Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Senin, 30 Desember 2024

Tertindas Itu Baik Bagiku

Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. Mazmur 119:71 - TB

Kata "aku tertindas berasal dari עֻנֵּ֑יתִי-‘un·nê·ṯî;". Kata dasar dari tertindas adalah עָנָה yang memiliki arti "menekan, menindas, menyiksa, merendahkan". Komentar singkat dari "Pulpit Commentary" adalah seluruh bangsa "belajar ketetapan-ketetapan Allah" melalui penderitaan Pembuangan ke Babel. Setiap orang "belajar" tentang ketetapan-ketetapan itu secara merata melalui hukuman-hukuman khusus yang mereka terima.

Bila melepaskan teks di atas dari konteksnya berdasarkan "Pulpit Commentary", maka konsep penindasan yang dialami pemazmur akan mempertimbangkan:
  1. Aspek Sosial:
    - Diskriminasi: Perlakuan tidak adil berdasarkan ras, etnis, gender, agama, orientasi seksual, kelas sosial, atau disabilitas.
    - Marginalisasi: Pengucilan atau peminggiran kelompok tertentu dari partisipasi penuh dalam masyarakat.
    - Stigmatisasi: Pemberian label negatif atau cap buruk pada individu atau kelompok tertentu.
    - Kekerasan: Kekerasan fisik, seksual, atau psikologis yang dilakukan terhadap individu atau kelompok tertentu.
  2. Aspek Ekonomi:
    - Kemiskinan: Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
    - Eksploitasi: Penggunaan tenaga kerja secara tidak adil, dengan upah rendah, jam kerja yang panjang, dan kondisi kerja yang tidak aman.
    - Ketidaksetaraan ekonomi: Perbedaan yang sangat besar dalam distribusi kekayaan dan pendapatan.
  3. Aspek Politik:
    - Penghilangan hak suara: Pembatasan atau penolakan hak untuk berpartisipasi dalam proses politik.
    - Represi: Penggunaan kekerasan atau intimidasi untuk membungkam perbedaan pendapat.
    - Korupsi: Penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
  4. Aspek Budaya:
    - Asimilasi paksa: Upaya untuk memaksakan budaya mayoritas pada kelompok minoritas.
    - Penghancuran identitas budaya: Upaya untuk menghilangkan atau merendahkan nilai-nilai budaya kelompok minoritas.

Dalam Kitab Mazmur terdapat kisah tentang orang yang tertindas, misalnya:
- Mazmur 10:2 "Karena congkak orang fasik giat memburu orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan".
- Mazmur 25:16 "Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas."
- Mazmur 69-30 "Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku!"
- Mazmur 74:19 "Janganlah berikan nyawa merpati-Mu kepada binatang liar! Janganlah lupakan terus-menerus nyawa orang-orang-Mu yang tertindas!
- Mazmur 88-16 "Aku tertindas dan menjadi inceran maut sejak kecil, aku telah menanggung kengerian dari pada-Mu, aku putus asa."

Dari catatan Kitab Mazmur, sejumlah pemazmur menyatakan dirinya sebagai orang yang alami penindasan. Pemazmur menyamakan dirinya sebagai merpati-MU yang menjadi sasaran buruan binatang liar atau disebabkan kecongkakan orang fasik yang merasa bahwa dirinya sanggup melakukan pemburuan. Sebagai orang yang tertindas, maka yang dikerjakan oleh orang tertindas berdasarkan teks di Kitab Mazmur adalah berseru dan memohon belas-kasihan dari TUHAN:
- Mazmur 10:12 "Bangkitlah, TUHAN! Ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, janganlah lupakan orang-orang yang tertindas."
- Mazmur 25:16 "Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab aku sebatang kara dan tertindas."
- Mazmur 34:6 "Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya."
- Mazmur 69:29 "Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan, keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku!"
- Mazmur 72:2 "Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum!"
- Mazmur 72:4 "Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin, tetapi meremukkan pemeras-pemeras!"

