Pesan agar berakar di dalam Dia (Kristus Yesus) ditujukan kepada mereka yang hidup di dalam Kristus karena telah menerima Yesus sebagai TUHAN dalam hidupnya seperti yang tertulis dalam Kolose 2:6. Menerima Yesus sebagai TUHAN dan Juruseamat bukanlah akhir dalam perjalanan hidup di dunia menuju kehidupan yang kekal yang penuh anugerah dari TUHAN. Berakar ke dalam hingga dapat tumbuh ke atas dan menghasilkan buah berdasarkan pengajaran Yesus tentang perumpamaan seorang penabur disebabkan tanah yang menerima benih yang ditabur jatuh di tanah yang baik bukan di tanah yang berbatu-batu dan atau di tanah yang di semak duri (Matius 13:1-23) karena keputusan menerima Yesus sebagai TUHAN dan Juruselamat akan membuat penguasa kegelapan menjadi geram sehingga timbul aniaya dan tipu daya iblis sehingga hidup dapat hidup dalam kekuatiran karena fokus kesenangan bersifat duniawi.
Bentuk tipu daya yang dijelaskan dalam Kitab Kolose adalah serangkaian yang berusaha menawan orang percaya dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. Pada zaman RAsul Paulus melayani TUHAN, tipu daya diantaranya berupa ajaran sesat yang dihadapi jemaat di Kolose. Ajaran sesat ini kemungkinan adalah campuran dari:
- Yudaisme: Penekanan pada sunat, hari raya, makanan, dan hukum Taurat (Kolose 2:11, 16-17).
- Filsafat/Okultisme Yunani: Penekanan pada "roh-roh dunia" dan pengetahuan rahasia (gnosis) (Kolose 2:8).
- Asketsime yang ekstrem: Penyiksaan diri / penderitaan diri dan penyembahan kepada malaikat (Kolose 2:18, 20-23).
Sumber teks dari kata berakar adalah ἐρριζωμένοι/errizōmenoi yang didasari bentuk kata dasar ῥιζόω yang artinya "berakar kuat, menyebabkan berakar, menjadi stabil sehingga memiliki pengertian bahwa orang beriman diibaratkan tanaman kehidupan, stabilitas, dan kesuburannya bergantung pada akar tersembunyi yang menyerap nutrisi dari tanah yang subur. Istilah ini menggambarkan tindakan yang tuntas dengan hasil yang langgeng; Allah telah menanam umat-Nya dengan aman, dan vitalitas mereka yang berkelanjutan mengalir dari realitas yang mapan itu.
Dari sudut pandang pengetahuan ilmiah tentang botani, akar memiliki fungsi sebagai:
1. Penyerapan Nutrisi (mineral) dan Air dari tanah, yang diperlukan untuk fotosintesis di daun. Energi matahari (fotons) diubah menjadi energi kimia (glukosa) melalui fotosintesis — tapi ini terjadi di daun, bukan di akar.
2. Penyimpanan energi cadangan sebab akar (terutama akar umbi seperti singkong, wortel, atau talas) bisa menyimpan karbohidrat dalam bentuk pati. Bentuk energi kimia tersimpan — yang nanti bisa digunakan oleh pohon saat musim dingin, atau saat pertumbuhan baru dimulai. Contoh: Pohon mangga menyimpan energi di akar untuk bertahan saat musim kemarau dan memicu pertumbuhan kembali di musim hujan.
3. Energi Mekanis dan Struktural yaitu akar memberikan kekuatan mekanis untuk menopang pohon besar — kadang bisa menghasilkan gaya tarik hingga ratusan kilonewton. Akar juga mengikat tanah, mencegah erosi — ini adalah bentuk energi potensial lingkungan yang dihasilkan oleh sistem akar.
Dari sudut pandang filosofis/simbolik, akar merupakaan kekuatan tersembunyi karena:
- Akar yang dalam adalah gambaran ketahanan, kesabaran, ketenangan, koneksi dengan sumber asli
- Tidak terlihat sebagai gambaran kekuatan tersembunyi yang tidak selalu tampak, tapi menopang segalanya.
- Menghadapi badai sebagai gambaran kekuatan diam yang tidak berteriak, tapi tak tergoyahkan.
- Sumber kehidupan sebagai gambaran seperti akar yang menyerap nutrisi dari tanah gelap, manusia pun butuh menyentuh “tanah batin” — pengalaman, trauma, atau nilai-nilai dasar — untuk tumbuh.
- Dalam filsafat Timur mengambarkan "Yang kuat bukanlah yang bergerak cepat, tapi yang berakar dalam."
