Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Rabu, 02 Juli 2025

Makanan Hasil Menipu

עָרֵ֣ב לָ֭אִישׁ לֶ֣חֶם שָׁ֑קֶר וְ֝אַחַ֗ר יִמָּֽלֵא־פִ֥יהוּ חָצָֽץ׃

Roti hasil tipuan sedap rasanya, tetapi kemudian mulutnya penuh dengan kerikil.Amsal 20:17

Dalam ayat di atas mengisahkan peristiwa penipuan yang rasanya sangat sedap. Kasus penipuan yang berhubungan dengan makanan di Indonesia pada saat ini yang cukup populer di media massa berhubungan dengan program makan bergizi gratis. Contoh:
- Sejumlah pengusaha katering di Kediri, Jawa Timur, menjadi korban penipuan yang mengatasnamakan program makan bergizi gratis. Penipu mengaku sebagai pengurus Kelompok Masyarakat (Pokmas) dan menawarkan kepada pengusaha katering untuk menjadi pemasok makanan dalam program tersebut, dengan meminta uang muka sebagai jaminan. Salah satu korban, Diah, ditawari memasok 1.000 kotak makanan dan diminta membayar uang muka Rp 1 juta. Setelah itu, ia memutuskan untuk mengambil 2.000 kotak dan menyerahkan uang Rp 2 juta kepada penipu yang berinisial M. Penipu berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp 70 juta dari beberapa pengusaha katering. Namun, para korban kemudian menyadari bahwa mereka telah ditipu. Meskipun ada komunikasi antara korban dan penipu M, yang bersedia mengembalikan uang, namun kasus ini belum dilaporkan ke polisi. Pokmas sendiri mengaku tidak pernah memungut biaya kepada sub pemasok dan mengecam tindakan oknum tersebut.
- Silvi Apriani melaporkan seorang pria berinisial SS ke Polres Sukabumi Kota atas dugaan penipuan dan penggelapan dalam proyek pengadaan wadah makanan (food tray) untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Silvi bertindak sebagai pencari modal dan penyedia barang, sementara FR sebagai pemodal. Kerja sama tersebut mengalami kendala dan tidak terlaksana. Silvi mengklaim telah mengembalikan dana sebesar Rp 665 juta secara bertahap, namun FR hanya mengakui menerima Rp 265 juta. Sisa dana Rp 400 juta yang dititipkan melalui SS diduga tidak pernah sampai ke FR. Polres Sukabumi Kota telah menerima laporan tersebut dan sedang dalam tahap awal penyelidikan.

Kasus penipuan makanan yang dapat membawa penipu ke pengadilan dalam keterangan di atas memiliki nominal yang cukup besar sebab yang didapat menyangkut sejumlah makanan untuk orang banyak dengan menfaatkan program andalan dari pemerintahan yang sah untuk memperkaya dirinya sendiri. Tetapi apakah seperti itu yang dimaksud oleh penulis Amsal di atas?

Kata roti yang dipergunakan dalam teks לֶ֣חֶם yang menunjukkan kata benda tunggal yaitu sebuah atau sepotong roti yang tentu saja roti tersebut diperuntukkan untuk satu orang yang memakan roti. Penipuan yang dilakukan oleh orang yang ditulis dalam amsal di atas hanya untuk mendapatkan sebuah roti saja dengan tujuan dapat makan roti yang diinginkan untuk memuaskan keinginan memakannya. Penipuan yang dilakukan tidak bertujuan mendapatkan kekayaan seperti keterangan di atas yang berhubungan dengan program makan bergizi gratis.

Perilaku yang melakukan tipu daya dengan berbohong untuk dapat makan sepotong roti tidak dapat dibenarkan secara etis dan atau hukum namun secara psikologis ada beberapa faktor yang diduga mendasari tindakan tersebut, yaitu:

