Teks ayat di atas adalah sepenggal dari perkataan Yesus kepada Bapa di surga menjelang penyaliban, bahwa Yesus adalah yang Bapa utus. Sebagai utusan Bapa maka Bapa memberikan kepada Yesus segala sesuatu dalam hidup Yesus dan Yesus menyampaikan firman yang berasal dari Bapa kepada mereka yang berada disekeliling Yesus, dan mereka telah menerimanya dan benar-benar tahu, bahwa Aku (Yesus) datang dari pada-Mu (Bapa), dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang mengutus Aku.
Yesus diutus oleh Bapa dalam Injil Yohanes muncul empat puluh kali. Makna “Diutus - apostellō” dalam Konteks Yohanes dipengaruhi Yunani-Romawi, “diutus” berarti dikirim dengan otoritas resmi untuk menjalankan misi tertentu yaitu pengutusan ilahi yang bersifat kekal dan penuh kuasa. Hal ini berarti Yesus bukan datang atas kehendak-Nya sendiri melainkan:
- Ia datang dengan kuasa, otoritas, dan tujuan langsung dari Bapa.
- Ia adalah wakil resmi Bapa di dunia — seperti seorang duta besar yang membawa pesan raja.
- Yesus memiliki otoritas mengutus para murid-Nya dengan berkata “Demikian juga Aku mengutus kamu → Ia meniru pengutusan Bapa terhadap diri-Nya untuk mengutus murid-murid. Pengutusan Yesus adalah model sempurna dari semua pengutusan ilahi.
Apakah karena Yesus sebagai utusan Bapa maka Yesus adalah seorang nabi? Secara umum, sosok nabi dalam Alkitab adalah orang yang dipilih dan diurapi oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan, peringatan, pengajaran, dan firman Tuhan kepada umat-Nya. Selengkapnya mengenai peran dan fungsi seorang nabi dalam Kristen berdasarkan Alkitab adalah:
- Menyampaikan Firman Tuhan (Pesan Ilahi) karena nabi adalah suaranya Tuhan bagi umat-Nya. Mereka bukan menyampaikan pikiran pribadi, tetapi pesan langsung dari Allah. Perhatikan:
- Amos 3:8 "Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
- 2 Petrus 1:21 "Karena tidak pernah nubuat datang karena kehendak manusia, tetapi manusia yang berbicara dari Allah, digerakkan oleh Roh Kudus."
Penjabaran fungsi menyampaikan pesan ilahi adalah:
- Menyampaikan perintah, janji, atau hukuman Tuhan.
- Mengingatkan umat akan perjanjian Tuhan.
- Mengumumkan kedatangan Mesias (Yesus Kristus). - Menegur dan Memperingatkan Umat karena nabi sering kali berperan sebagai pengkritik moral dan spiritual, menegur penyimpangan, penyembahan berhala, ketidakadilan, dan kemunafikan. Perhatikan:
- Yesaya 1:10–17 → Nabi Yesaya menegur umat Israel karena ritual ibadah tanpa keadilan dan kasih.
- Yeremia 7:3–7 → Nabi Yeremia menegur umat yang percaya bahwa bait suci akan menyelamatkan mereka, padahal mereka hidup dalam kejahatan.
* Penjabaran fungsi menegur dan memperingati umat TUHAN adalah:
- Mengingatkan umat untuk bertobat.
- Menyuarakan keadilan sosial dan kebenaran ilahi.
- Menyatakan konsekuensi dosa (hukuman Tuhan). - Memberi Pengharapan dan Janji Tuhan karena nabi juga membawa pesan pengharapan, terutama tentang pemulihan, keselamatan, dan kedatangan Mesias. Perhatikan:
- Yesaya 9:6–7 → Nubuat tentang kelahiran seorang Anak yang akan memerintah sebagai Raja Damai — dianggap sebagai nubuat tentang Yesus Kristus.
- Yeremia 31:31–34 → Nubuat tentang Perjanjian Baru yang akan dibuat Tuhan dengan umat-Nya — digenapi dalam Yesus (Lukas 22:20).
