-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Mengenal Teologi Lingkungan

Senin, 18 September 2023 | September 18, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-09-18T06:54:49Z
Teologi lingkungan adalah salah satu bidang dari teologi pengharapan atau yang dinamakan teologi futuristik. Teologi ini hadir karena terjadinya perubahan sosial dan budaya. Teologi lingkungan berbicara soal lingkungan hidup yang lazimnya dikaitkan dengan mandat budaya. Mandat budaya adalah perintah Allah kepada manusia untuk mengelola dan mengembangkan dunia. Perintah ini ditemukan dalam Kejadian 1:28, di mana Allah berfirman kepada manusia, "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Berdasarkan mandat budaya berkembang pemikiran seperti:
  • Manusia adalah wakil Allah di bumi. Sebagai wakil Allah, manusia memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan dunia.
  • Manusia harus bekerja sama dengan alam. Manusia tidak terpisah dari alam, melainkan merupakan bagian darinya. Oleh karena itu, manusia harus bekerja sama dengan alam untuk menciptakan dunia yang lestari.
  • Manusia harus menggunakan sumber daya alam secara bertanggung jawab. Manusia harus menggunakan sumber daya alam secara bertanggung jawab agar dapat memenuhi kebutuhannya tanpa merusak alam.
  • Manusia harus mengembangkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Mandat budaya juga mencakup tanggung jawab manusia untuk mengembangkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Sebagai bagian dari teologi futuristik, maka teologi lingkungan berisikan hal-hal yang diperjuangkan sekarang adalah untuk masa dan pengharapan yang akan datang dalam bidang lingkungan dengan berdasarkan penafsiran terhadap sejumlah teks di Alkitab, seperti:
  • Kejadian 1:26-28: Dalam teks ini, Allah menciptakan manusia "menurut gambar dan rupa-Nya." Ini berarti bahwa manusia diciptakan untuk menjadi wakil Allah di bumi. Sebagai wakil Allah, manusia memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan melindungi lingkungan.
  • Kejadian 2:15: Dalam teks ini, Allah memberikan perintah kepada manusia untuk "mengusahakan dan memelihara taman Eden." Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama dengan alam untuk menciptakan lingkungan yang lestari.
  • Imamat 25:1-7: Dalam teks ini, Allah memberikan perintah untuk memberikan sabat bagi tanah. Ini menunjukkan bahwa manusia harus menggunakan tanah secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
  • Yesaya 11:6-9: Dalam teks ini, nabi Yesaya menggambarkan tentang masa depan yang damai dan sejahtera di mana manusia hidup harmonis dengan alam. Ini menunjukkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk menciptakan dunia yang adil dan berkelanjutan.
  • Mazmur 19:1-14: Dalam mazmur ini, pemazmur memuji kebesaran alam. Ini menunjukkan bahwa manusia harus menghormati dan memuliakan alam.
Berdasarkan sejumlah teks Alkitab tertera di atas maka ada yang menyimpulkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan hidup agar diimplementasikan dalam kegiatan dan kehidupan sehari hari, sebab:
  • Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Sebagai wakil Allah di bumi, manusia memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan melindungi lingkungan.
  • Manusia diberikan perintah untuk mengusahakan dan memelihara alam. Perintah ini menunjukkan bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama dengan alam untuk menciptakan lingkungan yang lestari.
  • Manusia adalah bagian dari alam. Manusia tidak terpisah dari alam, melainkan merupakan bagian darinya. Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam.
Berdasarakan paham teologi lingkungan, maka bila manusia tidak memelihara lingkungan hidup secara teologis akan berdampak kepada:
  • Pelanggaran terhadap perintah Allah. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan memiliki tanggung jawab untuk mengelola dan melindungi lingkungan. Oleh karena itu, jika manusia tidak memelihara lingkungan hidup, maka hal ini merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah.
  • Ketidakadilan terhadap makhluk hidup lainnya. Manusia adalah bagian dari alam, dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestariannya. Oleh karena itu, jika manusia tidak memelihara lingkungan hidup, maka hal ini merupakan ketidakadilan terhadap makhluk hidup lainnya.
