Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Rabu, 06 Desember 2023

Kelahiran Yesus Dan Keadilan Sosial

Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." Lukas 2:15

Dalam teks di atas, Jelas terlihat bahwa berita kelahiran Yesus kepada masyarakat luas pertama-tama disampaikan kepada kawanan gembala yang ada disekitar Betlehem yang menunjukkan TUHAN memperhatian kawanan para gembala di Efrata sebagai gembala yang menjaga kawanan domba gembalaan dengan tugas khusus yaitu merawat domba dengan sebaik mungkin agar layak menjadi korban sesuai hukum Musa, yaitu tiada cacat dan cela. Gembala tersebut menjalankan pekerjaannya dengan teliti dan penuh rasa hormat. Gembala memahami makna penting korban bagi keselamatan hidup manusia sehingga sekalipun dalam status sosial dan keagamaan sering dipandang rendah tetapi dengan tulus dan bersyukur memiliki profesi dan panggilan hidup sebagai seorang gembala.

Perhatian kepada gembala di Efrata adalah bentuk dari keadilan TUHAN. Chistine Erickson dari Grace Church mengatakan ada perbedaan antara keadilan sosial dan keadilan Alkitab. “Keadilan sosial memiliki 'pandangan sementara' tentang ketidakadilan dalam masyarakat, ( di dunia Keadilan sering diserahkan kepada legislator dan hakim untuk menetapkan formulasi keadilan sehingga rumusan keadilan menjadi sangat relatif dan dapat berubah-ubah setiap saat. ) tetapi keadilan alkitabiah memiliki kekekalan dalam pikiran dan dimulai dengan melihat orang seperti Tuhan melihat mereka.

