Gereja Pun Dihakimi TUHAN

Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? 1 Petrus 4:17

Penghakiman terhadap rumah Allah telah dimulai. Ada sejumlah pengertian tentang makna rumah Allah, yaitu:
- Dimensi Fisik dalam Perjanjian Lama adalah Kemah Suci dan Bait Allah — simbol kehadiran Tuhan.
- Dimensi Kristologis yaitu Yesus Kristus adalah Bait Allah yang sejati — tempat di mana Allah bersemayam secara penuh.
- Dimensi Ekklesiologis (Gereja) bahwa Gereja dan umat percaya adalah rumah Allah yang hidup, dibangun oleh Roh Kudus, terdiri dari batu-batu hidup (orang percaya).
- Dimensi Pneumatologis (Roh Kudus) yaitu Roh Kudus yang tinggal di dalam setiap orang percaya menjadikan tubuh mereka dan jemaat sebagai bait Allah.
- Dimensi Eskatologis bahwa Yerusalem Baru adalah penggenapan akhir, Allah tinggal bersama manusia tanpa perantara — semua orang percaya menjadi tempat kediaman-Nya secara sempurna.

Rumah Allah yang pertama-tama dihakimi sesuatu kenyataan yang tidak dapat dihindari. Yesus pernah berkata kepada Simon (Lihat Lukas 22:31 - Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. Sebagaimana Simon alami penampian seperti gandum maka sebagai umat TUHAN yang percaya pun alami hal serupa yaitu penghakiman apakah kita adalah seperti gandum yang tetap layak masuk ke dalam lumbung Allah di Kerajaan-Nya Yang Kekal?

Kata penghakiman berasal dari kata κρίμα yang artinya "penghakiman, gugatan, keputusan hukum, hukuman, kutukan, vonis. Penghakiman terkait keputusan hukum berupa vonis berupa penghukuman atas kesalahan, keputusan (baik berat maupun ringan) yang diberikan seseorang atas kesalahan orang lain. Bentuk penghakiman ditandai dengan adanya vonis suatu perkara yang harus diputuskan secara hukum, suatu tuntutan hukum, suatu perkara di pengadilan. Iblis yang divonis bersalah sehingga diusir dari kerajaan Allah di surga, ia pun ingin umat TUHAN yang percaya kepada-Nya dihakimi. Iblis meminta keadilan TUHAN ALLAH untuk menghakimi juga umat-Nya yang percaya yaitu yang mendapat anugerah sebagai warga negara kerajaan surga. Orang percaya yang yang berisi seperti gandum saja yang mendapatkan anugerah kehormatan berada dan dimasukkan ke dalam lumbung Allah.

Keputusan telah diambil bahwa penghakiman Allah mulai dari "rumah Allah" — yaitu jemaat Kristen, umat Tuhan. Ini bukan berarti bahwa orang percaya lebih banyak berdosa, tetapi karena mereka dikenal sebagai milik Allah, maka mereka akan diuji dan diuji lebih dahulu untuk memurnikan iman mereka. Secara teologis, Penghakiman Allah tidak hanya berlaku bagi orang fasik, tetapi juga menyangkut umat-Nya sendiri. Ini menekankan keadilan Allah yang konsisten — Ia menghakimi semua orang, termasuk anak-anak-Nya, untuk memperbaiki dan menyucikan. Aspek lainnya secara pastoral, jemaat yang mengalami penganiayaan (seperti yang dialami pembaca surat ini) perlu memahami bahwa penderitaan mereka bukan tanda kegagalan, melainkan bagian dari proses penghakiman yang memurnikan sebagai umat Allah.

Terdapat perbandingan ekstrem yaitu "Jika penghakiman mulai dari rumah Allah, apakah akhirnya dari mereka yang tidak taat kepada Injil Allah?" Ini mengingatkan secara eksatologis bahwa penghakiman akhir akan jauh lebih berat bagi mereka yang menolak Injil. Jika umat Allah yang seharusnya taat saja diuji, maka orang yang menolak Kristus akan mengalami hukuman yang jauh lebih berat sekaligus sebagai peringatan keras bagi orang Kristen untuk tetap setia, karena jika orang percaya saja harus melalui api pencobaan, betapa lebih dahsyatnya nasib orang yang menolak kasih karunia Allah.

Penghakiman terhadap umat TUHAN diwarnai peristiwa orang-orang Kristen yang sedang mengalami penganiayaan dan penderitaan karena iman mereka (1 Petrus 1:6–7; 2:12; 3:13–17; 4:12–16). Ini adalah bagian dari nasihat untuk menghadapi penderitaan dengan benar:
- Penderitaan bukan kecelakaan, tapi bagian dari rencana Allah.
- Penderitaan sebagai pemurnian iman (1 Petrus 1:7).
- Penderitaan sebagai bagian dari identitas sebagai umat Allah yang dipanggil untuk hidup kudus.

