Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Senin, 19 April 2021

Etika Rekayasa Genetika Media Xenotransplantasi

Kamu harus berpegang kepada ketetapan-Ku. Janganlah kawinkan dua jenis ternak dan janganlah taburi ladangmu dengan dua jenis benih, dan janganlah pakai pakaian yang dibuat dari pada dua jenis bahan. Imamat 19:19

Tuhan menciptakan langit dan bumi beserta dengan segala isinya dengan baik. CiptaanNya sempurna, lengkap dengan tata tertib yang ditentukan oleh-Nya sehingga manusia dilarang untuk mengawinkan dua jenis makhluk hidup yang berbeda termasuk dengan teknik rekayasa genetika kecuali jika persilangan tersebut bersifat alamiah tanpa campur tangan manusia yang biasanya tidak dapat berkembang biak secara normal.

Saat ini dunia dikejutkan dengan rekayasa genetika yang menghasilkan makhluk campuran antara manusia dan monyet yang dipimpin oleh Juan Carlos Izpisua Belmonte berserta team dari Salk Institute di California. Dalam studi ini mereka menyuntikkan sel-sel punca ber-plurepotensi yang diinduksi (induced pluripotent stem cells) dari manusia ke embrio monyet makaka. Dua species yang berbeda itu digabungkan dengan salah satu tujuannya melahirkan Bigfoot, karena makhluk misterius itu sering dianggap sebagai tahap evolusi yang hilang antara manusia dan kera dalam teori evolusi Darwin disamping kebutuhan trasplantasi organ untuk kesehatan manusia. Hewan perpaduan monyet dan manusia akhirnya dimusnahkan setelah hidup dua puluh hari karena adanya pro dan kontra masalah kode etik. (lihat, misal: today.line.me/id/v2/article/VLZrZ1)

Studi tersebut juga mencatat, "Hasil ini dapat membantu untuk lebih memahami perkembangan manusia awal dan evolusi primata dan mengembangkan strategi untuk meningkatkan chimerisme manusia pada spesies yang jauh secara evolusioner", jika kode etik melunak... namun apakah makhluk hasil rekayasa embrio hibrida itu hidupnya bahagia seperti makhluk hidup normal lainnya?

Salah satu hewan unggulan selain kera adalah babi. Babi dinilai para peneliti dalam studi ini sebagai kandidat organ transplantasi yang menjanjikan, karena ukuran dan fisiologinya mirip dengan manusia. Tapi, salah satu masalah keamanan terbesarnya adalah kebanyakan mamalia, termasuk babi, mengandung fragmen retrovirus laten berulang dalam genom mereka. Artinya, fragmen retrovirus hadir di semua sel hidup mereka. Meski tidak berbahaya bagi inang aslinya, fragmen retrovirus ini dapat menyebabkan penyakit pada spesies lain.

Sebelumnya (hibrida manusia - monyet) telah muncul berita di Nature Biomedical Engineering yang melaporkan keberhasilan produksi organ babi yang diklaim lebih kompatibel dengan sistem kekebalan manusia dan bebas dari porcine endogenous retrovirus (PERV). Dengan teknologi pengeditan gen untuk menghasilkan prototipe Pig 3.0. Keberhasilan ini adalah menjawab masalah transplantasi organ hewan atau disebut juga xenotransplantation. Pada prototipe Pig 3.0, kompatibilitas imunologi dan pembekuan darahnya ditingkatkan sehingga kompatibel dengan sistem kekebalan manusia. PERV pada Pig 3.0 juga diberantas habis. Babi yang direkayasa juga menunjukkan fisiologi dan kesuburan yang normal. James F Markmann, kepala divisi bedah transplantasi di Massachusetts General Hospital, mengatakan bahwa Pig 3.0 menunjukkan kemajuan penting menuju sebuah pilihan yang benar-benar berguna bagi jutaan pasien.

"Studi ini hanyalah langkah pertama menuju xenotransplantation. Kompatibilitas fungsional organ antar spesies tetap menjadi tantangan bagi para peneliti. Apakah organ babi yang ditransplantasikan dapat berfungsi sepenuhnya seperti organ asli manusia dalam menjaga sekresi hormon dan keseimbangan metabolisme, masih harus dilihat lagi dalam penelitian lebih lanjut,"jelas Yang Luhan, salah satu pendiri dan kepala eksekutif Qihan Biotech. Xenotransplantation adalah konsep untuk mengantikan organ tubuh manusia yang tidak berfungsi dengan organ tubuh hewan dimana organ tubuh hewan dapat mengantikan organ tubuh manusia yang alami "cacat / rusak".

Persoalan yang dihadapi manusia saat ini sehingga memunculkan ide xenotransplantasi sesuatu yang tidak terdapat dalam penulisan Alkitab sehingga tidak ada ketetapan yang pasti tentang masalah tersebut yang merupakan bagian dari rekayasa genetika yang berkembang bukan saja sebatas masalah kloning.

Hal mendasar adalah Alkitab setuju dan menasihati agar kita bertanggung jawab atas kesehatan fisik misal Kitab Amsal memuat aktivitas-aktivitas tertentu yang dapat memulihkan kesehatan seorang individu (Amsal 12:18). Rasul Paulus menyatakan bahwa kita memiliki kewajiban khusus untuk memelihara tubuh kita (Efesus 5:29). Dia juga mendorong anak rohaninya, Timotius, untuk mengambil tindakan medis guna mengobati sakit-penyakitnya (1 Timotius 5:23). Orang-percaya memiliki kewajiban untuk memelihara tubuh kita sebaik-baiknya karena tubuh merupakan bait bagi Roh Kudus (1 Korintus 6:19,20). Masalah yang tertulis dalam Alkitab tidaklah menyentuh Xenotransplantasi meski ada ayat di hukum Taurat yang melarang melakukan tindakan mengawinkan dua jenis / species makhluk hidup sehingga jelas embrio hibrida (misal: manusia - monyet) secara hukum Taurat dilarang.

