-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Orang Kristen Dan Tahun Baru Imlek

Kamis, 27 Januari 2022 | Januari 27, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2023-06-17T20:59:56Z
Tahun Baru Imlek adalah perayaan festival musim semi setelah berlalunya musim dingin yang jatuh pada hari pertama bulan pertama di kalender Tionghoa hingga tanggal ke-15 pada saat bulan purnama, yaitu Cap Go Meh. Penetapan Tahun baru Imlek adalah keputusan Kaisar Wu Yong Ming pada tahun 104 Sebelum Masehi dengan latar belakang sebagai masyarakat agraris yang gembira dengan munculnya musim semi sebab di Tiongkok untuk menamam dan menuai hanya dapat dilakukan musim semi dan musim panas saja, dimusim gugur dan musim dingin sulit untuk mengolah tanah.

Pada masa Dinasti Qing, Kang Youwei (1858-1927), seorang reformis Ruisme menyarankan agar menggunakan Kongzi era yang dihitung dari tahun kelahiran Kongzi. Sedangkan Liu Shipei (1884-1919) menolak hal itu dan mengusulkan agar tahun kalender Tionghoa dihitung dari tahun kelahiran Huang Di. Yang menjadi suatu masalah adalah kapan Huang Di dilahirkan untuk dijadikan patokan perhitungan penanggalan Huang Di. Liu Shipei memperkirakan tahun 2711 SM adalah tahun kelahiran Huang Di, sedangkan Song Jiaoren (1882-1913) memperkirakan tahun 2697 SM dan perkiraan Song Jiaoren yang mendapatkan dukungan luas dari pengikut Tao dengan istilah penanggalan Dao Era atau Daoli. Pengikut Khonghucu mengikuti lahirnya Kongzi (Khonghucu) yaitu ditahun 551 Sebelum Masehi dengan istilah penanggalan Imlek.

Tahun Baru Imlek erat kaitanya dengan horoskop - astrologi dengan shio hewan dengan daur 12-tahun masing-masing dengan shio hewan ada daur 10-tahun batang surgawi. Setiap surgawi dikaitkan dengan salah satu dari lima elemen perbintangan Tionghoa, yaitu: kayu, api, tanah, logam, dan air. Unsur-unsur tersebut diputar setiap dua tahun sekali, sementara perkaitan yin dan yang silih berganti setiap tahun. Hal ini menghasilkan daur gabungan yang berulang setiap 60 tahun. Hidup orang percaya yang berserah kepada Tuhan Yesus diatur oleh TUHAN yang lebih besar dari penguasa horoskop. Orang Kristen harus percayalah kepada TUHAN ALLAH yang dikenal dalam Yesus Kristus dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri.

Tradisi perayaan festival musim semi kemudian diwarnai dengan mitos tentang raksasa-Nian terlebih-lebih setelah beredarnya dalam buku Jingchu Sui Shi Ji 荊楚歲時記, catatan kebiasaan tahun baru Jingchu yang dibuat pada zaman Dinasti Selatan dan ditulis oleh Zong Lin (498–561). Menurut legenda, dahulu kala, Nián (年) adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak, dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Pada suatu waktu, penduduk melihat Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊 Hongjun Laozu, dewa Taoisme dalam kisah Fengsheng Yanyi, dan dijadikan kendaraan Honjun Laozu. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan tahun baru.

Tahun Baru Imlek yang bermula luapan sukacita hadirnya musim semi kemudian diwarnai oleh berbagai ragam filsafat yang dikembangkan oleh Taoisme dan Khonghucu serta hadirnya mitos "Nián" lalu bagaimana sikap orang Kristen terutama keturunan Tionghoa dalam festival musim semi? Apakah ikut pendekatan kontektualisasi budaya dengan memberi form dan meaning yang baru dalam merayakan festival musim semi seperti yang dikembangkan orang Kristen di Singapura atau tempat lain? Pendekatan kontektualisasi bukankah terjadi di Indonesia contoh saat mengenakan kain batik atau tumpengan.