* Penjabaran fungsi memberi pengharapan dan janji TUHAN adalah:
- Menyatakan rencana keselamatan Allah.
- Memberi pengharapan di tengah penderitaan.
- Mengarahkan umat kepada masa depan yang dijanjikan Tuhan. - Meramalkan Masa Depan (Nubuat Prophetic) karena nabi sering meramalkan peristiwa masa depan, baik yang bersifat lokal (misalnya kehancuran Yerusalem) maupun universal (kedatangan Mesias, akhir zaman). Perhatikan;
- Daniel 9:24–27 → Nubuat tentang 70 minggu yang mengarah pada kedatangan Mesias.
- Matius 24:1–2 → Yesus sendiri berbicara sebagai Nabi yang meramalkan kehancuran Bait Suci.
* Penjabaran fungsi nubuat prophetic adalah:
- Menunjukkan otoritas ilahi Tuhan atas sejarah.
- Mengonfirmasi kebenaran firman Tuhan melalui penggenapan nubuat.
- Menguatkan iman umat bahwa Tuhan mengendalikan masa depan. - Menjadi Perantara antara Allah dan Umat karena nabi menjadi jembatan spiritual antara Tuhan yang kudus dan umat yang berdosa. Perhatikan:
- Keluaran 4:16 → Tuhan berkata kepada Musa: "Ia (Harun) akan menjadi mulut bagimu, dan engkau akan menjadi Allah baginya."
- 1 Raja-raja 17–19 → Elia berdiri sendirian melawan raja dan para nabi Baal, menjadi perantara kebenaran Tuhan.
* Penjabaran fungsi perantara antara Allah dan umat-Nya adalah:
- Mendoakan umat.
- Memohon belas kasihan Tuhan.
- Mewakili Tuhan dalam konflik rohani. - Nabi dalam Konteks Perjanjian Baru: Yesus dan Para Nabi Gereja dimana dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus adalah Nabi utama dan sempurna — lebih dari sekadar nabi biasa, Ia adalah Firman yang menjadi manusia. Perhatikan:
- Lukas 24:19 "...Ia seorang nabi, kuat dalam perbuatan dan perkataan di hadapan Allah dan di hadapan seluruh bangsa."
- Ibrani 1:1–2 "Pada waktu dahulu Allah berbicara kepada nenek moyang kita dalam berbagai cara dan melalui nabi-nabi, tetapi pada akhir zaman Ia telah berbicara kepada kita dengan seorang Anak..."
* Selain Yesus, gereja perdana juga memiliki nabi-nabi rohani yang melayani dalam konteks jemaat, yaitu:
- 1 Korintus 12:28 "Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai guru..."
- Efesus 4:11–13 "...Ia memberikan beberapa orang sebagai rasul, beberapa orang sebagai nabi, beberapa orang sebagai pemberita Injil, beberapa orang sebagai gembala dan guru, untuk memperlengkapi orang-orang kudus..."
* Penjabaran fungsi nabi (karunia kenabian) adalah:
- Menyampaikan pengajaran rohani yang menguatkan jemaat.
- Memberi nasihat ilahi dalam keputusan jemaat.
- Mengungkapkan kehendak Tuhan secara langsung (dalam konteks otoritas Alkitab yang sudah lengkap).
- Catatan Penting: Dalam tradisi Kristen modern, banyak denominasi percaya bahwa karunia nubuat masih ada, tetapi tidak menambahkan wahyu baru yang setara dengan Alkitab. Nubuat modern harus diuji menurut Alkitab (1 Yohanes 4:1; 1 Tesalonika 5:20–21).
Dalam status dan fungsinya sebagai Nabi, Yesus Kristus menjalankan peran yang paling sempurna, utama, dan final dalam sejarah keselamatan manusia menurut Alkitab. Ia bukan hanya salah satu dari banyak nabi — tetapi Nabi yang menggenapi semua nubuat, menyatakan Allah secara penuh, dan menjadi sumber wahyu ilahi yang terakhir dan tak tergantikan.