Penghakiman terhadap umat TUHAN perlu dipahami bukan penghakiman penghukuman kekal meskipun iblis berharap anak-anak TUHAN kecewa dan meninggalkan Kristus. Penghakiman bertujuan pemurnian, ujian, dan penilaian terhadap kehidupan umat Allah.

Dampak akibat dari penghakiman yang ditetapkan kepada gereja TUHAN dan umat yang percaya adalah:

  • Pemurnian Iman dan Kehidupan Umat Allah yang disebabkan “Supaya ujian imanmu — yang jauh lebih berharga dari emas yang fana, yang diuji dengan api — mendapat puji-pujian, kemuliaan dan hormat pada saat Yesus Kristus dinyatakan.” (1 Petrus 1:7). Hal ini mengakibatkan orang percaya yang setia akan mengalami pembaruan spiritual. seperti:
    - Iman yang lemah menjadi kuat.
    - Hidup yang kaku menjadi kudus.
    - Kehidupan yang dangkal menjadi berakar dalam Kristus.
    ➡️ Penghakiman = proses penyucian, bukan pembuangan.
  • Pemisahan Antara yang Sejati dan yang Pura-Pura disebabkan munculnya penganiayaan atau kesulitan, ada yang tetap setia, ada yang menyangkal iman. Penghakiman mengungkap hati yang sebenarnya (Ibrani 4:12–13) sehingga;
    Akibat: - Orang yang sungguh-sungguh mengikuti Kristus akan semakin diteguhkan.
    - Orang yang hanya mengaku percaya, tetapi tidak hidup kudus, akan tersingkir — baik secara spiritual, atau bahkan dikeluarkan dari jemaat (Matius 7:21–23; 1 Korintus 5:1–5).
    ➡️ Gereja menjadi lebih murni, lebih berwibawa, dan lebih setia.
  • Penguatan Identitas sebagai Umat Kudus sebagai hasil pengujian terhadap gereja sehingga belajar bahwa keselamatannya bukan karena popularitas, kekayaan, atau kekuasaan, tetapi karena ketaatan kepada Kristus. Hal ini berakibat kepada:
    - Gereja tidak lagi mencari pengakuan dunia, tapi berdiri tegak dalam kebenaran.
    - Kekuatan gereja berasal dari ketaatan, bukan jumlah anggota.
    - Terbentuk komunitas yang saling menopang dalam penderitaan (1 Petrus 4:9–11).
  • Peringatan dan Panggilan untuk Bertobat sebab penghakiman yang dimulai dari gereja adalah peringatan bagi semua orang percaya agar tidak menjadi sombong atau kaku dalam iman. Hal ini berakibat:
    - Terjadi pembaruan rohani (reformasi, pertobatan, pemulihan).
    - Orang-orang Kristen yang lalai kembali kepada Tuhan.
    - Gereja menghindari kemunafikan, kompromi, dan kehidupan duniawi.
    ➡️ Seperti dalam Wahyu 2–3, Tuhan memperingatkan jemaat-jemaat agar bertobat sebelum penghakiman datang.
  • Penguatan Kesaksian di Dunia yang terjadi saat gereja menderita dengan sukacita dan keteguhan, dunia melihat Kristus dalam hidup mereka. Ini berakibat:
    - Penderitaan yang dijalani dengan iman menjadi kesaksian yang kuat (1 Petrus 2:12; 3:15–16).
    - Orang-orang yang mengejek jemaat bisa berubah menjadi pencari kebenaran.
    - Penghakiman yang dimulai dari gereja menjadi alat penebusan bagi dunia.
    * “Jika kamu disakiti karena nama Kristus, berbahagialah kamu, sebab Roh Allah diam di dalam kamu.” (1 Petrus 4:14)
  • Kontras yang Lebih Tegas terhadap Orang yang Tidak Taat. Lihat pernyataan “Dan jika demikian, apakah akhirnya dari mereka yang tidak taat kepada Injil Allah?” (1 Petrus 4:17b) Jika umat Tuhan yang seharusnya taat saja diuji, maka orang yang menolak Injil akan mengalami hukuman yang jauh lebih berat. Ini dapat berdampak kepada:
    - Ketegasan panggilan evangelisasi — gereja yang diuji menjadi lebih berani bersaksi.
    - Kesadaran akan urgensi waktu — penghakiman Allah tidak bisa ditunda.
    - Dunia diingatkan: tidak ada netralitas di hadapan Allah.