Selain karena gembala Efrata selalu bertugas menyediakan kawanan domba yang menjadi bakal korban di Bait Suci di Yerusalem tetapi juga mengambarkan cara TUHAN melihat sesuatu berbeda dengan manusia. Hal ini jelas nyata seperti:
  • Betlehem dapat dikatakan daerah tertinggal saat kelahiran Yesus sekalipun dekat dengan Yerusalem, pusat pemerintahan Yudea. Hal ini terlihat dari:
    - Berdasarkan sensus yang dilakukan oleh Quirinius, gubernur Siria, penduduk Betlehem berjumlah 5.200 orang sedangkan Yerusalem berjumlah 100.000 orang yang jaraknya hanya beberapa mil saja. Hal ini disebabkan oleh:
    • Keterbatasan Geografis: Betlehem terletak di puncak bukit yang dikelilingi medan terjal, sehingga membatasi kemampuannya untuk berkembang dan mendukung populasi besar. Lahan tersebut terutama digunakan untuk pertanian, dengan ruang terbatas untuk perumahan dan infrastruktur lainnya.
    • Faktor Ekonomi: Perekonomian Betlehem terutama didasarkan pada pertanian dan penggembalaan, yang tidak menarik banyak tenaga kerja. Kota ini tidak memiliki industri atau jalur perdagangan signifikan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan perluasan populasi.
    • Pengaruh Politik: Yerusalem, sebagai pusat politik dan agama di wilayah tersebut, mengalahkan Betlehem dalam hal kepentingan dan pembangunan. Fokus otoritas Romawi dan orang-orang kaya berada di Yerusalem, sehingga menyebabkan investasi dan pertumbuhan populasi yang lebih besar di kota tersebut.
    • Kurangnya Kepentingan Strategis: Betlehem tidak memiliki nilai strategis atau militer yang signifikan. Kota ini tidak terletak di jalur perdagangan utama atau posisi pertahanan utama, sehingga kurang menarik untuk pemukiman dibandingkan kota-kota lain di wilayah tersebut.
    • Faktor Sejarah: Sejarah Betlehem ditandai dengan periode kemunduran dan kebangkitan. Menjelang kelahiran Yesus, kota tersebut telah mengalami masa-masa sulit dan mungkin sedang dalam masa pemulihan dari konflik atau bencana alam di masa lalu.
  • Sejarah. Berdasarkan sejarah, Betlehem adalah kota kecil yang terletak di daerah yang sering mengalami kekeringan dan kelaparan. Sekalipun sejarah mencatat Betlehem acapkali alami kelaparan dan komoditi pertanian tumpuan utama dari gandum dan disebut rumah roti. Sekalipun waktu waktu alami kekeringan tetapi TUHAN perhatikan sehingga nabi Zakharia bernubuat dalam Kitab Zakharia 14:10, tertulis bahwa "Pada hari itu akan ada mata air terbuka untuk kaum keluarga Daud dan untuk penduduk Yerusalem, dan ia akan mengalir ke lembah Sitim dan akan sampai ke laut Timur, dan airnya akan menjadi jernih." Kata "lembah Sitim" dalam ayat ini mengacu pada lembah yang terletak di sebelah timur Betlehem. Lembah ini merupakan daerah yang subur.
  • Arkeologis. Penelitian arkeologis menunjukkan bahwa Betlehem pada masa kelahiran Yesus adalah kota kecil dengan pemukiman yang sederhana. Kota ini tidak memiliki bangunan-bangunan penting atau infrastruktur yang memadai. Wajar jika ketika Yusuf dan Maria harus berada di Betlehem karena diadakan sensus penduduk maka tidak ada tempat yang layak untuk dihuni sehingga berdiam di Midgal Eder atau Menara Kawanan Domba atau dikenal kandang domba yang khusus dibangun untuk keperluan menyediakan hewan yang dipersembahkan di Bait Suci di Yerusalem.
Sebagai daerah tertinggal pada zaman tersebut maka terjadi kesenjangan yang besar antara Betlehem dengan Yerusalem dalam hal infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ekomomi dan budaya. Betlehem sebagai daerah tertinggal, juga dipertegas dengan sosok yang ditemui malaikat adalah kawanan gembala. Ada beberapa alasan mengapa status sosial gembala saat kelahiran Yesus dipandang rendah. Diantaranya:
  • Secara ekonomi, gembala adalah orang-orang yang miskin. Mereka hidup dari menggembalakan ternak dan harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Upah gembala saat itu adalah satu dinar sehari, maksimal 2 dinar yang setara dengan upah minimum saat itu
  • Secara sosial, gembala adalah orang-orang yang tidak berpendidikan. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri sebab saat itu pendidikan yang baik hanya dapat dinikmati orang kaya dan kelompok elit
  • Secara hukum, gembala adalah orang-orang yang tidak memiliki status hukum yang jelas. Mereka tidak memiliki hak yang sama dengan orang-orang lain.
  • Dalam budaya Yahudi, gembala sering kali dikaitkan dengan orang-orang yang hina dan kotor. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang tidak memiliki tempat di masyarakat.
Namun, pemilihan gembala sebagai orang-orang pertama yang menerima kabar kelahiran Yesus menunjukkan bahwa Allah tidak memandang status sosial seseorang. Allah mengasihi semua orang, tanpa memandang status sosialnya. Pemilihan gembala juga menunjukkan bahwa Yesus datang untuk orang-orang yang miskin dan tertindas. Yesus datang untuk membawa kabar sukacita bagi semua orang.