Penjelasan hal hal mengenai apa yang dilakukan Yesus dalam status dan fungsinya sebagai Nabi, berdasarkan Alkitab adalah:
- Menyatakan Firman Allah Secara Langsung dan Sempurna. Yesus bukan sekadar menyampaikan pesan Tuhan — Ia adalah Firman Tuhan yang menjadi manusia. Dalam diri-Nya, Allah berbicara secara langsung, bukan melalui ilham atau mimpi, tetapi dalam wujud nyata. Perhatikan:
- Yohanes 1:1, 14 “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah... Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita.”
- Ibrani 1:1–2 “Pada waktu dahulu Allah berbicara kepada nenek moyang kita dalam berbagai cara dan melalui nabi-nabi, tetapi pada akhir zaman Ia telah berbicara kepada kita dengan seorang Anak, yang telah Ia tetapkan sebagai ahli waris segala sesuatu.”
⧫ Yesus melakukan tindakan dalam konteks menyatakan firman adalah sebagai "Pengajar" kebenaran ilahi secara langsung, bukan sebagai utusan, tetapi sebagai Sumber Kebenaran itu sendiri. Ia berkata: “Aku berkata kepadamu...” (bukan “Tuhan berkata...”), menunjukkan otoritas ilahi-Nya (Matius 5:22, 28, 32, dsb.). - Menggenapi Semua Nubuat Perjanjian Lama. Yesus datang bukan untuk menghapus hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya — termasuk semua nubuat tentang Mesias yang disampaikan para nabi. Perhatikan:
- Lukas 24:27 “Dan Ia memulai dari Musa dan segala nabi-nabi, lalu menafsirkan bagi mereka segala sesuatu yang menyangkut diri-Nya dalam seluruh Kitab Suci.”
- Lukas 24:44–45 “Semua yang tertulis tentang Aku harus digenapi... Lalu Ia membuka pikiran mereka, supaya mereka mengerti Kitab Suci.”
⧫ Yesus melakukan tindakan dalam konteks mengenapi nubuat Perjanjian Lama adalah sebagai pemenuh yang memenuhi ratusan nubuat: kelahiran di Betlehem (Mikha 5:2), masuk Yerusalem dengan keledai (Zakharia 9:9), ditusuk (Zakharia 12:10), disalibkan bersama penjahat (Yesaya 53:12), dsb. Dengan demikian, Ia mengonfirmasi kebenaran para nabi sebelum-Nya dan menunjukkan bahwa Dia adalah Tujuan dari seluruh nubuat. - Mengajar Kebenaran Ilahi Secara Tegas dan Otoritatif yakni Yesus mengajar dengan otoritas yang tidak dimiliki para nabi atau ahli Taurat sebelum-Nya. Ia tidak mengatakan “Ada yang berkata... tetapi Aku berkata...” — menunjukkan bahwa Ia adalah sumber ajaran ilahi. Perhatikan:
- Matius 7:28–29 “Ketika Yesus selesai mengucapkan perkataan-perkataan ini, orang banyak takjub karena Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, dan bukan seperti ahli-ahli Taurat mereka.”
⧫ Yesus melakukan tindakan dalam konteks mengajar kebenaran Ilahi dengan:
- Mengajarkan prinsip Kerajaan Allah: kasih, pengampunan, kerendahan hati, keadilan, dan kekudusan (Matius 5–7).
- Mengungkapkan makna sejati Taurat: bukan hanya perbuatan lahiriah, tetapi kehidupan hati (Matius 5:21–48).
- Mengajarkan tentang kasih kepada musuh, pengampunan tanpa batas, dan kerajaan yang bukan dari dunia ini. - Menegur Kemunafikan dan Ketidakadilan Spiritual. Seperti para nabi sebelumnya, Yesus menegur para pemimpin agama yang mengutamakan ritual tanpa hati, dan menyalahgunakan kuasa. Perhatikan:
- Matius 23:1–36 -> Yesus mengutuk ahli-ahli Taurat dan orang Farisi sebagai “munafik”, “ular-ular”, “anak-anak ular”, karena mereka menekan orang lain, tetapi tidak menjalankan keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.