Menurut Evangelical-times.org; "kita harus menjaga tradisi Tahun Baru Imlek yang baik – mengunjungi keluarga dan kerabat; bertukar jeruk dan salam; memberikan angpows untuk anak-anak; dan berharap berkat dan kedamaian Tuhan untuk teman dan tetangga kita. Ini adalah pertemuan sosial dan keluarga yang bermakna dan bagian dari budaya Tionghoa kita." Ketika mengucapkan 'Tahun Baru Imlek yang diberkati atau damai', kita perlu berdoa untuk mereka dan mencari bantuan Tuhan untuk hidup dengan cara yang sesuai dengan panggilan kita sebagai orang Kristen dengan menolak semua tahayul yang ada dalam perayaan tahun baru imlek termasuk tarian singa berjingkrak dan naga yang menari mengusir 'pertanda buruk' di bisnis atau toko. Sebagian besar, jika tidak semua, praktik semacam itu berasal dari kuil Buddha dan kelompok seni bela diri yang bersifat religius.

Saltandlight.sg menyatakan Interpretasi Kristen (meaning) telah diberikan kepada banyak simbol tradisional yang terkait dengan Tahun Baru Imlek:
  • Membersihkan rumah: Ini adalah saat yang tepat bagi orang Kristen untuk mengevaluasi hidup mereka dalam terang komitmen mereka kepada Kristus
  • Kuplet musim semi: Praktik tradisional menampilkan bait atau pasangan karakter keberuntungan di ambang pintu diperkenalkan kembali di antara orang Kristen dengan memasang pesan-pesan Kristen.
  • Pakaian baru: Ini bisa menjadi kesempatan untuk mensyukuri rezeki Tuhan yang melimpah ( Roma 5:17 ).
  • Pesta: Sementara memanjakan diri beberapa hari ini, ingatlah bahwa tubuh kita adalah “bait Roh Kudus”, ingat kebajikan Kristen dalam keramahan, terutama bagi mereka yang kurang beruntung.
  • Jeruk: kata Kanton untuk "oranye" terdengar seperti emas. Orang Kristen diingatkan bahwa emas juga melambangkan iman yang sejati ( 1 Petrus 1:7 ).
  • Angpaos: Sebagai hadiah yang diberikan kepada mereka yang berada di bawah dan di atas kita dalam status, adalah baik untuk mengingat mereka yang telah melayani kita dengan setia, dan juga Tuhan, kepada siapa rasa hormat tertinggi diberikan ( Keluaran 20:3 ).
  • Leluhur: orang Kristen Tionghoa akan menyembah satu-satunya Tuhan yang benar daripada leluhur mereka namun menghormati mereka yang datang sebelum kita, dan untuk menghormati orang tua kita ( Keluaran 20:12 ).
Dalam acara pemberian angpaw maka ucapan Tahun Baru Imlek kita, tidak pantas bagi umat Kristiani untuk mengucapkan Gong Xi Fa Cai kepada orang-orang, yang mengacu pada kekayaan berwujud atau finansial untuk orang tersebut. Harapan akan kedamaian di tahun baru, atau kebahagiaan abadi dari Tuhan, lebih tepat.

Sebagai orang Kristen maka diperhadapkan dengan pola hidup bangsa Israel sebagai contoh meskipun latar belakang kita bukan bangsa Israel, mungkin keturunan Tiongkok atau lainnya. Dalam Yehezkiel 46:3 tertulis; "Penduduk negeri juga harus turut sujud menyembah di hadapan TUHAN di pintu gerbang itu pada hari Sabat dan hari bulan baru." Tuhan ingin pada bulan yang baru di tahun yang baru menyembah TUHAN sebagai fokus dari permulaan hidup di bulan baru bukan berkat-berkat TUHAN melainkan Pribadi-Nya yang jadi milik dan pengharapan kita.

Orang Kristen dan tahun baru imlek sesuatu tantangan jika latar belakang keturunan Tionghoa, tetapi hal yang sama terjadi kepada setiap kelompok sosial yang percaya kepada Yesus. Pendekatan antropologi, sosiologi dalam hidup beriman kepada Yesus yang menghasilkan kontektualisasi beriman haruslah sesuai dengan nasihat yang diterima: 'Karena itu, apakah kamu makan, atau minum, atau apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah' (1 Korintus 10:31).

Selamat merayakan Tahun Baru Imlek 2573 - Tahun Baru Masehi 2022.


Tulisan lainnya:
Meniup Terompet di Tahun Yobel
Tahun Rahmat Tuhan
Alkitab Dan Zodiak
Apakah Ada Manusia Raksasa?
Tuhan Penentu Masa Depan


×
Berita Terbaru Update