Akar pohon adalah metafora untuk kekuatan batin, ketenangan, dan konsistensi — kekuatan yang tidak perlu pamer, tapi mampu menopang kehidupan selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Dalam sejarah Gereja seperti Irenaeus menggunakan metafora akar untuk melawan dualisme Gnostik, dengan menekankan bahwa ortodoksi menjaga umat beriman tetap berlabuh pada kebenaran apostolik. Selama Reformasi, para penafsir seperti John Calvin merujuk pada ayat-ayat ini untuk menegaskan bahwa iman yang menyelamatkan bukanlah keputusan sesaat, melainkan penanaman yang ditempa oleh Roh Kudus dan bertahan lama. Kaum Puritan mengembangkan gagasan ini secara pastoral, mendesak para pendengar untuk memeriksa apakah pengakuan iman mereka berasal dari akar yang sejati di dalam Kristus.
Bila kita merenungkan secara bertahap dari fakta ilmiah bagaimana akar menyerap air dan nutrisi menuju hikmah spiritual terlebih lebih di tanah yang kering sebab akar tanaman tidak pasif karena yang akar lakukan adalah:
- Fakta tentang akar dalam mencari dan menyerap air dan mineral / nutrisi:
- Hidrotropisme: Pertumbuhan akar yang berorientasi menuju sumber air (karena sel-sel akar merespons gradien kelembapan).
- Perpanjangan mendalam: Akar utama (akar tunggang) tumbuh jauh ke bawah — bisa sampai puluhan meter — untuk menjangkau air tanah.
- Pembentukan akar adventif dan rambut akar: Memperluas permukaan penyerapan di lapisan tanah yang lebih lembap.
- Kompromi strategis: Di kondisi ekstrem, pohon seperti Acacia atau Tamarisk bahkan mengorbankan daunnya agar energi difokuskan pada pertumbuhan akar.
* Artinya: Akar tidak menunggu air datang — ia bergerak, mencari, dan berjuang demi kelangsungan hidup. - Hikmah (nilai) spiritual dari aktivitas akar menyerap air dan nutrisi di tanah kering:
1. Simbol Keteguhan Hati di Tengah Kekeringan Jiwa yaitu
- Tanah kering = masa-masa sulit: kesepian, kehilangan, kegagalan, kekosongan spiritual, atau kehampaan makna.
- Akar yang mencari air = jiwa yang tak menyerah.
* Meski dunia tampak kering, hati yang bijak tetap bergerak — mencari sumber kehidupan: doa, merenungkan Firman, seni, persahabatan, kebenaran, atau kedamaian batin.
. “Ketika semua terasa kering, jangan berhenti mencari — karena air hidup sering kali tersembunyi jauh di bawah, di tempat yang hanya bisa dicapai dengan ketekunan.”
2. Kerendahan Hati yang Menyelamatkan sebab akar tidak berada di permukaan. Ia tidak memamerkan diri. Ia berada di gelap, diam, tanpa penghargaan publik. Spiritualitas sejati bukan yang paling keras bersuara, tapi yang paling dalam berakar — itulah yang bertahan.
- Orang yang tenang, yang berdoa dalam sunyi, yang belajar dalam kesendirian, yang sabar dalam ujian — mereka adalah “akar” yang sedang menembus lapisan tanah kering menuju sumber air hidup.
3. Perjalanan Batin yang Pribadi dan Tak Terlihat sebab air di dalam tanah tidak bisa dilihat dari atas. Sama seperti kebenaran, cinta, atau rahmat ilahi — tidak selalu terlihat oleh mata duniawi.
- Akar tidak bertanya: “Mengapa tanah ini kering?” Ia hanya bergerak — dengan keyakinan bahwa air ada sebagai metafora iman bahwa iman bukanlah melihat air, tapi percaya bahwa air ada — meski di bawah debu, batu, dan kekeringan.
4. Kekuatan dari Keterhubungan dengan Sumber sebab akar tidak mencari air untuk dirinya sendiri — ia mencari air untuk seluruh pohon: daun, bunga, buah, bayangan, dan oksigen yang dihasilkan. Spiritualitas sejati bukanlah egoistik karena ketika seseorang menemukan sumber kehidupan batin — ia menjadi saluran bagi orang lain.
Seorang yang telah melewati kekeringan rohani, lalu menemukan kedamaian, akan menjadi sumber ketenangan bagi yang lain — seperti akar yang menyalurkan air ke seluruh tubuh pohon, sehingga ia bisa memberi naungan dan buah.