  • Kondisi Ekonomi dan Keterdesakan:
    - Kemiskinan Ekstrim: Orang yang mengalami kemiskinan ekstrim mungkin merasa bahwa menipu adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup. Mereka mungkin merasa bahwa kebutuhan dasar mereka lebih penting daripada nilai-nilai etis.
    - Keterdesakan: Dalam situasi darurat, seperti kelaparan atau kebutuhan mendesak, seseorang mungkin melakukan tindakan yang biasanya tidak mereka lakukan. Mereka mungkin merasa bahwa tindakan tersebut adalah pilihan terakhir untuk bertahan hidup.
  • Kondisi Psikologis:
    - Kecemasan dan Stres: Orang yang mengalami kecemasan atau stres yang berat mungkin melakukan tindakan menipu sebagai bentuk pelampiasan atau sebagai cara untuk mengatasi ketidakpastian masa depan.
    - Gangguan Mental: Beberapa gangguan mental, seperti skizofrenia atau psikopatologi, dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang tidak etis tanpa merasa bersalah atau menyesal.
  • Kondisi Sosial:
    - Ketidakadilan Sosial: Orang yang merasa bahwa sistem sosial tidak adil atau tidak memberikan kesempatan yang sama kepada mereka mungkin melakukan tindakan menipu sebagai bentuk protes atau sebagai cara untuk mendapatkan yang mereka anggap sebagai hak mereka.
    - Kurangnya Pendidikan: Orang yang kurang pendidikan mungkin tidak tahu bahwa menipu adalah tindakan yang salah. Mereka mungkin tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang nilai-nilai etis dan moral.
  • Perilaku dan Kepribadian:
    - Narcisisme: Orang dengan kepribadian narcissistik mungkin merasa bahwa mereka lebih penting daripada orang lain dan bahwa tindakan mereka adalah sah selama mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
    - Kurangnya Empati: Orang yang kurang empati mungkin tidak merasa bersalah atau menyesal ketika melakukan tindakan menipu. Mereka mungkin lebih fokus pada kebutuhan dan keinginan mereka sendiri daripada pada dampak tindakan mereka terhadap orang lain.
  • Kondisi Darurat:
    - Bencana Alam: Dalam situasi bencana alam, orang mungkin melakukan tindakan menipu sebagai cara untuk bertahan hidup. Mereka mungkin merasa bahwa tindakan tersebut adalah pilihan terakhir untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan dasar lainnya.
    - Kondisi Kesehatan Darurat: Orang yang mengalami kondisi kesehatan darurat mungkin melakukan tindakan menipu sebagai cara untuk mendapatkan obat-obatan atau perawatan medis yang mereka butuhkan.

Agar tidak terjadi kasus seseorang melakukan penipuan agar dapat makan sebuah roti maka perlu dua belah pihak yang harus dapat perhatian dari pemerhati sosial yang meliputi orang yang bersangkutan dan juga pihak masyarakat dan pemerintah dengan pertimbangan bahwa "Roti hasil tipu daya rasanya manis, tetapi kemudian mulutnya akan penuh kerikil." Ini menggambarkan bahwa makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak jujur, seperti menipu atau mencuri, mungkin tampak menggiurkan pada awalnya. Namun, pada akhirnya, hal itu akan membawa dampak yang buruk dan tidak menyenangkan, seperti "kerikil" di mulut.

Pesan untuk orang yang ingin makan roti adalah agar memperhatikan pentingnya kejujuran dan integritas dalam memperoleh makanan. Teks dalam kitab Amsal adalah peringatan bagi kita untuk tidak tergoda oleh cara-cara yang tidak jujur dalam memperoleh makanan. Meskipun mungkin tampak lebih mudah atau lebih menguntungkan, makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak benar tidak akan pernah membawa berkat yang sejati. Penulis Amsal menyiratkan bahwa kejujuran dan integritas lebih penting daripada kenikmatan sesaat. Makanan yang kita makan seharusnya tidak hanya memuaskan perut, tetapi juga harus diperoleh dengan cara yang benar dan halal akan membawa berkat jangka panjang dalam hidup kita. Ketika kita memperoleh makanan dengan cara yang benar, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik kita, tetapi juga membangun karakter yang kuat dan mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

Penulis Amsal pun secara tidak langsung mengingatkan kita untuk percaya bahwa Tuhan telah menyediakan rezeki yang cukup bagi setiap orang. Kita tidak perlu mencari cara-cara yang tidak jujur untuk mendapatkan makanan, karena Tuhan akan memberkati usaha kita yang jujur dan benar serta mengajarkan kita untuk menghargai makanan yang sederhana dan diperoleh dengan cara yang halal. Berkat Tuhan tidak selalu datang dalam bentuk kemewahan, tetapi seringkali ditemukan dalam hal-hal yang sederhana dan diperoleh dengan cara yang benar. Hal ini sangat jelas diingatkan oleh Yesus Kristus dalam injil Matius 6:26 yang berbunyi: "Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Iman pun diperlukan agar percaya bahwa TUHAN mampu menyediakan makanan bagi umat-Nya sehingga kekuatiran tidak bertubi-tubi menyerang diri kita

