
  • Dalam penegakkan keadilan oleh Allah yang dilakukan Yesus Kristus saat penghakiman terakhir, maka memiliki implikasi, yaitu:
    - Implikasi bagi individu: Penghakiman terakhir mendorong setiap individu untuk hidup dengan adil dan bertanggung jawab. Setiap orang harus menyadari bahwa mereka akan dihakimi oleh Allah berdasarkan perbuatan mereka, sehingga mereka harus berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.
    - Implikasi bagi masyarakat: Penghakiman terakhir mendorong masyarakat untuk bekerja untuk mewujudkan keadilan di dunia. Setiap orang harus berusaha untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan sejahtera, sehingga semua orang dapat hidup dengan damai dan bahagia.
    - penghakiman terakhir yang dilakukan oleh Yesus Kristus merupakan penegakan keadilan yang sempurna. Penghakiman ini didasarkan pada kebenaran dan kasih Allah, dan hal ini akan membawa keadilan bagi semua orang.
  • Adanya penghakiman terakhir maka dalam hidup haruslah memperhatikan:
    - Hidup dengan adil dan bertanggung jawab, karena kita tahu bahwa kita akan dihakimi oleh Allah.
    - Bekerja untuk mewujudkan keadilan di dunia, karena kita tahu bahwa keadilan adalah sesuatu yang penting bagi Allah.
    - Mengampuni orang lain, karena kita tahu bahwa Yesus Kristus telah mengampuni kita.

C. Gagasan Keindahan Dalam Filsafat

Beberapa pandangan Filsuf post modern tentang keindahan:
  • Jacques Derrida berpendapat bahwa keindahan adalah sesuatu yang selalu tertunda dan tidak dapat dicapai secara sempurna. Menurut Derrida, keindahan adalah proses yang selalu berjalan dan selalu terbuka untuk interpretasi.
  • Michel Foucault berpendapat bahwa keindahan adalah konstruksi sosial yang digunakan untuk melegitimasi kekuasaan. Menurut Foucault, keindahan tidak bersifat objektif, melainkan selalu bersifat subjektif dan berpihak.
  • Jean-François Lyotard berpendapat bahwa keindahan adalah narasi besar yang digunakan untuk menyatukan masyarakat. Menurut Lyotard, keindahan tidak bersifat universal, melainkan selalu bersifat lokal dan kontekstual.
  • Richard Rorty berpendapat bahwa keindahan adalah sesuatu yang kita ciptakan sendiri. Menurut Rorty, keindahan tidak ada di luar pikiran kita, melainkan kita yang menciptakan keindahan melalui interpretasi kita.
  • Jean Baudrillard berpendapat bahwa keindahan adalah simulasi. Menurut Baudrillard, keindahan yang kita lihat di dunia modern hanyalah simulasi yang diciptakan oleh media dan teknologi.
  • Gilles Deleuze berpendapat bahwa keindahan adalah perbedaan. Menurut Deleuze, keindahan adalah sesuatu yang muncul dari perbedaan dan kontradiksi.
  • Luce Irigaray berpendapat bahwa keindahan adalah sesuatu yang feminim. Menurut Irigaray, keindahan tradisional selalu dikaitkan dengan maskulinitas, dan perlu ada keindahan yang lebih feminim.
Dilema filsafat post modern terhadap keindahan adalah tantangan yang dihadapi oleh pandangan post modern tentang keindahan. Dilema ini muncul dari sifat keindahan yang relatif dan subjektif dalam pandangan post modern, yaitu:
  • Dilema terhadap keindahan adalah tentang bagaimana menentukan apa yang indah. Jika keindahan adalah sesuatu yang relatif dan subjektif, maka tidak ada satu standar keindahan yang berlaku universal. Hal ini dapat membuat sulit untuk menentukan apa yang indah dalam suatu karya seni atau fenomena tertentu.
  • Dilema terhadap keindahan adalah tentang bagaimana menilai keindahan. Jika keindahan adalah sesuatu yang tidak ada di luar pikiran kita, melainkan kita yang menciptakan keindahan melalui interpretasi kita, maka sulit untuk menentukan apakah suatu karya seni atau fenomena benar-benar indah atau tidak.
Dalam Alkitab, keindahan adalah salah satu sifat Allah. Allah adalah Pribadi yang indah, dan keindahan-Nya tercermin dalam ciptaan-Nya. Pandangan Alkitab tentang keindahan dapat disimpulkan dalam beberapa poin berikut:
  • Keindahan adalah sifat Allah. Allah adalah Pribadi yang indah, dan keindahan-Nya tercermin dalam ciptaan-Nya.
  • Keindahan adalah ciptaan Allah. Allah menciptakan keindahan dalam segala bentuknya, mulai dari alam semesta yang luas hingga karya seni yang rumit.
  • Keindahan adalah sesuatu yang dapat dinikmati. Allah ingin kita menikmati keindahan ciptaan-Nya.
  • Keindahan adalah sesuatu yang dapat kita ciptakan. Kita dapat menciptakan keindahan melalui karya seni, musik, dan berbagai bentuk kreativitas lainnya.
Alkitab mengatakan keindahan tidak dapat dilepaskan dari Pencipta, misal:
  • Kejadian 1:31: "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik."
  • Mazmur 27:4: "Satu hal telah kupinta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya."
  • Pengkhotbah 3:11: "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya."
Pandangan Alkitab tentang keindahan memiliki beberapa implikasi penting.
- Pertama, pandangan ini mendorong kita untuk melihat keindahan di dalam diri kita dan di sekitar kita.
- Kedua, pandangan ini mendorong kita untuk menghargai keindahan yang ada di dalam diri kita dan di sekitar kita.
- Ketiga, pandangan ini mendorong kita untuk menciptakan keindahan di dalam diri kita dan di sekitar kita.

Pandangan Alkitab tentang keindahan berpendapat bahwa keindahan adalah sifat Allah, dan bahwa keindahan-Nya tercermin dalam ciptaan-Nya. Alkitab memberikan dasar yang kuat untuk pandangan post modern tentang keindahan. Jika keindahan adalah sifat Allah, maka keindahan adalah sesuatu yang lebih dari sekadar konstruksi sosial atau subjektif. Keindahan adalah sesuatu yang nyata dan objektif, dan itu adalah sesuatu yang dapat kita temukan di dunia di sekitar kita.

Beberapa penerapan pandangan Alkitab tentang keindahan dalam kehidupan sehari-hari hingga hidup berwarna dan penuh ucapan syukur, misal:
  • Meluangkan waktu untuk menikmati keindahan alam. Kita dapat berjalan-jalan di taman, hiking di gunung, atau berenang di laut.
  • Menghargai karya seni dan musik. Kita dapat mengunjungi museum, menonton pertunjukan, atau mendengarkan musik.
  • Menciptakan keindahan dalam hidup kita. Kita dapat memasak makanan yang lezat, menulis puisi, atau menghias rumah kita.
Alkitab berdiri sepanjang zaman memberikan pendapatnya terhadap apa yang di komunikasikan lewat gagasan oleh filsafat. Alkitab meletakan segala sesuatu tentang kebenaran, keadilan dan keindahan kepada TUHAN Pencipta sedangkan filsafat meletakkan segala sesuatu kepada manusia.



Tulisan lainnya:
Alkitab Menjawab Filsafat Hal Keberadaan Manusia
Pilih Kristus Seutuhnya
Iman Dan Akal Untuk Mengerti Kebenaran
Life Engineering Sebuah Tantangan
TUHAN ALLAH Pencipta
Pemikiran Terhadap Free Thinker



Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)