  • Distorsi hubungan manusia dengan Allah. Alam adalah ciptaan Allah, dan merupakan salah satu cara Allah menyatakan diri kepada manusia. Oleh karena itu, jika manusia tidak memelihara lingkungan hidup, maka hal ini dapat menyebabkan distorsi hubungan manusia dengan Allah.
Beberapa contoh dampak teologis dari kerusakan lingkungan hidup diantaranya:
  • Bencana alam. Kerusakan lingkungan hidup dapat menyebabkan bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Bencana alam ini dapat menimbulkan korban jiwa dan kerusakan harta benda.
  • Kepunahan spesies. Kerusakan lingkungan hidup dapat menyebabkan kepunahan spesies. Kematian spesies ini dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, dan dapat berdampak negatif terhadap ekosistem.
  • Penyakit. Kerusakan lingkungan hidup dapat menyebabkan penyakit. Hal ini karena polusi dapat menyebabkan pencemaran udara, air, dan tanah.
  • Kemiskinan. Kerusakan lingkungan hidup dapat menyebabkan kemiskinan. Hal ini karena kerusakan lingkungan hidup dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas pertanian dan sumber daya alam.
Salah satu topik populer dalam teologi lingkungan saat ini adalah masalah perubahan iklim mengigat disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, yang melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer. Gas rumah kaca ini menahan panas matahari, menyebabkan suhu bumi meningkat. Pemahaman ajaran teologi lingkungan dalam kasus perubahan iklim diantaranya:
  • Perubahan iklim adalah masalah moral. Manusia memiliki tanggung jawab untuk melindungi lingkungan, dan perubahan iklim adalah pelanggaran terhadap tanggung jawab tersebut.
  • Perubahan iklim adalah masalah keadilan. Dampak perubahan iklim akan ditanggung oleh orang-orang yang paling rentan, seperti orang miskin dan orang-orang yang tinggal di daerah pesisir.
  • Perubahan iklim adalah masalah spiritual. Alam adalah ciptaan Tuhan, dan perubahan iklim adalah bukti kerusakan hubungan manusia dengan Tuhan dan lingkungan.
Berdasarkan ajaran-ajaran tersebut, teologi Kristen mendorong umat Kristen untuk mengambil tindakan untuk mengatasi perubahan iklim. Tindakan-tindakan ini dapat berupa:
  • Mengurangi emisi gas rumah kaca. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan energi terbarukan, menghemat energi, dan mengurangi konsumsi.
  • Mendukung kebijakan yang mengatasi perubahan iklim. Umat Kristen dapat mendorong pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu masyarakat yang terdampak perubahan iklim.
  • Mengedukasi orang lain tentang perubahan iklim. Umat Kristen dapat berbagi informasi tentang perubahan iklim dan pentingnya mengatasi masalah ini.
Aspek perubahan sosial dan budaya yang berpengaruh hadirnya teologi lingkungan sangat terasa dalam kasus terjadinya perubahan iklim dalam berbagai cara, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Secara langsung, perubahan sosial dan budaya dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku manusia yang dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim. Misalnya, pertumbuhan penduduk dapat menyebabkan peningkatan permintaan akan sumber daya, yang dapat menyebabkan deforestasi, degradasi lahan, dan emisi gas rumah kaca. Urbanisasi juga dapat menyebabkan peningkatan konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca.
  • Secara tidak langsung, perubahan sosial dan budaya dapat mempengaruhi perubahan iklim melalui perubahan dalam kebijakan dan teknologi. Misalnya, perubahan dalam nilai-nilai masyarakat dapat mengarah pada perubahan dalam kebijakan lingkungan, yang dapat mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca. Kemajuan teknologi dapat menyebabkan peningkatan efisiensi energi dan sumber daya, yang dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Beberapa contoh bagaimana perubahan sosial dan budaya dapat mempengaruhi perubahan iklim:
  • Pertumbuhan penduduk: Pertumbuhan penduduk dapat menyebabkan peningkatan permintaan akan sumber daya, yang dapat menyebabkan deforestasi, degradasi lahan, dan emisi gas rumah kaca.
  • Urbanisasi: Urbanisasi dapat menyebabkan peningkatan konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca.
  • Perubahan pola konsumsi: Perubahan pola konsumsi, seperti peningkatan konsumsi daging dan produk-produk konsumen, dapat menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca.