Bagi yang ingin makan seperti sebuah roti oleh penulis Amsal diingatkan agar mendapatkan dan menikmatinya dengan cara yang benar dihadapan TUHAN seperti merujuk pada prinsip-prinsip moral dan etika yang benar dalam memperoleh makanan. Hal ini mencakup beberapa aspek seperti:
- Kejujuran: Makanan harus diperoleh dengan cara yang jujur, tanpa menipu, mencuri, atau mengambil hak orang lain.
- Keadilan: Proses memperoleh makanan tidak boleh merugikan orang lain, seperti mengeksploitasi pekerja atau merusak lingkungan.
- Kerja keras: Makanan sebaiknya diperoleh melalui usaha dan kerja keras yang halal.
- Syukur: Kita harus bersyukur atas rezeki yang diberikan Tuhan dan tidak serakah atau tamak dalam mencari makanan.
- Tanggung jawab: Kita harus bertanggung jawab atas cara kita memperoleh dan mengonsumsi makanan, serta dampaknya bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Bagi pemerhati lingkungan yang menemukan disuatu lokasi ada yang sampai melakukan penipuan untuk dapat memakan sebuah roti (Dalam konteks penulis Amsal saat itu, roti adalah makanan utama sehari-hari) maka seharusnya melakukan pendekatan penyelesaian masalah yang dimulai dari penyelidikan dan identifikasi. Latar belakang antara lain disebabkan seperti kondisi ekonomi, sosial dan psikologisnya, sedangkan identifikasi untuk menentukan perilaku tersebut apakah disebabkan seperti kemiskinan, stres atau gangguan mental.

Contoh dari tindakan penyelidikan dan identifikasi adalah:

  • Penyelidikan dan Identifikasi Penyebab:
    - Penelusuran latar belakang seperti melakukan penelusuran tentang keadaan ekonomi orang tersebut. Apakah ia mengalami kemiskinan ekstrim? Apakah ia memiliki pekerjaan tetap atau sumber penghasilan lain? Jika tidak, perlu dipertimbangkan untuk memberikan bantuan sosial langsung, seperti bantuan pangan atau tunai. - Jika orang tersebut mengalami krisis ekonomi akibat inflasi tinggi atau kenaikan harga bahan pokok, perlu dilakukan intervensi dengan program bantuan sosial yang lebih luas, seperti penurunan harga bahan pokok atau peningkatan subsidi pangan.
  • Kondisi Sosial seperti apakah orang tersebut mengalami diskriminasi atau ketidakadilan sosial yang menghalanginya mendapatkan pekerjaan atau bantuan sosial yang layak? Jika iya, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas pekerjaan dan bantuan sosial bagi kelompok rentan. Juga apakah terdapat "Keterbatasan Akses Sosial" jika tidak ada bantuan sosial yang mencukupi di tempat tinggalnya, perlu dilakukan peningkatan program bantuan sosial yang lebih merata dan efektif.
  • Kondisi Psikologis seperti apakah orang tersebut mengalami kecemasan atau stres yang berat, perlu dilakukan intervensi psikologis, seperti konseling atau terapi, untuk membantu mengatasi masalah psikologisnya dan atau terlebih lebih ada indikasi gangguan mental, perlu dilakukan penanganan oleh tenaga kesehatan mental yang profesional.

Setelah melakukan penyelidikan dan identifikasi maka dilanjutkan dengan penyediaan bantuan sosial. Contoh penyediaan bantuan sosial adalah:

  • Bantuan Langsung:
    - Bantuan Pangan: Berikan bantuan pangan langsung, seperti paket makanan atau bantuan pangan non-tunai, kepada orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
    - Bantuan Tunai: Jika orang tersebut mengalami kemiskinan ekstrim, berikan bantuan tunai yang dapat digunakan untuk membeli makanan dan kebutuhan dasar lainnya.
  • Bantuan Jangka Panjang:
    - Program Pemberdayaan Ekonomi: Bantu orang tersebut dengan program pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan keterampilan kerja atau pinjaman mikro, agar ia dapat mencari nafkah secara mandiri.
    - Peningkatan Akses Pendidikan: Berikan akses pendidikan yang lebih baik kepada orang tersebut, terutama jika ia adalah orang yang kurang pendidikan dan tidak tahu tentang hak-haknya dalam mendapatkan bantuan sosial.

