Teks di atas bagian dari perang mulut antara Daud dan Goliat terjadi ketika Goliat, seorang prajurit raksasa dari bangsa Filistin, menantang pasukan Israel untuk bertarung satu lawan satu. Tidak ada seorang pun di pasukan Israel yang berani maju menghadapi Goliat, kecuali Daud, seorang pemuda gembala yang masih muda. Daud maju dalam perang mulut setelah empat puluh hari lamanya setiap pagi hari dan petang hari Goliat mencemoohkan orang Israel sehingga Saul raja Israel akan menganugerahkan kekayaan yang besar dan memberikan anaknya yang perempuan serta pembebasan pajak bila dapat mengalahkan Goliat. Daud kemudian terlibat perang mulut dengan Goliat sebelum terjadinya pertempuran. Daud maju berperang bukan karena hadiah yang disediakan oleh Saul melainkan emosinya terbakar karena Goliat menantang TUHAN Israel dimana menurut keyakinan Daud Bahwa Yahweh adalah TUHAN semesta alam.
Perang mulut adalah percakapan ramai-ramai dengan saling mengeluarkan kata-kata kasar dan keras. Frasa ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sebuah bentrokan yang terjadi secara lisan yang sulit diselesaikan dengan baik. Dilihat faktor penyebabnya maka perang mulut dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
A. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri sendiri, seperti:
- Sikap egois. Orang yang egois akan merasa bahwa dirinya selalu benar, dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.
- Sikap sensitif. Orang yang sensitif akan mudah tersinggung, dan akan merasa bahwa orang lain sedang menyerangnya.
- Sikap agresif. Orang yang agresif akan mudah marah dan tersinggung, dan akan cenderung menyerang orang lain dengan kata-kata kasar.
- Perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat adalah salah satu penyebab paling umum terjadinya perang mulut.
- Kepentingan yang berbeda. Ketika dua orang memiliki kepentingan yang berbeda, mereka akan berusaha untuk memenangkan kepentingan mereka sendiri, bahkan dengan cara mengorbankan orang lain.
- Persaingan. Persaingan dapat memicu emosi negatif, seperti kemarahan dan kebencian, yang dapat menyebabkan perang mulut.
- Pendekatan psikologi yang memandang perang mulut terjadi karena perbedaan pendapat dapat memicu konflik antara individu karena adanya perbedaan persepsi, nilai, dan kepentingan. Konflik ini dapat memicu emosi negatif seperti marah, kecewa, dan frustasi yang dapat menyelamatkan situasi.
- Pendekatan sosiologi yang memandang perang mulut terjadi karena perbedaan pandangan karena adanya perbedaan latar belakang, budaya, dan nilai yang berbeda antar individu atau kelompok.
- Perbedaan komunikasi : Ketidaksesuaian dalam gaya komunikasi, bahasa, atau interpretasi pesan menyebabkan ketegangan dan konflik
- Perbedaan kinerja : Konflik dapat muncul ketika anggota tim memiliki harapan yang tidak realistis terhadap kinerja satu sama lain atau ketika mereka tidak sepakat tentang prioritas atau tenggat waktu.
- Ketidaksepakatan tujuan : Konflik sering terjadi ketika individu atau kelompok memiliki tujuan yang tidak sesuai atau saling bertentangan.
- Ketidaksepakatan nilai : Perbedaan dalam nilai-nilai, keyakinan, atau prinsip dapat memicu konflik yang lebih dalam dan sulit diatasi.
- Ketidaksepakatan peran : Ketidakjelasan atau ketidaksepakatan tentang peran dan tanggung jawab dalam suatu hubungan atau tim dapat menyebabkan konflik.
- Ketidaksepakatan sumber daya : Persembahan atas sumber daya yang terbatas, seperti waktu, uang, atau perhatian, dapat memicu konflik.
- Ketidaksepakatan dalam hubungan pribadi : Konflik dalam hubungan pribadi, seperti pasangan romantis atau keluarga, dapat dipicu oleh faktor-faktor seperti kekecewaan, ketidakpuasan, atau perbedaan dalam gaya penyelesaian konflik.
Perang mulut yang terjadi dalam Alkitab sering kali terjadi bukan hanya dialami oleh Daud dengan Goliat saja. Contoh:
- Perang mulut antara Abraham dan Lot (Kejadian 13:7-13) - Abraham dan Lot adalah dua orang saudara sepupu yang memiliki banyak ternak. Karena banyaknya ternak mereka, terjadilah perselisihan antara para gembala Abraham dan Lot. Abraham kemudian mengajak Lot untuk berpisah, dan Lot memilih tinggal di Lembah Yordan.
- Perang mulut antara Musa dan Firaun (Keluaran 5-14) - Musa diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Namun, Firaun menolak untuk melepaskan bangsa Israel. Musa kemudian melakukan beberapa mukjizat untuk meyakinkan Firaun, tetapi Firaun tetap menolak. Terjadilah perang mulut antara Musa dan Firaun, yang berujung pada sepuluh tulah yang menimpa Mesir.