  • Perubahan nilai-nilai: Perubahan nilai-nilai masyarakat, seperti meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim, dapat mengarah pada perubahan dalam kebijakan lingkungan.
  • Kemajuan teknologi: Kemajuan teknologi, seperti pengembangan energi terbarukan, dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Dalam teologi lingkungan biasanya dianjurkan memelihara lingkungan di sekitar kita seperti:
  • Mengurangi konsumsi energi, air, dan sumber daya alam lainnya.
  • Mengelola sampah dengan baik.
  • Menanam pohon dan memelihara tanaman hijau lainnya.
  • Mendukung penggunaan energi terbarukan.
  • Menentang segala bentuk kerusakan lingkungan hidup, seperti pembalakan liar, penambangan ilegal, dan pencemaran lingkungan.
Yang mungkin diabaikan dalam pengajaran teologi lingkungan ialah adanya paham yang mengajarkan bahwa kerusakan lingkungan hidup sebagai tanda kedatangan Yesus kembali atau menjelang hadirnya kerajaan seribu tahun. Hal ini didukungan sejumlah teks Alkitab berikut penafsirannya oleh sejumlah teolog. Contoh:
  • Matius 24:7 - "Sebab akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat." (Ayat ini menunjukkan bahwa akibat kerusakan lingkungan hidup, seperti kelaparan dan gempa bumi, dapat menjadi tanda-tanda Yesus kedatangan Yesus kedua.)
  • Wahyu 6:12-14 - "Dan aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, terjadilah gempa bumi yang dahsyat, dan matahari menjadi hitam bagaikan kain kafan, dan bulan menjadi merah bagaikan darah. Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke bumi, seperti pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang belum masak, oleh karena deraan angin yang kencang. Dan langit digulung seperti gulungan kitab, dan setiap gunung dan pulau terangkat dari tempatnya." (Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan hidup, seperti gempa bumi, perubahan iklim, dan kehancuran benda-benda langit, dapat menjadi tanda-tanda kedatangan Yesus)
  • Wahyu 11:18 - "Dan laut menjadi darah dan matilah semua makhluk yang bernyawa di dalam laut." (Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan hidup, seperti pencemaran laut, dapat menjadi tanda-tanda kedatangan Yesus.)
  • Wahyu 16:8-9 - "Dan dari mulut naga dan dari mulut binatang buas dan dari mulut nabi palsu itu keluarlah roh-roh jahat yang menyerupai katak; mereka pergi kepada raja-raja di seluruh dunia untuk mengumpulkan mereka untuk pertempuran pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa." (Ayat ini ada yang menafsirkan bahwa hal ini menunjukkan adanya kerusakan lingkungan hidup, sehingga terjadi penyebaran penyakit, menjadi tanda-tanda menjelang terjadinya hari besar Allah menyatakan kuasaNya.)
Pengajaran mengenal teologi lingkungan bukan saja mendorong memelihara lingkungan hidup sebagai wujud tanggung jawab kepada Allah dan ciptaNya karena menjadi mandataris Allah di bumi tetapi juga harus disertai dengan sikap siap untuk menyongsong kedatangan Yesus Kristus kembali yang berkuasa memulihkan atau menghakimi dan hal hal lainnya karena DIA berdaulat atas segala sesuatu dan setia memenuhi janji-janjiNya sebagaimana yang disampaikan kepada umat-Nya sesuai Kitab Suci pada waktu yang ditetapkan olehNya. Dia adalah TUHAN ALLAH yang tidak berubah dulu, sekarang dan selamaNya sebab Sang Maha Kuasa adalah kudus tidak berdusta.

Mengenal Teologi Lingkungan berhadapan untuk memperhatikan lingkungan hidup sekitar kita harus diimbangi dengan memperhatikan cara hidup kita dan orang orang sekitar kita menyambut datangNya Yesus kembali.




Tulisan lainnya:
Pemulihan Kondisi Tanah Berdasarkan Taurat
Green Management
Pengantar Manajemen Lingkungan Dan Energi
Sungai Menjadi Gurun, Fenomena Perubahan Iklim?
Tinjauan Biosentrisme Dari Pandangan Alkitab
Kerawanan Pangan Dalam Eskatologi



×
Berita Terbaru Update