Bantuan sosial bukan tahapan akhir dalam pengentasan seseorang melakukan penipuan agar dapat makan sepotong roti sebab dapat dilanjutkan dengan program peningkatan sistem sosial. Seperti:
- Peningkatan Aksesibilitas: Pastikan bahwa program bantuan sosial yang ada dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat yang membutuhkan. Perbaiki sistem distribusi bantuan sosial agar lebih efektif dan merata.
- Peningkatan Transparansi: Tingkatkan transparansi dalam pengelolaan bantuan sosial untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan dana. Peningkatan Kesejahteraan Sosial:
- Program Kesehatan: Berikan akses kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat melalui program jaminan kesehatan nasional atau bantuan kesehatan lainnya.
- Program Perlindungan Sosial: Tingkatkan program perlindungan sosial, seperti jaminan sosial tenaga kerja dan asuransi sosial, untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat yang mengalami risiko kehilangan penghasilan.

Bila ingin mencapai tingkat paripurna maka dapat menjangkau hal lainnya, seperti:
- Pendidikan Hukum: Berikan pendidikan tentang hukum dan hak-hak masyarakat kepada orang tersebut, agar ia tahu bahwa mencuri adalah tindakan yang melanggar hukum dan ada alternatif lain yang dapat dilakukan.
- Pendidikan Kewirausahaan: Berikan pendidikan kewirausahaan dan keterampilan kerja agar orang tersebut dapat mencari nafkah secara legal dan mandiri.
- Lakukan kampanye kesadaran sosial tentang pentingnya bantuan sosial dan hak-hak masyarakat dalam mendapatkan bantuan tersebut.
- Tingkatkan partisipasi masyarakat dalam program bantuan sosial melalui kegiatan sosial dan komunitas yang mendukung kesejahteraan masyarakat.

Tindakan nekad sehingga menipu untuk mendapatkan sebuah roti untuk dimakan mungkin disebabkan kondisi khusus sehingga perlu pertimbangan khusus, seperti:
- Korban Bencana Alam: Berikan bantuan khusus kepada korban bencana alam, seperti bantuan makanan, pakaian, dan bantuan pembangunan kembali rumah.
- Kelompok Rentan: Berikan bantuan khusus kepada kelompok rentan, seperti lansia, anak yatim, dan orang dengan disabilitas, melalui program bantuan sosial yang khusus untuk mereka.

Agar tidak terjadi memakan dari makanan hasil menipu maka sebelum pertistiwa terjadi perlu tindakan pencegahan dan bila telah terjadi perlu program rehabilitasi. Contoh pencegahan dan rehabilitasi dari perbuatan menipu demi sepotong roti adalah:

  • Pencegahan:
    - Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan melalui program pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan, dan peningkatan kesehatan.
    - Peningkatan Kesadaran Hukum: Tingkatkan kesadaran hukum masyarakat melalui pendidikan dan kampanye tentang pentingnya menjaga hukum dan ketertiban.
  • Rehabilitasi:
    - Program Rehabilitasi Sosial: Berikan program rehabilitasi sosial kepada orang yang telah melakukan tindakan mencuri, agar ia dapat kembali menjadi anggota masyarakat yang produktif dan bermanfaat.
    - Peningkatan Kesadaran Sosial: Tingkatkan kesadaran sosial orang tersebut melalui kegiatan sosial dan komunitas yang mendukung kesejahteraan masyarakat.