Gereja yang sehat alami penghakiman namun gereja mungkin memutuskan menolak penghakiman TUHAN (misalnya dengan menganggap penderitaan sebagai kutukan, atau mengabaikan panggilan untuk bertobat), maka:
- Kemunduran rohani yaitu gereja menjadi dingin, formalis, tanpa kuasa Roh Kudus.
- Kompromi dengan dunia sehingga menyamarkan kebenaran demi popularitas.
- Kehilangan kesaksian sehingga dunia tidak lagi melihat Kristus dalam diri gereja.
- Penghakiman yang lebih berat jika tidak bertobat, penghakiman akan berubah dari pemurnian menjadi penghukuman.

Bila umat Allah rela menjadi orang pertama yang masuk dalam penghakiman TUHAN maka dia akan turut serta menghakimi dunia (1 Korintus 6:2–3) Lewat penghakiman TUHAN maka umat TUHAN diuji, mereka yang setia terbukti sebagai hamba yang baik dan setia(Mat 25:21). Ingatlah bahwa penghakiman atas umat Allah adalah tanda kasih, bukan kebencian. Seperti seorang ayah yang memperbaiki anaknya, bukan mengusirnya (Ibrani 12:5–11)

Dalam 1 Korintus 6:2-3 "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari. Apakah arti ikut menghakimi dunia?
- Menghakimi dunia bukan berarti umat Allah menjadi hakim yang berkuasa seperti Allah, tetapi ikut berpartisipasi dalam penghakiman ilahi. Orang percaya akan menjadi saksi, penilai, dan penyaksi keadilan Allah di penghakiman akhir. Umat-Nya menyaksikan kebenaran Allah. Mereka yang setia akan melihat dan mengakui keadilan penghakiman Allah terhadap dunia yang memberontak.
- Memerintah bersama Kristus yaitu orang percaya akan ikut memerintah dengan Kristus dalam Kerajaan Allah (Wahyu 20:4; 2:26–27). Dalam pemerintahan ilahi, penghakiman adalah bagian dari otoritas.
- Menghakimi “perkara-perkara yang paling kecil” Ini bisa berarti: menilai kehidupan, tindakan, dan sistem dunia yang berlawanan dengan Kerajaan Allah — karena mereka telah belajar menghakimi diri sendiri dalam terang Kristus.

Alasan teologis mengapa umat Allah yang telah dihakimi dapat menghakimi dunia adalah:

  • Penghakiman Diri = Kelayakan untuk Menghakimi Dunia. Firman TUHAN “Sebab jika kita menghakimi diri kita sendiri, kita tidak akan dihakimi.” — 1 Korintus 11:31. Orang percaya yang sudah mengalami penghakiman ilahi — yaitu, yang berani mengaku dosa, bertobat, dan hidup kudus — telah belajar melihat kebenaran dari sudut pandang Allah. Mereka tidak menghakimi dengan keangkuhan, tetapi dengan kerendahan hati dan kebenaran ilahi. Sementara dunia menghakimi dengan prasangka, kepentingan, atau kebencian — umat Allah menghakimi dengan kebenaran yang telah mereka alami dalam diri mereka sendiri. “Kamu yang sudah dihakimi, tidak akan menghakimi dengan sembarangan — karena kamu tahu betapa beratnya penghakiman itu.”
  • Umat Allah Telah Dijadikan Hakim oleh Kristus — Karena Kesetiaan. Kristus, yang mengalami penghakiman yang paling berat (disalibkan sebagai dosa, 2 Korintus 5:21), diberi kuasa untuk menghakimi (Yohanes 5:22, 27). Ia memberikan bagian dalam kuasa-Nya kepada yang setia: “Barangsiapa menang, dan ia yang memelihara pekerjaan-Ku sampai kepada akhirnya, kepadanya akan Kuberikan kuasa atas bangsa-bangsa.” — Wahyu 2:26 . Jadi, penghakiman yang dialami oleh umat Allah adalah latihan untuk pemerintahan serupa seperti seorang raja yang belajar memimpin dengan mengalami penderitaan dan disiplin. “Kamu telah diuji — maka kamu layak memerintah.”
  • Penghakiman Dunia adalah Peneguhan Keadilan Allah — Umat Allah sebagai Saksi. Di penghakiman akhir, umat Allah akan menjadi saksi bahwa Allah itu adil. Penderitaan mereka tidak sia-sia. Kebenaran Kristus lebih tinggi dari semua sistem dunia. “Dan aku melihat takhta-takhta, dan mereka yang duduk di atasnya diberi kuasa untuk menghakimi...” — Wahyu 20:4. Mereka bukan menghakimi dengan kekuatan sendiri, tetapi mengakui dan menyetujui penghakiman Allah yang sudah ditetapkan. Mereka adalah “hakim” dalam arti saksi yang membenarkan keputusan ilahi — karena mereka sendiri telah melalui penghakiman itu dan tahu bahwa Allah tidak berbuat tidak adil. Mereka yang telah dihakimi, menjadi saksi yang paling sah atas keadilan penghakiman Allah.