Pemazmur dalam Mazmur 119:71 memiliki pandangan yang berbeda dengan kebanyakan manusia pada umumnya yang alami penindasan karena memiliki perspektif yang mendalam tentang penderitaan akibat mengalami penindasan. Hal yang menjadi dasar pemikiran bahwa tertindas itu baik bagiku disebabkan oleh pola pikir antara lain:
  1. Perspektif Ilahi:
    - Pengajaran melalui Penderitaan: Dalam perspektif Alkitab, khususnya dalam tradisi Yahudi, penderitaan seringkali dilihat sebagai alat Tuhan untuk mengajar dan membentuk karakter umat-Nya. Ayub, misalnya, mengalami penderitaan yang luar biasa, namun melalui itu ia belajar tentang kebesaran dan keadilan Tuhan.
    - Kedekatan dengan Tuhan: Penderitaan dapat mendorong seseorang untuk mencari penghiburan dan kekuatan pada Tuhan. Dalam kesusahan, kita seringkali merasa lebih dekat dengan-Nya.
  2. Pertumbuhan Spiritual:
    - Pemurnian Karakter: Penderitaan dapat menjadi semacam api pencobaan yang membakar segala sesuatu yang tidak murni dalam diri kita, sehingga kita menjadi lebih murni dan saleh.
    - Pengalaman Rohani yang Mendalam: Melalui penderitaan, kita dapat mengalami kedalaman kasih Tuhan yang melampaui pemahaman kita.
  3. Perspektif Kekal:
    - Pandangan yang Lebih Luas: Dalam perspektif kekal, penderitaan yang sementara di dunia ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima di surga.
    - Harapan: Penderitaan dapat menjadi sumber harapan, karena kita percaya bahwa Tuhan akan menebus segala penderitaan kita.

Daud sebagai salah satu pemazmur berkata, "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. (Mazmur 119:67) Hal ini terjadi karena Daud menyadari bila hidupnya yang diwarnai oleh kesenangan tanpa ada kesulitan yang berarti, lebih condong menjauhkan manusia dari TUHAN. Sebaliknya, kesulitan lebih sering membuat manusia ingat kepada Sang Pencipta.

Sebagian besar manusia menjadi dekat dengan TUHAN saat alami tekanan atau direndahkan atau ditindas atau alami musibah. Tetapi seiring berjalannya waktu di saat keadaan kembali normal dan membaik maka manusia kembali terlena dengan kesenangan dunia dan menjauh dari Pencipta. Kecenderungan sebagian manusia saat merasa tidak berdaya mengatasi masalah hidup, ia mencari kekuatan yang lebih besar dari dirinya dan timbul gairah mencari TUHAN. Tetapi ketika TUHAN sudah menjawab doa, membuka jalan dan memperlancar segala sesuatu , maka manusia cenderung mulai lupa lagi kepada TUHAN. Bukankah hal ini terlihat dengan jelas dalam Kitab Hakim-Hakim?

TUHAN mengasihi pemazmur sehingga pemazmur berkata dalam Mazmur Mzm 119:107; "Aku sangat tertindas, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan firman-Mu". Pernyataan dari pemazmur menunjukkan bahwa di dalam kesulitan hidup akan lebih mengenal diri kita sendiri dan lebih mengenal kasih serta kuasa TUHAN yang tidak terbatas. Pengalaman Pemazmur berdasarkan hidup yang alami penderitaan akibat penindasan maka ia berkata dalam Mazmur 140:12; "Aku tahu, bahwa TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin."

TUHAN Penciptaan adalah Sang Mahakuasa yang sanggup menyelamatkan bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan. Menginggat hal ini maka semua yang tertindas di bumi diperhatikan TUHAN terlebih lebih jika hal itu disebabkan ketidakadilan dan kejahatan manusia. Dalam kuasa anugerah-Nya, TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi.

Manusia pada umumnya, tidak ada yang ingin hidup dalam penindasan, tekanan dan kesulitan yang membuat hidup jadi susah. Tidak ada yang ingin hidup dalam kekurangan, belenggu masalah dan aneka sakit penyakit. Jika seluruh keinginan manusia dikabulkan oleh TUHAN maka manusia tidak akan belajar dari pengalaman hidupnya dan pernyataan Firman TUHAN dalam Markus 9:49 "Karena setiap orang akan digarami dengan api." dalah keliru. Dalam keadaan yang tertekan, menderita, dianiaya..... manusia harus mempersembahkan sesuatu yang kudus melalui dirinya, misalnya:
- Roma 12:1. Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
- Roma 12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!
- Kejadian 4:6-7 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.