5. Pelajaran dari Keberanian untuk Mendalam karena akar tidak takut gelap, akar tidak khawatir tentang “tampilan”, akar tidak butuh pujian melainkan hanya ingin menyentuh sumber hidup — bahkan jika harus menembus batu, bebatuan, atau lapisan tanah yang keras.
Inilah spiritualitas sejati yaitu berani turun ke dalam diri sendiri — ke dalam kegelapan, luka, dan ketakutan — bukan untuk berlarut-larut, tapi untuk menemukan sumber yang abadi.
* Akar yang mencari air — adalah jiwa yang mencari Tuhan.(Yohanes 4:13-14)
Selain dimensi spiritual secara umum mengenai berakar di tanah kering, ada dimensi khusus bila berakar dalam Kristus, yaitu akarnya tertuju mengarah kepada Kristus Yesus, seperti:
- Berakar tertuju Kristus adalah bentuk anugerah pemberian Allah alami pembenaran dengan fondasi akar menerima Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat (Lihat juga Efesus 2:8). Berakar berarti menerima Kristus secara pribadi — bukan hanya secara budaya atau tradisi. Ini adalah titik awal yaitu mengakui bahwa tanpa Kristus, manusia terpisah dari Allah; dan melalui salib-Nya, hubungan itu dipulihkan. Seperti akar yang menyerap nutrisi pertama dari tanah, iman kepada Kristus adalah sumber kehidupan pertama dan utama.
* Ruang lingkup dimensi spiritual adalah pertobatan, pengampunan dosa, dan relasi pribadi dengan Allah melalui Yesus. - Pertumbuhan dalam Iman karena diteguhkan oleh Firman dan Roh Kudus (Batang dan Daun) sehingga hati teguh tidak goyah melainkan tetap pada iman yang telah diterima ( Perhatikan Kolose 2:7). Berakar tidak berhenti di penerimaan awal. Ia membutuhkan pertumbuhan berkelanjutan.
Ini terjadi melalui:
Membaca dan merenungkan Alkitab (Firman = air dan pupuk rohani),
Doa (komunikasi dengan Sang Sumber),
Kehadiran Roh Kudus yang membimbing, menguatkan, dan mengubah hati.
* Ruang lingkup dimensi spiritual adalah pembelajaran Alkitab, doa pribadi, kesadaran akan pimpinan Roh, peningkatan pemahaman iman. - Keterhubungan dengan Jemaat dengan menjadi bagian dari pohon Ilahi (Sistem Akar Bersama) karena kita semua adalah anggota-anggota tubuh Kristus yang saling berkaitan.(Roma 12:5) Akar pohon tidak tumbuh sendirian — ia bagian dari sistem akar yang saling terhubung di bawah tanah.
Demikian pula, orang percaya tidak hidup dalam isolasi. Gereja adalah tubuh Kristus. Berakar dalam Kristus berarti berkomunitas: saling menopang, mengampuni, melayani, dan bersatu dalam kasih.
* Ruang lingkup dimensi spiritual adalah kehidupan persekutuan gereja, pelayanan, persekutuan saudara seiman, partisipasi dalam ibadah dan sakramen. - Kehidupan yang sesuai dengan Kristus dengan mengikuti Teladan-Nya (Cabang dan Buah) sebab “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak.” (Yohanes 15:5) Berakar dalam Kristus berarti menyerap nilai-nilai-Nya: kasih, kerendahan hati, pengampunan, kebenaran, keadilan, dan kasih karunia.
Ini terwujud dalam sikap terhadap sesama, kejujuran dalam pekerjaan, kesetiaan dalam hubungan, kekuatan untuk memaafkan, keteguhan dalam ujian.
* Ruang lingkup dimensi spiritual adalah transformasi moral dan etika, hidup yang mencerminkan karakter Kristus (buah Roh: Galatia 5:22–23). - Ketahanan dalam pencobaan dengan bertahan di tanah kering (Akar yang Tahan Uji) sebab “Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus.” (Roma 8:39) Ketika hidup terasa kering — kehilangan, penderitaan, kegagalan, pengkhianatan — orang yang berakar dalam Kristus tidak mati. Ia bertahan karena akarnya menyentuh sumber yang tak terlihat: kasih Allah yang kekal. Inilah yang membedakan iman Kristen dari sekadar “optimisme” — ia punya sumber yang abadi di tengah kegelapan.