- Yohanes 8:44 -> Ia menyebut para pemimpin Yahudi sebagai “anak iblis” karena mereka tidak menerima kebenaran.
⧫ Yesus melakukan tindakan dalam konteks menegur kemunafikan dan ketidakadilan dengan Menyatakan bahwa Tuhan menghendaki hati yang tulus, bukan ritual yang megah. Menjadi “nabi yang menentang sistem” — seperti Elia menentang Baal, Yesus menentang sistem keagamaan yang korup. - Meramalkan Masa Depan dengan Tepat dan Akurat. Yesus adalah Nabi yang meramalkan masa depan — termasuk peristiwa yang akan terjadi dalam sejarah dan akhir zaman — dan semua ramalan-Nya digenapi. Perhatikan:
- Matius 24:1–2 “Yesus berkata kepada mereka: ‘Kamu melihat semuanya ini? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan tinggal di atas batu lain; semuanya akan diruntuhkan.’” → Digenapi tahun 70 M, ketika Yerusalem dihancurkan Romawi.
- Yohanes 13:19 “Aku memberitahukannya kepadamu sebelum terjadi, supaya apabila terjadi, kamu percaya, bahwa Aku adalah Dia.”
- Matius 16:21 -> Ia meramalkan kematian dan kebangkitan-Nya — dan semuanya terjadi.
⧫ Yesus melakukan tindakan dalam konteks berkata-kata tentang masa depan antara lain tentang:
- Meramalkan kehancuran Yerusalem.
- Meramalkan penyangkalan Petrus.
- Meramalkan kedatangan-Nya kembali (Matius 24:30).
- Meramalkan turunnya Roh Kudus (Yohanes 14:16–17, 26).
* Semua ramalan ini menunjukkan bahwa Ia bukan hanya manusia biasa — tetapi Allah yang mengetahui masa depan. - Mengungkapkan Wajah Bapa Secara Tuntas. Para nabi sebelumnya menyatakan sebagian dari kehendak Tuhan. Yesus menyatakan Allah secara utuh — karena Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Perhatikan:
- Yohanes 14:9 “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.”
- Yohanes 1:18 “Allah tidak pernah dilihat oleh seorang pun; tetapi Anak yang tunggal, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan Dia.”
⧫ Yesus melakukan tindakan dalam konteks mengungkap Wajah Bapa dengan cara:
- Mengungkapkan sifat Allah: kasih, kekudusan, kemurahan, keadilan, dan kebenaran.
- Menunjukkan bahwa Allah bukanlah Tuhan yang jauh, tetapi Allah yang dekat, yang rela mati demi manusia.
- Ia adalah Nabi yang tidak hanya membawa pesan, tetapi adalah Pesan itu sendiri. - Menjadi Nabi yang Menggenapi dan Mengakhiri Peran Nabi-Nabi Sebelumnya. Yesus tidak datang untuk menambahkan nabi baru — tetapi untuk menyelesaikan dan menyempurnakan semua nubuat dan peran nabi. Perhatikan:
- Matius 5:17 “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”
- Kolose 2:17 “Semua ini hanyalah bayangan dari apa yang akan datang, tetapi tubuhnya adalah Kristus.”
⧫ Yesus melakukan tindakan dalam konteks menggenapi dan mengakhiri peran para nabi dengan:
- Ia adalah akhir dari sistem nubuat — karena semua nabi bersaksi tentang Dia (Lukas 24:27).
- Setelah Yesus, tidak ada nabi yang lebih tinggi, lebih besar, atau lebih otoritatif.