Harus diperhatikan, penulis Amsal mengatakan bahwa jika memakan makanan hasil dari menipu seperti roti bagaikan memakan kerikil. Jika kita memakan kerikil kecil dapat memiliki berbagai dampak negatif bagi mulut dan organ tubuh lainnya. Contohnya:
- Memakan kerikil kecil dapat menyebabkan cedera pada jaringan lunak di mulut, seperti bibir, lidah, dan gusi. Kerikil yang tajam atau keras dapat menggores atau melukai jaringan ini, menyebabkan perdarahan dan infeksi.
- Kerikil kecil dapat merusak enamel gigi dan menyebabkan keretakan atau patah gigi. Gigi yang rusak dapat menyebabkan nyeri dan sensitivitas.
- Kerikil yang tertinggal di mulut dapat menjadi sarang bakteri, menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
- Kerikil kecil yang tertelan dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Mereka dapat menghambat gerakan makanan dalam usus, menyebabkan sembelit atau bahkan obstruksi usus. Jika kerikil tidak dapat dikeluarkan melalui feses, mereka dapat menumpuk dan mengeras di dalam usus, menyebabkan komplikasi serius yang mungkin memerlukan operasi.
- Kerikil yang tertinggal di dalam tubuh dapat menjadi sumber infeksi, menyebabkan inflamasi dan infeksi pada organ dalam. * Kerikil sesuatu hal yang membuat tidak nyaman dan mengalami penderitaan dan kesakitan bila tergigit oleh gigi di mulut apalagi bila tertelan.

Catatan Tambahan

Bila kasus yang terdapat dalam Amsal 20:17 tetap relevan maka tindakan pencegahan dan rehabilitasi akan selalu relevan untuk dilakukan terlebih-lebih sistem hukum di Indonesia berbeda dengan di Italia yaitu "Pencurian makanan dalam porsi kecil karena kelaparan bukanlah suatu kejahatan, demikian diputuskan pengadilan banding tertinggi Italia" dengan link: https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/05/160503_majalah_italia_miskin Meskipun di Italia mulut yang menipu untuk sebuah sebuah roti dapat bebas dari kerikil seperti dari sisi hukum namun tetap ada sejumlah kerikil lainnya dari sisi lain, contoh masalah etis, psikologis, sosial. Dampak memakan sepotong roti hasil menipu antara lain:

