Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Jumat, 21 Februari 2025

Dukungan Keluarga Terhadap Kelompok Ekonomi Marginal

ὁ ἀγαπῶν τὸν ἀδελφὸν αὐτοῦ ἐν τῷ φωτὶ μένει, καὶ σκάνδαλον ἐν αὐτῷ οὐκ ἔστιν·
Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. 1 Yohanes 2:10

Teks ayat di atas berbicara tentang kasih yang aktif "agapōn" dikerjakan sehingga kebaikan itu nyata terhadap orang lain yaitu saudaranya tanpa mempedulikan apa yang dirasakan sendiri. Kasih yang tetap menyatakan cinta, perhatian, kebajikan, niat baik, sekalipun.....sasaran yang mendapatkan cinta, perhatian, kebajikan, niat baik itu melawan dengan tindakan oposisi. Contoh yang mudah dipahami saat Yesus disalibkan, yang dilakukan Yesus adalah berseru agar Bapa memberikan atau melimpahkan pengampunan. Perhatikan Lukas 23:34; Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Firman TUHAN mengatakan bahwa jika merasa diri kita hidup dalam terang TUHAN yang penuh kebenaran, kebaikan dan keadilan maka orang tersebut wajib melakukan kasih agape terhadap saudaranya. Saudara dalam konteks di atas dapat berupa saudara seiman dalam Kristus Yesus maupun saudara sebagai bagian dari suatu keluarga besar atau "extended family system". Kasih Agape berbeda dengan kasih filia sebab yang namanya kasih filia terjadi bila saling menguntungkan, saling menyenangkan atau saling mengagumi. Bagaimana dapat dapat berpikir saudara kita yang termasuk kelompok marginal misalnya hidup sebagai orang miskin terlebih seorang tunawisma atau gelandangan dapat memberikan kontribusi yang menguntungkan, menyenangkan atau ada sesuatu yang membuat kagum terhadap dirinya?

Terdapat sejumlah persamaan dan perbedaan antara keluarga besar dan keluarga dalam Kristus. Contoh:

  1. Keluarga Besar (Keluarga Biologis):
    - Definisi: Keluarga besar adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari beberapa generasi, seperti kakek-nenek, orang tua, anak-anak, cucu, paman, bibi, dan sepupu.
    - Ikatan Darah: Anggota keluarga besar terikat oleh hubungan darah atau pernikahan.
    - Fungsi: Keluarga besar memiliki berbagai fungsi, seperti memberikan dukungan emosional, sosial, dan ekonomi, mewariskan nilai-nilai budaya dan tradisi, serta memberikan rasa identitas dan kebersamaan.
  2. Keluarga dalam Kristus (Keluarga Rohani):
    - Definisi: Keluarga dalam Kristus adalah kelompok orang percaya yang dipersatukan oleh iman mereka kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
    - Ikatan Iman: Anggota keluarga dalam Kristus terikat oleh iman yang sama dan Roh Kudus yang tinggal di dalam mereka.
    - Fungsi: Keluarga dalam Kristus memiliki fungsi yang serupa dengan keluarga besar, yaitu memberikan dukungan, kasih, dan persekutuan. Selain itu, keluarga dalam Kristus juga berperan dalam pertumbuhan rohani dan pelayanan bersama.
  3. Persamaan antara Keluarga Besar dan Keluarga dalam Kristus:
    - Dukungan dan Kasih: Keduanya memberikan dukungan emosional, sosial, dan spiritual bagi anggotanya. Anggota keluarga besar maupun keluarga dalam Kristus saling mengasihi, peduli, dan membantu dalam suka maupun duka.
    - Rasa Memiliki: Keduanya memberikan rasa memiliki dan identitas bagi anggotanya. Anggota keluarga merasa menjadi bagian dari kelompok yang lebih besar dan memiliki tempat untuk berlindung dan bertumbuh.
    - Nilai-nilai dan Tradisi: Keduanya mewariskan nilai-nilai dan tradisi kepada generasi berikutnya. Keluarga besar mewariskan nilai-nilai budaya dan tradisi keluarga, sedangkan keluarga dalam Kristus mewariskan nilai-nilai iman dan tradisi gereja.
    - Pertumbuhan dan Pembelajaran: Keduanya menjadi tempat untuk belajar dan bertumbuh. Dalam keluarga besar, anggota keluarga belajar dari pengalaman hidup masing-masing, sedangkan dalam keluarga dalam Kristus, anggota keluarga belajar dari Firman Tuhan dan saling membangun dalam iman.
  4. Perbedaan antara Keluarga Besar dan Keluarga dalam Kristus:
    - Dasar Ikatan: Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah atau pernikahan, sedangkan keluarga dalam Kristus didasarkan pada iman kepada Yesus Kristus.
    - Keanggotaan: Keanggotaan keluarga besar bersifat alami dan tidak dapat diubah, sedangkan keanggotaan keluarga dalam Kristus bersifat pilihan dan didasarkan pada keputusan pribadi untuk percaya kepada Kristus.
    - Fokus Utama: Fokus utama keluarga besar adalah pada hubungan horizontal antar anggota keluarga, sedangkan fokus utama keluarga dalam Kristus adalah pada hubungan vertikal dengan Tuhan dan hubungan horizontal dengan sesama anggota keluarga dalam Kristus.
    - Tujuan: Tujuan keluarga besar adalah untuk melestarikan keturunan dan mewariskan nilai-nilai keluarga, sedangkan tujuan keluarga dalam Kristus adalah untuk memuliakan Tuhan, membangun jemaat, dan menjadi berkat bagi dunia.