- Dalam Perjanjian Baru, nabi-nabi gereja (misalnya Agabus, Yohanes di Wahyu) tidak menambah wahyu baru, tetapi hanya menyampaikan dan mengingatkan apa yang telah dinyatakan dalam Kristus. - Menjadi Nabi yang Mengutus Roh Kudus untuk Melanjutkan Pelayanan-Nya. Setelah naik ke surga, Yesus mengutus Roh Kudus — yang akan melanjutkan fungsi nabi di dalam hati orang percaya, tetapi bukan sebagai nabi baru, melainkan sebagai Pembimbing Kebenaran. Perhatikan:
- Yohanes 16:13 “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran... Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”
⧫ Yesus melakukan tindakan dalam konteks sebagai pengutus Roh Kudus karena Ia mengakhiri era nabi “berdiri sendiri” dan memulai era nabi yang bekerja melalui Roh — di dalam setiap orang percaya. Roh Kudus tidak mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan Yesus — tetapi mengingatkan dan menjelaskan ajaran-Nya (Yohanes 14:26).
Jika berbicara Yesus sebagai nabi besar maka di kalangan Yahudi akan diperhadapkan dengan sosok nabi Musa sehingga dalam Kitab Ibrani 3:1-6 adalah keterangan bahwa Yesus lebih tinggi dari Musa. Tulisan ini mencoba membuat persamaan dan perbedaan antara Yesus dengan Musa sebagai nabi karena secara eksplisit menghubungkan Yesus dengan Musa (Ulangan 18:15-18). Penjelasannya adalah:
- Persamaan antara Yesus dan Musa sebagai nabi:
1. Diutus oleh Allah untuk menyelamatkan umat-Nya. Keduanya diutus Tuhan untuk membebaskan umat Israel dari perbudakan — Musa dari perbudakan fisik di Mesir, Yesus dari perbudakan dosa dan maut. Perhatikan:
Keluaran 3:10 —> “Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”
Lukas 4:18–19 —> “Roh Tuhan ada pada-Ku... untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan...”
2. Menerima wahyu langsung dari Tuhan. Keduanya berbicara langsung dengan Tuhan, bukan lewat mimpi atau penglihatan samar. Perhatikan:
- Keluaran 33:11 —> “Tuhan berbicara dengan Musa muka dengan muka, seperti seorang berbicara dengan temannya.”
- Yohanes 1:18 —> “Anak yang tunggal, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan Dia.”
3. Menyampaikan hukum dan perjanjian ilahi Musa menyampaikan Taurat (Hukum Tuhan); Yesus menyampaikan Perjanjian Baru (hukum kasih dan iman). Perhatikan:
- Keluaran 24:12 —> “Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yaitu hukum dan perintah yang Kutuliskan untuk mengajarkannya kepadamu.”
- Matius 5:17–18 —> “Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat... tetapi untuk menggenapinya.”
4. Melakukan tanda-tanda ajaib (mukjizat) Keduanya melakukan mukjizat sebagai tanda otoritas ilahi. Perhatikan:
- Keluaran 7–12 —> Musa membelah laut, mendatangkan tulah.
- Yohanes 2:11, 6:11 —> Yesus mengubah air menjadi anggur; memberi makan 5.000 orang.
5. Menjadi perantara antara Allah dan umat Keduanya menjadi jembatan antara Allah yang kudus dan umat yang berdosa. Perhatikan:
- Keluaran 19:16–19 —> Musa naik ke gunung, berbicara dengan Tuhan, lalu turun menyampaikan firman.
- Ibrani 8:6 —> Yesus adalah “Perantara perjanjian yang lebih baik.”
6. Dijanjikan sebagai “Nabi seperti Musa” Yesus secara eksplisit disebut sebagai “Nabi seperti Musa” yang dijanjikan Tuhan. - Ulangan 18:15,18 —> “Tuhan, Allahmu, akan membangkitkan bagimu seorang nabi seperti aku...”
- Kisah 3:22–23 —> Petrus mengatakan: “Musa berkata: Tuhan Allahmu akan membangkitkan bagimu seorang nabi seperti aku...”
7. Penerimaan oleh umat Banyak orang Israel menolak Musa — bahkan menyembah anak lembu emas (Keluaran 32). Banyak orang menolak Yesus — tetapi Ia mendapat kemuliaan dari Bapa dan semua yang percaya kepada-Nya mendapat hidup kekal (Yohanes 1:11–12). - Perbedaan antara Yesus dan Musa sebagai nabi adalah:
1. Identitas dan sifat ilahi Musa adalah manusia biasa, meski dipilih Tuhan. Ia berdosa dan tidak sempurna (Keluaran 2:12; 32:19–20; Bilangan 20:12). Yesus adalah Allah yang menjadi manusia — Tuhan sendiri yang menyatakan diri (Yohanes 1:1, 14; 10:30; Kolose 2:9).