Yesus Kristus, sebagai manusia sempurna dan Allah yang menjadi manusia, telah mengalami penderitaan yang mendalam dan alami penindasan. Namun, di tengah penderitaan itu, Ia menunjukkan sikap dan tindakan yang luar biasa yang dapat menjadi teladan bagi kita semua. Contoh cara Yesus mengatasi penderitaan yang menekan dan menindas diri-Nya:
- Berdoa kepada Bapa: Dalam taman Getsemani, sebelum penangkapan dan penyaliban-Nya, Yesus berdoa kepada Bapa dengan sungguh-sungguh. Ia mencurahkan isi hati-Nya, ketakutan-Nya, dan menyerahkan kehendak-Nya sepenuhnya kepada Bapa. Doa adalah senjata yang ampuh untuk mengatasi penderitaan.
- Menerima kehendak Bapa: Yesus menerima kehendak Bapa dengan penuh kerelaan, meskipun jalan yang harus Ia tempuh sangatlah pahit. Ia menyadari bahwa penderitaan yang Ia alami memiliki tujuan yang lebih besar, yaitu keselamatan umat manusia.
- Mengandalkan Roh Kudus: Roh Kudus memberikan Yesus kekuatan dan penghiburan di tengah penderitaan. Kita juga dapat mengandalkan Roh Kudus untuk memberikan kita kekuatan dan damai sejahtera.
- Memiliki perspektif yang kekal: Yesus selalu memiliki pandangan yang jauh ke depan. Ia melihat melampaui penderitaan saat ini dan memikirkan kemuliaan yang akan datang.
- Mengasihi musuh: Bahkan ketika Ia disiksa dan dihina, Yesus tetap mengasihi mereka yang menyakiti-Nya. Kasih-Nya yang sempurna menjadi teladan bagi kita untuk mengampuni dan mengasihi, bahkan mereka yang telah menyakiti kita.
- Menyerahkan diri kepada Bapa: Pada saat-saat terakhir, Yesus berseru, "Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dengan penyerahan diri yang sempurna, Ia menunjukkan bahwa bahkan dalam kematian, Ia tetap percaya dan mengandalkan Bapa.

Kita pelajari dari cara Yesus mengatasi penderitaan yang menindas diri-Nya, antara lain:
- Penderitaan adalah bagian dari hidup: Kita tidak dapat menghindari penderitaan sepenuhnya, tetapi kita dapat belajar untuk menghadapinya dengan sikap yang benar.
- Doa adalah kunci: Dengan berdoa, kita dapat mencurahkan segala beban kita kepada Tuhan dan menemukan kekuatan serta penghiburan.
- Menerima kehendak Tuhan: Meskipun sulit, kita perlu belajar untuk menerima kehendak Tuhan dalam hidup kita.
- Mengasihi sesama: Kasih adalah kekuatan yang dapat membawa kita melewati segala penderitaan.
- Memiliki harapan: Kita harus selalu memiliki harapan akan masa depan yang lebih baik.

Yesus telah menunjukkan kepada kita bahwa bahkan dalam penindasan yang paling berat sekalipun, ada harapan dan kemenangan. Tuhan dapat bekerja untuk kebaikan kita dalam segala situasi termasuk saat hidup alami tekanan dan penyiksaan dan atau penindasan. Perjalanan iman yang kuat dan pemahaman yang mendalam tentang karakter Tuhan akan membawa hidup seperti Ayub yang timbul seperti emas saat alami pengujian.






Tulisan lainnya:
Perjanjian Garam Kasih Karunia Saat Digarami Api
Transformasi Melalui Penderitaan
Bahagia Saat Melewati Pencobaan
Jangan takut Menderita
Kelelahan Menjalani Kehidupan
Alami Kesusahan?
TUHAN Itu Pembela
Praktik Kekerasan Di Bumi


Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (84) budaya (47) dasar iman (99) Dogmatika (75) Hermeneutika (76) karakter (42) konseling (82) Lainnya (92) manajemen (67) pendidikan (58) peristiwa (71) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)