  • Kepuasan Sementara dengan Konsekuensi Moral Dalam Tinjauan Etis:
    - Kepuasan Sementara: Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun roti hasil tipuan mungkin terasa enak di awal, namun akibatnya adalah penderitaan dan kesulitan. Ini mencerminkan bahwa tindakan yang tidak etis mungkin memberikan kepuasan sementara, tetapi akhirnya akan membawa konsekuensi negatif.
    - Konsekuensi Moral: Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa tindakan tipuan tidak dapat dibenarkan secara moral. Meskipun ada kepuasan sementara, akibatnya adalah penderitaan dan kerugian yang lebih besar.
  • Perasaan Bersalah dan Penyesalan Dalam Tinjauan Psikologis:
    - Perasaan Bersalah: Pernyataan ini dapat diinterpretasikan sebagai perasaan bersalah dan penyesalan yang muncul setelah melakukan tindakan tipuan. Meskipun awalnya merasa senang karena mendapatkan roti, akhirnya orang tersebut merasa terbebani dengan perasaan bersalah.
    - Penyesalan: Pernyataan ini juga mencerminkan penyesalan atas tindakan yang telah dilakukan. Orang tersebut mungkin merasa bahwa kepuasan sementara tidak sebanding dengan penderitaan yang diakibatkan oleh tindakan tipuan.
  • Kepuasan Sementara dan Hukuman Hukum dalam tinjauan hukum:
    - Kepuasan Sementara: Meskipun roti hasil tipuan terasa enak di awal, namun akibatnya adalah hukuman hukum yang berat. Ini mencerminkan bahwa tindakan tipuan dapat memberikan kepuasan sementara, tetapi akhirnya akan dihukum oleh hukum.
    - Hukuman Hukum: Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa tindakan tipuan tidak dapat dibenarkan secara hukum. Meskipun ada kepuasan sementara, akibatnya adalah hukuman yang berat dan konsekuensi hukum yang serius.
  • Kepuasan Sementara dengan Dampak Sosial Dalam Tinjauan Sosial:
    - Kepuasan Sementara: Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun roti hasil tipuan terasa enak di awal, namun akibatnya adalah dampak negatif sosial. Ini mencerminkan bahwa tindakan tipuan dapat memberikan kepuasan sementara, tetapi akhirnya akan membawa dampak negatif bagi orang lain.
    - Dampak Sosial: Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa tindakan tipuan dapat membawa dampak negatif bagi orang lain. Meskipun ada kepuasan sementara, akibatnya adalah penderitaan dan kerugian bagi orang lain.
  • Kepuasan Sementara dengan Kebenaran dan Keadilan Dalam Tinjauan Filsafat:
    - Kepuasan Sementara: Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun roti hasil tipuan terasa enak di awal, namun akibatnya adalah kebenaran dan keadilan yang terabaikan. Ini mencerminkan bahwa tindakan tipuan dapat memberikan kepuasan sementara, tetapi akhirnya akan membawa konsekuensi negatif bagi kebenaran dan keadilan.
    - Kebenaran dan Keadilan: Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa tindakan tipuan tidak dapat dibenarkan secara filsafat. Meskipun ada kepuasan sementara, akibatnya adalah kebenaran dan keadilan yang terabaikan.
  • Kepuasan Sementara dengan Hukum Moral dan Agama Dalam Tinjauan Religius
    - Kepuasan Sementara: Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun roti hasil tipuan terasa enak di awal, namun akibatnya adalah hukum moral dan agama yang terabaikan. Ini mencerminkan bahwa tindakan tipuan dapat memberikan kepuasan sementara, tetapi akhirnya akan membawa konsekuensi negatif bagi hukum moral dan agama.
    - Hukum Moral dan Agama: Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa tindakan tipuan tidak dapat dibenarkan secara religius. Meskipun ada kepuasan sementara, akibatnya adalah hukum moral dan agama yang terabaikan.
  • Kepuasan Sementara Dengan Kesehatan Mental Dalam Tinjauan Kejiwaan:
    - Kepuasan Sementara: Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun roti hasil tipuan terasa enak di awal, namun akibatnya adalah kesehatan mental yang terganggu. Ini mencerminkan bahwa tindakan tipuan dapat memberikan kepuasan sementara, tetapi akhirnya akan membawa konsekuensi negatif bagi kesehatan mental.
    - Kesehatan Mental: Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa tindakan tipuan dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan mental. Meskipun ada kepuasan sementara, akibatnya adalah perasaan bersalah, penyesalan, dan stres yang berat.
  • Kepuasan Sementara Dengan Dampak Ekonomi Dalam Tinjauan Ekonomi:
    - Kepuasan Sementara: Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun roti hasil tipuan terasa enak di awal, namun akibatnya adalah dampak ekonomi yang negatif. Ini mencerminkan bahwa tindakan tipuan dapat memberikan kepuasan sementara, tetapi akhirnya akan membawa konsekuensi negatif bagi ekonomi.
    - Dampak Ekonomi: Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa tindakan tipuan dapat membawa dampak negatif bagi ekonomi. Meskipun ada kepuasan sementara, akibatnya adalah kerugian ekonomi yang lebih besar.
  • Kepuasan Sementara Dengan Kemanusiaan Dalam Tinjauan Kemanusiaan:
    - Kepuasan Sementara: Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun roti hasil tipuan terasa enak di awal, namun akibatnya adalah kemanusiaan yang terabaikan. Ini mencerminkan bahwa tindakan tipuan dapat memberikan kepuasan sementara, tetapi akhirnya akan membawa konsekuensi negatif bagi kemanusiaan.
    - Kemanusiaan: Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa tindakan tipuan tidak dapat dibenarkan secara kemanusiaan. Meskipun ada kepuasan sementara, akibatnya adalah kemanusiaan yang terabaikan.

.
Pesan Yesus kepada para murid-Nya
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahakan kepadamu. Matius 6:33
Hal tertulis yang ditambahkan adalah kebutuhan dasar yaitu makan, minuman dan pakaian.







Tulisan lainnya di werua blog:
Manusia Dan Makanannya
ketahanan Pangan Dan Kemiskinan di Akhir Zaman
Sikap Yesus Terhadap Food Waste
Makanan Mewah Manusia Miskin
Waspada Bila Besar Nafsu Makan
Kerawanan Pangan Dalam Eskatologi
Kekasihku Berlakulah Seperti Kijang
Perilaku Gangguan Makan Orang Dewasa
Hidup Krisis Waktu Resesi
Mentalitas Anak-anak Allah


Share this

Random Posts

Label Mobile

Dogmatika (76) Hermeneutika (82) Lainnya (98) Resensi buku (9) Sains (57) Sistimatika (73) Video (9) biblika (86) budaya (55) dasar iman (104) karakter (45) konseling (89) manajemen (75) pendidikan (60) peristiwa (73) sospol (69) spritualitas (94) tokoh alkitab (44)