2. Sumber firman yang disampaikan Musa menyampaikan firman Tuhan yang diberikan kepadanya. Yesus adalah Firman itu sendiri— bukan penerima, tetapi sumber firman ilahi (Yohanes 1:1, 14; Ibrani 1:2).
3. Peran dalam perjanjian Musa adalah perantara Perjanjian Lama(Taurat) — berdasarkan hukum dan persembahan hewan. Yesus adalah Perantara Perjanjian Baru— berdasarkan darah-Nya sendiri dan kasih karunia (Ibrani 9:15; 12:24).
4. Kematian dan kebangkitan Musa mati, dikubur, dan tidak bangkit. Tuhan sendiri menguburkannya (Ulangan 34:5–6). Yesus mati, dikubur, dan bangkit dari antara orang mati — kemenangan atas dosa dan maut (1 Korintus 15:3–4; Kisah Para Rasul 2:24).
5. Kepenuhan nubuat Musa adalah nabi yang meramalkan datangnya Nabi yang lebih besar. Yesus adalah penggenapan nubuat itu — Ia adalah “Nabi seperti Musa” yang dijanjikan (Kisah Para Rasul 3:22–23).
6. Otoritas pengajaran. Musa berkata: “Tuhan berkata...” sedangkan Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu...” — menunjukkan otoritas ilahi sendiri (Matius 5:22, 28, 32, dsb.).
7. Hubungan dengan Bapa. Musa berbicara dengan Tuhan “muka dengan muka”, tetapi tidak melihat kemuliaan-Nya secara penuh (Keluaran 33:20–23). Yesus adalah satu-satunya yang ada di pangkuan Bapa — Ia melihat dan menyatakan Bapa secara penuh(Yohanes 1:18; 14:9).
8. Peran dalam keselamatan. Musa membebaskan umat dari perbudakan Mesir — sementara Yesus membebaskan umat dari perbudakan dosa — selamanya (Yohanes 8:36; Roma 6:17–18).
9. Pelayanan yang abadi. Taurat yang disampaikan Musa bersifat sementara — digenapi dan diganti oleh Perjanjian Baru (2 Korintus 3:7–11). Yesus membawa perjanjian yang kekal — yang tidak akan berlalu (Ibrani 13:20; Matius 24:35).
Secara teologis, Yesus adalah “Nabi seperti Musa” — tapi Lebih dari Musa. Yesus adalah Nabi seperti Musa — dalam peran, panggilan, mukjizat, dan perantaraan. Ini adalah cara Alkitab menunjukkan bahwa Yesus adalah kelanjutan dan pemenuhan dari rencana keselamatan Tuhan yang dimulai melalui Musa. Perbedaan lain:
- Musa adalah pelayan dalam rumah Tuhan (Ibrani 3:5). Yesus adalah Anak di atas rumah-Nya sendiri (Ibrani 3:6).
- Musa membawa hukum; Yesus membawa kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:17).
- Musa menunjukkan jalan; Yesus adalah jalan itu sendiri (Yohanes 14:6).
Yesus adalah nabi besar karena tidak terpisahkan antara status Yesus sebagai Nabi dan sebagai Mesias. Dalam Alkitab, status Yesus sebagai Nabi adalah bagian integral, persiapan, dan ekspresi pertama dari identitas-Nya sebagai Mesias — dan sebaliknya, status-Nya sebagai Mesias adalah penggenapan dan puncak dari semua nubuat nabi-nabi Perjanjian Lama. Kita tidak bisa memahami Yesus sebagai Mesias tanpa memahami-Nya sebagai Nabi yang sempurna, dan kita tidak bisa memahami-Nya sebagai Nabi tanpa menyadari bahwa Ia adalah Mesias yang ditunggu-tunggu.