Panggilan kehidupan beriman salah satu bentuknya memberikan bantuan kepada mereka yang memiliki kekurangan fisik (Yakobus 2:16). Oleh karena itu, sebagai orang Kristen, kita harus peduli kepada kesejahteraan fisik kita sendiri dan orang lain. Di sisi lain seluruh ciptaan berada di bawah pemeliharaan umat manusia (Kej 1:28; 2:15-20). Namun, Alkitab juga menyatakan kalau seluruh ciptaan telah ikut terkena dampak dari kuasa dosa (Kej 3:17-19; Rom 8:19-21), sehingga menantikan untuk ditebus dari akibat kuasa dosa tersebut. Bisa disimpulkan bahwa: sebagai pemelihara ciptaan, manusia memiliki kewajiban untuk “memperbaiki” akibat-akibat dari kutuk dosa dan menjadikan mereka lebih harmonis, dengan menggunakan semua cara.

Konsep setiap kemajuan ilmiah dapat digunakan untuk kemajuan penciptaan. Namun, ada beberapa kemungkinan terkait penggunaan rekayasa genetika untuk tujuan ini. gotquestions.org mengajukan batasan untuk menentukan boleh tidaknya sesuatu rekayasa genetika dari sudut pandang etika Kristen, yaitu:
  1. Apakah rekayasa genetika tidak akan melampaui peran yang telah diberikan Allah kepada kita, yaitu sebagai pemelihara ciptaan-Nya. Alkitab menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah dan untuk Dia (Kolose 1:16). Allah merancang semua makhluk hidup untuk bertambah banyak sesuai dengan “jenisnya” (Kejadian 1:11-25). Jika terlalu banyak manipulasi genetika (mengubah spesies) akan merusak hasil ciptaan sang Perancang.
  2. Apakah rekayasa genetika akan menghalangi rencana Allah bagi pemulihan seluruh ciptaan.
  3. (Pemberontakan umat manusia terhadap rencana Allah). Kematian masuk ke dalam dunia, dan susunan genetika manusia serta seluruh ciptaan pun mengalami perubahan, yang membuat mereka bisa mengalami kematian. Bagaimana pun juga kemajuan rekayasa genetika dan xenotransplantation tidak dapat menghindari dari kematian.
  4. Adakah kemungkinan jika mengejar kemajuan dalam rekayasa genetika ini dimotivasi oleh hasrat untuk menantang Allah. Kejadian 11:1-9 menunjukkan apa yang terjadi saat umat manusia berusaha untuk meninggikan dirinya melampaui Sang Pencipta.
Allah menyatakan kalau ada manusia-manusia yang begitu terpikat dengan hasil ciptaan Allah (bahkan menyembah ciptaan itu dan bukannya menyembah Sang Pencipta) dan karenanya sedang berjalan menuju kepada kehancuran. (Roma 1:18-32) Rekayasa genetika ini kemungkinan besar bisa menumbuhkan motivasi yang sama, dan pada akhirnya, berujung pada hasil yang sama.

Xenotransplantation tidak dapat dilepaskan dengan ketersediaan organ hewan yang cocok untuk manusia, memerlukan rekayasa genetika dengan harapan hewan tersebut kemudian hari dapat dikembang-biakan dengan wajar, biaya pengadaan hewan jadi murah dan mudah. Persoalannya xenotransplantation apakah suatu saat ingin mendapatkan "manusia unggul" bukan hanya untuk memulihkan cacat organ tubuh tertentu.

Etika rekayasa genetika sebagai media xenotranplantasi dengan embrio hibrida manusia - monyet telah mendapatkan kritikan keras sehingga dimusnahkan tetapi bagaimana dengan pig 3.0. yang berjalan dengan lancar? Akhirnya manusia bertanggung jawab terhadap kesehatan dan juga harus memperhatikan hak asasi hewan yang akan didonorkan organ tubuh kepada manusia dengan tetap menjaga ekosistem sesuai aturan yang berlaku.

Akhirnya mengutip Kirstin Matthews, peneliti dari Bakter Institute di Rice University, mengatakan jangan sampai eksperimen tersebut disalahgunakan. "Saya pikir publik akan khawatir, dan begitu saya juga, bahwa kita hanya semacam mendorong maju sains tanpa memiliki percakapan yang tepat tentang apa yang harus atau tidak harus kita lakukan," ujarnya.

Alkitab sebagai petunjuk TUHAN memuat prinsip-prinsip dasar dalam masalah modern termasuk rekayasa genetika ... meski perlu kajian lebih mendalam lagi.


Tulisan lainnya:
Benih Ilahi
Tinjauan Terhadap Transhumanisme
Hak Asasi Hewan dan Alkitab>
Pengaruh Perbuatan Baik Dan Umur Panjang
Xenobot Sesuai Kehendak Tuhan?


Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat disampai lewat : ruach.haphazard393@passinbox.com

Label Mobile

biblika (82) budaya (47) dasar iman (93) Dogmatika (74) Hermeneutika (75) karakter (41) konseling (79) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (68) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (90) tokoh alkitab (44) Video (9)