* Ruang lingkup dimensi spiritual: Ketahanan rohani, pengharapan yang teguh, kepercayaan kepada Allah dalam penderitaan, ketenangan dalam krisis. - Pengabdian dan Misinya terkait memberi kehidupan bagi orang lain (Buah yang Berlimpah). “Kamu adalah terang dunia... demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” (Matius 5:14–16) Akar yang sehat tidak hanya bertahan — ia menghasilkan buah. Berakar dalam Kristus berarti menjadi saluran kasih Allah bagi dunia seperti:
Melalui kata-kata yang meneguhkan, tindakan yang memberi harapan, pelayanan kepada yang lemah, penginjilan dalam bentuk hidup yang autentik.
* Ruang lingkup dimensi spiritual: Misi pribadi, pelayanan sosial, kesaksian hidup, advokasi keadilan, pembawa damai. - Kesadaran Eternitas yaitu Hidup dari perspektif Surga (Akar yang Menyentuh Yang Abadi) karena kamu telah bangkit bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah. (Kolose 3:1) Akar yang berakar dalam Kristus tidak hanya hidup untuk hari ini — ia hidup dari perspektif kekal. Ia tidak terikat pada harta, popularitas, atau pencapaian duniawi, karena ia tahu: “Apa yang kelihatan adalah sementara, tetapi yang tidak kelihatan adalah kekal.” (2 Korintus 4:18) Ia hidup dalam pengharapan kedatangan Kristus yang kedua kali, dan dalam kerinduan akan Kerajaan Allah yang sempurna.
* Ruang lingkup dimensi spiritual: Hidup berorientasi kekal, prioritas surgawi, pengendalian diri dari hawa nafsu duniawi, kehidupan yang tidak takut mati.
Kata berakar dalam teks adalah ἐρριζωμένοι yaitu akar yang kuat sehingga akarnya dalam sangat berbeda dengan Matius 13:6 yang menggambarkan akar yang dangkal yang mengarah pada kemurtadan, sebuah kontras negatif terhadap nasihat positif Paulus. Roma 11:17 berbicara tentang orang percaya non-Yahudi yang dicangkokkan ke pohon zaitun yang dibudidayakan, menggarisbawahi ketergantungan pada akar perjanjian. Ibrani 12:15 memperingatkan terhadap "akar pahit", mengingatkan jemaat bahwa sistem akar alternatif ada dan harus dilawan.
Berakar dalam Kristus mengingatkan bahwa apa yang sekarang tersembunyi suatu hari nanti akan terlihat. Wahyu 22:2 menggambarkan pohon kehidupan yang menghasilkan buah abadi, akarnya dipelihara oleh sungai air kehidupan. Akar gereja saat ini mengantisipasi masa depan yang kekal dan subur di Yerusalem Baru, menjamin bahwa pekerjaan yang dimulai di dalam orang percaya akan mencapai penyelesaian yang mulia.
Inti dari berakar dalam Kristus Yesus adalah hidup yang sepenuhnya bergantung pada-Nya — dalam setiap aspek keberadaan: iman, hati, pikiran, hubungan, tindakan, dan pengharapan. Ini bukan agama, tapi relasi. Bukan ritual, tapi transformasi. Bukan sekadar keyakinan, tapi kehidupan yang menyatu dengan Sang Sumber.
Dan seperti akar yang tak pernah berhenti mencari air — orang yang berakar dalam Kristus tak pernah berhenti mencari-Nya…
karena di dalam Dia, ia menemukan semua yang ia butuhkan — dan justru di situlah, ia menjadi berkat bagi dunia.
Dengan akar yang dalam, pohon tidak takut badai. Demikian pula, jiwa yang berakar dalam Kristus — tidak takut hidup.
Sebagai sebuah "Doa untuk Berakar"
Tuhan Yesus,
Aku ingin berakar dalam-Mu —
bukan hanya mengaku percaya,
tapi benar-benar hidup dari-Mu.
Ajarkan aku untuk mencari-Mu di tengah kekeringan,
untuk diam dalam-Mu di tengah kebisingan dunia,
untuk berbuah meski tak dilihat,
dan untuk bertahan meski akarku tak terlihat.
Jadikan aku pohon yang kokoh,
bukan karena daunku indah,
tapi karena akarku dalam-Mu —
yang tidak dapat digoncangkan oleh badai apa pun.
Amin.
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Belajar Kepada Pohon Kurma
- Yesus Pokok Anggur Yang Benar
- TUHAN Itu Seperti Embun
- Yesus Sang Biji Gandum
- Hidup Krisis Waktu Resesi
- Astobiologi Dan Permasalahan Manusia
- Tinggal Dalam Kristus
- Umat Yang Layak Bagi TUHAN
- Benih Ilahi
- Perumpamaan Penabur