Hubungan status Yesus antara sebagai Nabi dan juga Mesias, adalah:
- Konsep “Mesias” dalam Konteks Perjanjian Lama: Nabi yang Ditunggu. Dalam tradisi Yahudi, Mesias (dari bahasa Ibrani: Māšîaḥ, artinya “yang diurapi”) adalah tokoh yang dijanjikan Tuhan untuk:
- Membebaskan umat Israel dari penindasan,
- Memulihkan kerajaan Daud,
- Membawa keadilan, damai, dan keselamatan abadi.
- Namun, para nabi Perjanjian Lama tidak hanya meramalkan seorang raja atau pembebas politis — mereka meramalkan seorang “Nabi seperti Musa” yang akan membawa wahyu ilahi yang baru dan sempurna.
Perhatikan ayat dalam Alkitab dalam Ulangan 18:15, 18–19 “Tuhan, Allahmu, akan membangkitkan bagimu seorang nabi seperti aku dari tengah-tengahmu, dari saudara-saudaramu; kepadanyalah kamu harus mendengarkan... Aku akan membangkitkan seorang nabi bagi mereka dari tengah-tengah saudara-saudara mereka, seperti engkau; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.”
- Yesus secara eksplisit dikaitkan dengan nubuat ini: Yohanes 6:14 “Ketika orang-orang itu melihat tanda yang telah dibuat Yesus, mereka berkata: ‘Ini benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia!’” dan Kisah Para Rasul 3:22–23, Petrus berkata: “Sebab Musa pernah berkata: Tuhan, Allahmu, akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari saudara-saudaramu, seperti aku; kepadanya kamu harus mendengarkan dalam segala sesuatu yang akan dikatakan-Nya kepadamu. Dan setiap orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dilenyapkan dari umat.” Ini adalah pengakuan bahwa Yesus adalah “Nabi seperti Musa” — yang merupakan identitas Mesias menurut tradisi Yahudi. - Yesus sebagai Nabi yang Menggenapi Identitas Mesias. Yesus tidak datang sebagai Mesias yang terpisah dari peran nabi — Ia datang sebagai Mesias yang menjalankan fungsi nabi secara sempurna dalam menyampaikan firman TUHAN, menegur kemunafikan, bernubuat tentang masa depan dan mengungkapkan kehendak Bapa sehingga Yesus bukan hanya “seorang nabi yang menjadi Mesias” — tetapi “Mesias yang menjadi Nabi yang sempurna”.
- Pengakuan Murid-murid: Yesus adalah Nabi dan Mesias. Dalam Injil, pengakuan tentang Yesus sering kali menggabungkan kedua peran ini:
- Matius 16:13–16 “Ketika Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: ‘Siapakah manusia itu menurut orang banyak, bahwa Anak Manusia itu?’ Mereka menjawab: ‘Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.’ Kata-Nya kepada mereka: ‘Tetapi kamu, siapakah kamu mengatakan Aku ini?’ Jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’”
- Lukas 24:19, dua murid di Emaus berkata: “Ia seorang nabi, kuat dalam perbuatan dan perkataan di hadapan Allah dan di hadapan seluruh bangsa.” Namun, setelah Yesus membuka Kitab Suci bagi mereka, mereka sadar: Ia adalah Mesias yang harus menderita dan bangkit (Lukas 24:26–27).
Petrus tidak mengatakan “Engkau adalah Nabi” — tapi “Engkau adalah Mesias”. Petrus mengatakan itu setelah orang-orang mengenal Yesus sebagai “salah seorang dari para nabi” — yang berarti: pengakuan Mesias hanya mungkin terjadi setelah pengenalan akan peran nabi-Nya. Sedangkan dua murid yang ke Emaus, nubuat nabi membawa mereka kepada pengenalan akan Mesias. - Yesus Sendiri Mengidentifikasi Diri sebagai Mesias yang Berkuasa sebagai Nabi. Yesus tidak menolak gelar “Nabi” — bahkan Ia menggunakan nubuat nabi sebagai dasar untuk mengklaim diri-Nya sebagai Mesias. Perhatikan Lukas 4:16–21, Di sinagoga Nazaret, Yesus membaca kitab Yesaya 61:1–2: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin...” Lalu Ia berkata: “Hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Klaim langsung dari Yesus: “Aku adalah Mesias yang diurapi oleh Roh — yang telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya.”