Hal lain yang menunjukkan keadilan sosial adalah kunjungan para Majus dari Timur. Para majus adalah orang-orang tidak termasuk orang Israel, mereka adalah orang "GOYIM". Pada masa kelahiran Yesus, orang Israel, atau Yahudi, umumnya memandang Goyim dengan curiga dan tidak percaya. Sentimen ini berakar pada kombinasi faktor agama, budaya, dan sejarah. Asumsi orang Israel saat itu:
  • Dari sudut pandang agama, bangsa Israel percaya bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan, yang bertugas menjaga dan menaati hukum-hukum-Nya. Mereka memandang Goyim sebagai orang luar yang tidak mengikuti Tuhan atau cara hidup mereka, sehingga menimbulkan rasa keterpisahan dan superioritas.
  • Secara budaya, bangsa Israel telah mengembangkan identitas dan cara hidup yang berbeda, yang berpusat pada keyakinan dan praktik keagamaan mereka. Mereka memandang adat istiadat dan tradisi Goyim sebagai sesuatu yang asing dan inferior, sehingga semakin memperkuat rasa keterpisahan mereka.
  • Secara historis, bangsa Israel memiliki hubungan yang panjang dan penuh gejolak dengan negara-negara tetangga, sering kali mengalami penindasan dan penganiayaan. Sejarah ini berkontribusi pada rasa kerentanan dan ketidakpercayaan terhadap pihak luar, termasuk Goyim.
  • Terlepas dari sentimen umum ini, ada juga contoh interaksi dan kerja sama antara Israel dan Goyim. Perdagangan dan perdagangan terjalin di antara mereka, dan beberapa Goyim bahkan berpindah agama ke Yudaisme. Namun, sikap yang berlaku terhadap Goyim tetap berupa kecurigaan dan pemisahan.
Saat Yesus lahir di dunia, orang Goyim datang untuk menyembah Yesus. Ini menunjukkan bahwa keselamatan Allah berlaku bagi semua orang di dunia, tanpa memandang ras atau kebangsaannya. Namun kelahiran Yesus yang mengenapi Taurat tidak serta merta mengubah pandangan masyarakat Israel terhadap Goyim. Butuh waktu bagi pesan agama Kristen, yang mengandung cinta dan kasih sayang terhadap semua orang, untuk menembus hati orang Israel dan secara bertahap mengubah persepsi mereka terhadap orang luar.

Kelahiran Yesus juga memberikan inspirasi bagi keadilan sosial dalam beberapa hal yang ditandai perhatian kepada gembala dari daerah tertinggal dan orang majus bangsa goyim, mengajarkan:
  • Kasih dan kepedulian kepada sesama. Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Ini berarti kita harus peduli kepada orang lain, terutama orang-orang yang miskin, menderita, dan tertindas.
  • Keadilan dan kesetaraan. Yesus mengajarkan bahwa semua orang adalah sama di mata Allah. Ini berarti kita harus memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi semua orang, tanpa memandang status sosialnya.
  • Perdamaian dan kerukunan. Yesus mengajarkan bahwa kita harus hidup dalam damai dan kerukunan dengan sesama kita. Ini berarti kita harus saling menghormati dan toleransi, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau kebangsaan.
  • Berdasarkan hal-hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kelahiran Yesus Kristus merupakan peristiwa yang penting bagi keadilan sosial. Kelahiran Yesus memberikan inspirasi bagi kita untuk mengasihi sesama, memperjuangkan keadilan dan kesetaraan, serta hidup dalam damai dan kerukunan.
Berikut adalah beberapa contoh konkret bagaimana kelahiran Yesus menginspirasi keadilan sosial:
  • Gereja-gereja Kristen di berbagai belahan dunia aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti membantu orang miskin, korban bencana alam, dan pengungsi. Dalam melakukan kegiatan sosial pertanyaan besar apakah gereja memandang mereka yang dibantu sama seperti TUHAN memandang mereka sehingga memiliki pengharapan kekal.
  • Banyak orang Kristen yang terlibat dalam gerakan-gerakan sosial untuk memperjuangkan hak-hak orang miskin, perempuan, dan kelompok minoritas.
  • Kelahiran Yesus juga menginspirasi lahirnya berbagai organisasi sosial yang berfokus pada keadilan sosial, seperti Amnesty International, Oxfam, dan Save the Children.
Dengan demikian, kelahiran Yesus Kristus tidak hanya menjadi peristiwa keagamaan yang dimaknai secara spiritual, tetapi juga memiliki implikasi yang nyata bagi kehidupan sosial. Kelahiran Yesus dan keadilan sosial erat kaitannya sebab memberikan inspirasi bagi kita untuk mewujudkannya di dunia ini juga menghadirkan kerajaan Allah di bumi.



Tulisan lainnya:
Keadilan Sosial Dalam Kehidupan Beriman
Gembala Saat Kelahiran Yesus
Yesus Bintang Timur Gemilang
Allah Adil Dalam Keputusan
Gereja Dan Transformasi Masyarakat
Pengendalian Sosial Dalam Praktik Globalisasi



Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)