Tabel Penghakiman Umat Allah dan Dunia.

Aspek Penghakiman Dunia Penghakiman Umat Allah
Dasar Penghakiman Kepentingan, emosi, kekuasaan, budaya Kebenaran ilahi, firman Tuhan, kekudusan
Motivasi Balas dendam, superioritas, kontrol Kebenaran, kasih, pemulihan
Pengalaman Belum pernah dihakimi secara ilahi Sudah dihakimi, bertobat, dipulihkan
Wewenang Tidak sah di hadapan Allah Diberi kuasa oleh Kristus
Hasil Kehancuran, kegelapan Kebenaran, keadilan, kemuliaan Allah


Umat Allah yang telah dihakimi dapat menghakimi dunia karena mereka yang telah dihakimi oleh Tuhan — dan bertobat — telah belajar untuk melihat kebenaran dari sudut pandang Allah. Mereka bukan hakim yang sombong, tetapi saksi yang setia. Hal ini menunjukkan beberapa hal yang harus diperhatikan sungguh-sungguh, yaitu:
- Penghakiman atas umat Allah adalah pemurnian, bukan penghukuman akhir.
- Orang yang telah dihakimi dan bertobat menjadi yang paling layak untuk menghakimi dunia — karena mereka tahu betapa beratnya penghakiman itu.
- Kekuasaan untuk menghakimi dunia diberikan oleh Kristus kepada yang setia, bukan kepada yang sombong.
- Menghakimi dunia = menegaskan keadilan Allah, bukan menyalahkan manusia.
- Umat Allah menjadi saksi hidup bahwa Allah tidak berpihak — Ia menghakimi dulu umat-Nya, lalu dunia.
- Penghakiman dunia adalah bukti bahwa keadilan ilahi itu konsisten, mutlak, dan adil — bahkan terhadap umat pilihan sekalipun.

Yesus menberikan pengajaran tentang hikmat dari penghakiman, yaitu “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” (Mat 7:1) — ini tidak berarti tidak boleh menilai dosa, tapi jangan menghakimi dengan hati yang tidak kudus. Sebaliknya adalah “Kamu yang telah dihakimi, sekarang kamu boleh menghakimi — bukan karena kamu sempurna, tetapi karena kamu telah ditebus, diubahkan, dan dipenuhi Roh.” Ketahuilah bahwa orang yang paling layak untuk menghakimi dunia adalah orang yang paling sering dihakimi oleh Tuhan — dan tetap berdiri dalam kasih.

Orang percaya dan gereja pun dihakimi TUHAN terlebih dahulu maka seharusnya gereja pada hari ini “Jangan takut pada penghakiman — takutlah pada kehidupan yang tidak diuji.” Hal ini mendidik orang percaya dan gereja TUHAN untuk:
- Terimalah kritik, disiplin, dan penderitaan sebagai kasih Tuhan (Ibrani 12:5–11).
- Jadilah gereja yang berani bertobat, bukan gereja yang bersembunyi di balik tradisi.
- Biarkan penghakiman Tuhan menjadi pembangkit kebangunan rohani, bukan alasan untuk keputusasaan.
* Penghakiman yang dimulai dari rumah Allah bukanlah akhir, tetapi awal dari pemulihan. Ia adalah tanda bahwa Tuhan masih peduli dan masih menatap gereja-Nya dan berkata: “Aku menghukum dan menghajar setiap orang yang Kukasihi.” (Wahyu 3:19)

Setelah alami penghakiman TUHAN maka kemurnian orang percaya dan gereja TUHAN dapat terlihat sehingga tampak keindahan dari kekudusan yang memancarkan kemuliaan TUHAN serta dipercaya dalam anugerah-Nya untuk turut menghakimi dunia.







Tulisan lainnya di werua blog:
Allah Itu Hakim
Iman di Bumi Saat Yesus Kembali
Sang Hakim Dan Saat Penghakiman Berdasarkan Wahyu
ALLAH Dalam Sidang Ilahi
Esensi Hadirat TUHAN
Bersiap di Hari Pembalasan TUHAN
Keadilan Sosial Dalam Kehidupan Beriman
Manusia Cenderung Mempersalahkan TUHAN
Yesus Saksi Setia
Tertindas Itu Baik Bagiku


Posting Komentar

komentar

Lebih baru Lebih lama

Random Posts


Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17