- Perang mulut antara Elia dan nabi-nabi Baal (1 Raja-raja 18:20-40) - Raja Ahab dari Israel menyembah Baal, dewa bangsa Kanaan. Nabi Elia menantang raja Ahab dan nabi-nabi Baal untuk membuktikan siapa yang benar-benar Tuhan. Elia dan nabi-nabi Baal kemudian mempersembahkan korban, dan Tuhan menjawab doa Elia dengan menurunkan api dari langit untuk menghanguskan korbannya.
- Perang mulut antara Yesus dan orang-orang Farisi (Matius 22-23) - Orang-orang Farisi sering mempertanyakan Yesus dan mencoba menjebak-Nya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Namun, Yesus selalu dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan jawaban yang bijak dan penuh makna.
- Minta maaf. Jika Anda merasa telah mengatakan sesuatu yang menyakiti orang lain, mintalah maaf dengan tulus.
- Cari titik temu. Cobalah untuk mencari titik temu dengan orang yang sedang Anda ajak perang mulut.
- Akhiri percakapan. Jika Anda merasa bahwa perang mulut tidak akan ada habisnya, akhirilah percakapan. Anda dapat mengatakan sesuatu seperti, "Saya tidak ingin melanjutkan percakapan ini. Kita akan membicarakannya lagi nanti jika kita sudah tenang."
- Beri waktu untuk menenangkan diri. Jika Anda merasa marah dan tidak bisa berpikir jernih, beri waktu untuk menenangkan diri terlebih dahulu sebelum melanjutkan percakapan.
- Bicaralah dengan orang lain. Jika Anda tidak dapat menyelesaikan perang mulut sendiri, bicarakanlah dengan orang lain yang Anda percayai, seperti teman, keluarga, atau konselor.
- Tetap tenang. Berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing emosi.
- Dengarkan baik-baik. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan orang lain, dan jangan langsung menyela.
- Hindari serangan pribadi. Fokus pada masalah yang sedang dibahas, dan hindari menyerang orang lain secara pribadi.
- Berikan solusi. Jika memungkinkan, coba berikan solusi untuk masalah yang sedang dibahas.
- Bersedia berkompromi. Bersedia berkompromi untuk mencapai kesepakatan.
- Jangan pernah meremehkan orang lain, meskipun mereka secara kasat mata lebih lemah dari kita.
- Tuhan selalu menyertai orang-orang yang percaya kepada-Nya, dan Ia dapat menolong mereka untuk mengalahkan musuh-musuh mereka dengan tanda dan mujizat
- Ukuran dan kekuatan tidak selalu menentukan kemenangan.
- Berhati-hati dalam berkata-kata, dan kita harus menghindari perkataan yang menyakiti orang lain.
- Berusaha untuk mencari kebenaran, dan kita harus bersedia untuk mengakui kesalahan kita.
- Memiliki iman yang teguh kepada Tuhan, dan kita harus percaya bahwa Ia akan menolong kita dalam segala situasi.
- Menyebabkan masalah kesehatan. Stres akibat perang mulut dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti sakit kepala, sakit perut, dan gangguan tidur.
- Menyebabkan stres. Perang mulut yang berlanjut dapat menyebabkan stres bagi kedua pihak yang terlibat.
- Merusak hubungan. Perang mulut yang berlanjut dapat merusak hubungan antara dua orang atau kelompok orang. Dalam kasus hubungan Yesus dengan Ahli Taurat dan orang Farisi kerusakan hubungan hingga taraf menyusun rencana jahat untuk membunuh Yesus. Begitu ada kesempatan segera lakukan rencana rekayasa membunuh Yesus.
- Peningkatan intensitas emosi dimana perang mulut biasanya hanya berupa perdebatan biasa. Namun, seiring berjalannya waktu, intensitas emosi kedua belah pihak akan meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perbedaan pendapat yang tidak menemukan titik temu, sikap saling menyerang, atau penggunaan kata-kata kasar.
- Peningkatan ancaman dimana salah satu pihak atau kedua belah pihak akan mulai mengeluarkan ancaman. Ancaman ini dapat berupa ancaman verbal, seperti kata-kata yang menyakitkan atau ancaman untuk menyakiti fisik.
- Aksi fisik dimana salah satu pihak atau kedua pihak melakukan ancaman yang dikeluarkan biasanya akan memicu aksi fisik. Aksi fisik ini dapat berupa saling mendorong, saling memukul, atau bahkan saling menggunakan senjata.
Agar dalam perang mulut memperkecil resiko kesalahan tidak perlu dalam bertindak maka hindarilah konsumsi alkohol dan obat-obatan golongan psikotropika serta berkonsultasi bila alami tekanan kognitif dan emosional, yang menyebabkan kesulitan dalam konsentrasi, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
- Tulisan lainnya:
- Lenyapnya Kedamaian Dunia
- Propaganda, Kebenaran dan Kedaulatan TUHAN Dalam Peperangan
- Peperangan Dengan Roh Roh Teritorial
- Gelombang Kejut Arus Informasi
- Tinjauan Terhadap Schadenfreude, Senang Orang Susah
- Teror Dan Kerajaan Allah