Saat Tuhan Allah sedang melawat dengan pekerjaan yang ajaib di zaman para rasul, terjadi perlawanan termasuk penguasa setempat sehingga Petrus ditangkap menyusul Yakobus menjadi martir. Tuhan campur tangan sehingga Petrus dapat keluar dari penjara dengan kuasa Allah. Tindakan tersebut bersifat populis sehingga dirinya disanjung oleh pemimpin Majelis Agama. Kemudian Herodes sangat marah terhadap orang Tirus dan Sidon. Atas persetujuan bersama mereka pergi menghadap dia. Mereka berhasil membujuk Blastus, pegawai istana raja, ke pihak mereka, lalu mereka memohonkan perdamaian, karena negeri mereka beroleh bahan makanan dari wilayah raja. Herodes mengunakan momentum memberikan bahan makanan agar orang banyak memuja dirinya dengan yel-yel: "Ini suara allah dan bukan suara manusia!"
Saat ini kita hidup dalam arus budaya selfie dan narsis sehingga memiliki kecenderungan seperti:
- Merasa dirinya penting/hebat, misalnya menggembar gemborkan prestasi dan kelebihannya. Ingin selalu dianggap hebat .
- Memimpikan sukses, power, kepintaran, kecantikan/kegantengan atau hal-hal yang terlalu ideal secara berlebihan.
- Merasa dirinya spesial dan unik dan cuma bisa dimengerti atau dihubungkan dengan orang2 atau institusi lain yang sama spesialnya atau sama pentingnya.
- Ingin dikagumi secara berlebihan
- Merasa punya hak untuk dapat perlakukan spesial atau hak-hak spesial lainnya seperti yang diinginkannya.
- Suka memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi.
- Kurang berempati ke orang lain atau tidak perduli dengan perasaan, kebutuhan atau pendapat orang lain.
- Sering sirik terhadap orang lain atau merasa orang sirik kepadanya.
- Bersikap arogan atau sok.
- Cemburuan dan posesif.
- Rasa percaya diri berlebihan sehingga suka bragging atau memancing orang lain untuk memberi pujian.
Alkitab memberitahukan bahwa ingin menjadi "seperti Allah" bukanlah masalah Herodes semata-mata, melainkan adalah masalah klasik manusia sejak Adam dan Hawa di goda oleh ular - iblis (Kejadian 3) Ingin menjadi seperti Allah adalah ide dan impian agar dapat menikmati kehidupan diri sendiri secara optimal tanpa ada gangguan dan hambatan.
Thaddeus Williams menyatakan adanya perintah suci dari agama dunia kuno dan masih tren saat ini:
- Pikiran Anda adalah sumber dan standar kebenaran , jadi apa pun yang terjadi, percayalah pada diri sendiri.
- Emosi Anda berwibawa , jadi jangan pernah mempertanyakan (atau membiarkan orang lain mempertanyakan) perasaan Anda.
- Anda berdaulat , jadi lenturkan kemahakuasaan Anda dan tekuk alam semesta di sekitar impian dan keinginan Anda.
- Anda adalah yang tertinggi , jadi selalu bertindak sesuai dengan tujuan utama Anda, untuk memuliakan dan menikmati diri sendiri selamanya.
- Anda adalah summum bonum —standar kebaikan—jadi jangan biarkan siapa pun menindas Anda dengan gagasan kuno tentang menjadi orang berdosa yang membutuhkan kasih karunia.
- Anda adalah Sang Pencipta , jadi gunakan kekuatan kreatif tanpa batas itu untuk menyusun identitas dan tujuan Anda.
Dari narsis kepada penyembahan diri sendiri memiliki ciri, seperti:
- Kita mencoba menjadi sumber kebenaran kita sendiri
- Kita mencoba menjadi sumber kepuasan kita sendiri,
- Kita menjadi standar kebaikan dan keadilan kita sendiri,
- Kita menjadi sangat merasa benar sendiri.
- Kita mencari pemuliaan diri.
Paul Piff memperkenalkan istilah "diri kecil" untuk menggambarkan Lebih dari 35.000 orang per tahun melakukan perjalanan yang tidak nyaman ke Gunung Everest Nepal, 4,5 juta ke Grand Canyon, 3,5 juta ke Yosemite, dan 30 juta ke Air Terjun Niagara ..."pemicu kekaguman," Piff melaporkan , "kami menemukan jenis efek yang sama — orang merasa lebih kecil, kurang mementingkan diri sendiri, dan berperilaku lebih prososial." Orang yang terpesona lebih murah hati, lebih fokus pada kebutuhan orang lain, dan lebih peduli terhadap alam. Manusia diciptakan untuk memuja seseorang yang jauh lebih menarik dan mengagumkan daripada dirinya sendiri.
Michelle Lani Shiota seorang psikolog telah menemukan bahwa kekaguman tidak hanya meningkatkan pengambilan keputusan yang murah hati; itu juga secara drastis meningkatkan kognisi kita. Kekaguman membuat kita kurang rentan terhadap argumen yang buruk dan lebih responsif terhadap argumen yang baik. Menganggap "diri kecil" membuat hidup terhindar dari menyembah diri sendiri dan mendorong kekaguman kepada lingkungan kita yang menjadikan kita dapat menghormati dan murah hati kepada sesama. Bukankah Injil mengajarkan: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil".
Akhir kata jika kita adalah orang-orang kudus maka akan menghormati TUHAN sehingga tidak ada hambatan menyembah-Nya, mengasihi sesama sehingga terwujud solidaritas kemanusiaan bukan mementingkan diri sendiri sehingga hidup bagi diri sendiri dan berpuncak memuja diri sendiri. Mari kita terpesona oleh sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang, yang jauh lebih besar dari diri kita sendiri. Sebab Tuhan Maha Besar adalah fokus dari kekaguman.
Pemazmur dalam Mazmur 89:8 berbunyi : "Allah disegani dalam kalangan orang-orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada di sekeliling-Nya."
- Tulisan lainnya:
- Arus Kebudayaan Selfie
- Rasa Malu Dalam Alkitab
- Mementingkan Diri Sendiri
- Penundukan Diri Terhadap Tuhan
- Menyembah Dalam Roh Dan Kebenaran