- Nabi dan Mesias: Dua Sisi dari Satu Identitas Ilahi. Dalam teologi Kristen, Nabi dan Mesias bukan dua peran terpisah — melainkan dua dimensi dari satu pelayanan ilahi yang utuh, yaitu:
- Fokus: Menyampaikan firman Tuhan, menggenapi janji keselamatan.
- Fungsi: Memberitakan, menegur, meramal dan membebaskan, menyelamatkan, memerintah
- Karakter: Utusan Tuhan, Yang diurapi Tuhan untuk memulihkan segala sesuatu.
- Hubungan: Nabi adalah jembatan menuju Mesias dan juga Mesias adalah penggenapan Nabi. - Perjanjian Baru Menegaskan: Yesus adalah Nabi-Mesias. Tidak ada pengakuan yang lebih jelas daripada Kisah Para Rasul 3:22–23, yang mengutip Ulangan 18, lalu menyatakan: “Kepada-Nya kamu harus mendengarkan...” → Ini adalah perintah untuk mendengarkan Mesias sebagai Nabi terakhir. Juga dalam Ibrani 1:1–2, penulis mengatakan: “Pada waktu dahulu Allah berbicara kepada nenek moyang kita dalam berbagai cara dan melalui nabi-nabi, tetapi pada akhir zaman Ia telah berbicara kepada kita dengan seorang Anak...” Dalam teologi Kristen Allah berbicara melalui nabi — tetapi pada akhir zaman, Ia berbicara dalam Anak-Nya. Dan Anak itu adalah Mesias — yang juga adalah Nabi yang paling agung.
- Konsekuensi Teologis: Tanpa Nabi, Tidak Ada Mesias — Tanpa Mesias, Nabi Tidak Punya Tujuan, maka:
- Tanpa Nabi: Orang tidak tahu siapa Mesias itu, apa yang harus dilakukan-Nya, atau mengapa Ia harus menderita → Tanpa nubuat nabi, Yesus bisa dianggap hanya seorang guru atau pemberontak.
- Tanpa Mesias: Nabi-nabi hanya menjadi “ramalan kosong” — seperti ramalan yang tidak pernah digenapi → Tanpa Yesus, semua nubuat tentang “Anak Daud”, “Hamba yang menderita”, “Imanuel”, “Nabi seperti Musa” menjadi sia-sia.
* Yesus adalah titik temu sempurna antara nubuat dan penggenapan. Dia adalah Nabi yang mengatakan: “Aku datang untuk menggenapi” — dan Mesias yang mengatakan: “Aku adalah jalan, kebenaran, dan hidup” (Yohanes 14:6).
Yesus Sang Firman merendahkan diri dengan mengosongkan diri-Nya menjadi manusia dan menjadi hamba yang diutus. Yesus bukan hanya "dikirim" sebagai utusan seperti sejumlah nabi lainnya, sebab DIA adalah pernyataan pribadi Allah kepada manusia untuk menyatakan kebenaran, membawa keselamatan, dan menjadi jalan tunggal untuk mengenal Allah sehingga jika mengenal Kristus Yesus akan dituntun mengakui keilahian Yesus sebagai Anak Tunggal Allah dan memperoleh hidup yang kekal.
- Tulisan lainnya di werua.blogspot:
- Yesus Utusan Bapa
- Yesus Hamba Allah
- Pekerjaan Kemanusiawian Yesus
- Musa Dalam Injil Yohanes Dan Perjanjian Lama
- Mesias Berdasarkan Injil Yohanes Dan Perjanjian Lama
- Dipanggil Untuk Diselamatkan
- Yesus Perantara Dengan Bapa
- TUHAN Itu Tidak Terpahami
- Menjadi Utusan Injil
- Hidup Dalam Anugerah