Bila hidup dalam terang Kristus yang menjadikan melakukan tindakan aktif yang lahir dari niat baik dan penuh kebajikan menjadikan diri kita rajin berbuat baik. Kerajinan dalam Alkitab dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu: tingkat manusiawi, tingkat roh dan tingkat sempurna. Bila di kehidupan dipenuhi kasih agape maka melalui proses pembentukan oleh Roh kudus dapat mencapai kehidupan tingkat roh yang berarti wujud kasih yang nampak mendekati Yesus Kristus yang sempurna dimana sekalipun Yesus Kristus disalibkan tetap mengampuni mereka yang menyalibkan dan memberi kesempatan bertobat.

Kasih agape yang aktif akan menjadikan hidup ini terhindar dari dan menjadi batu sandungan, perangkap, jerat dan segala sesuatu penyebab kesalahan dan pelanggaran. Tanpa kasih dan terang Kristus maka menyebabkan seseorang tersandung dalam iman atau perilaku moralnya atau menyebabkan kejatuhan rohani yang sering dikaitkan dengan tindakan menyinggung perasaan atau menuntun orang lain ke dalam kesalahan dan kesesatan.

Rasul Yohanes menyampaikan pesan agar hidup ini menghidupi ajaran Kristus dalam membina hubungan keluarga baik sebagai keluarga inti, keluarga besar maupun dalam kaitnya sebagai keluarga seiman dalam Kristus kepada semua orang termasuk kelompok marginal yang terpinggirkan, misal karena status sosial dan kekayaan yang dimiliki.

Dalam menjalin hubungan dengan keluarga besar, jika memperhatikan sistem budaya pun sebenarnya dapat melakukan peran positif bagi anggota keluarga yang kurang beruntung sehingga alami hal-hal yang kurang baik secara harta kekayaan, status sosial dan lainnya. Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga besar membutuhkan usaha, kesabaran, dan keterbukaan. Contoh membangun dan memelihara hubungan yang harmonis dengan keluarga besar:
- Komunikasi yang terbuka dan teratur misalnya rutin berkomunikasi, baik melalui telepon, pesan, atau pertemuan langsung, untuk menunjukkan bahwa Anda peduli hingga memberikan perhatian penuh saat anggota keluarga berbicara, dan tunjukkan bahwa Anda menghargai pendapat dan perasaan mereka. Jika ada perbedaan pendapat, selesaikan dengan cara yang dewasa dan hindari menyakiti perasaan.
- Menghargai peran dan batasan karena setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya sendiri. Hormati peran tersebut tanpa mencoba mengontrol atau mencampuri terlalu jauh. Tetapkan batasan yang sehat agar hubungan tetap harmonis tanpa merasa terlalu diatur atau terganggu.
- Saling Mendukung dengan menunjukkan kepedulian dengan membantu anggota keluarga yang sedang mengalami kesulitan, baik secara finansial, emosional, atau fisik. Rayakan momen bersama seperti di acara pernikahan, ulang tahun, atau acara keluarga lainnya untuk mempererat ikatan.
- Menghargai perbedaan karena setiap keluarga memiliki nilai, kebiasaan, dan pandangan yang berbeda. Hormati perbedaan tersebut tanpa menghakimi. Hindari memaksakan pendapat atau gaya hidup Anda pada anggota keluarga lain.
- Bangun tradisi keluarga seperti berkumpul saat hari raya, liburan, atau acara rutin lainnya untuk memperkuat ikatan dan pastikan semua generasi, dari anak-anak hingga orang tua, merasa terlibat dan dihargai.
- Selesaikan konflik dengan bijak jangan menyimpan konflik lewat segera selesaikan secepat mungkin dan jangan biarkan masalah menumpuk. Bila konflik sulit diselesaikan, mintalah bantuan anggota keluarga lain yang netral untuk menjadi mediator.
- Tunjukkan rasa syukur dan apresiasi seperti jangan ragu untuk mengucapkan terima kasih atas bantuan atau dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga. Hargai usaha dan kontribusi setiap anggota keluarga, baik besar maupun kecil.
- Jaga hubungan dengan generasi muda misalnya meluangkan waktu untuk bermain atau berbicara dengan generasi muda dalam keluarga besar serta ajarkan nilai-nilai keluarga sehingga mereka memahami pentingnya menjaga hubungan keluarga.
- Hindari gosip dan drama dengan tidak Ikut campur urusan pribadi atau masalah pribadi anggota keluarga lain. Lebih baik membicarakan hal-hal positif dan membangun daripada membuat runcing masalah.
- Jadilah teladan dengan menjadi contoh dalam hal menghormati, mendukung, dan menjaga hubungan baik dengan keluarga besar. Jika Anda memiliki anak, ajarkan mereka pentingnya menjaga hubungan dengan keluarga besar.

Faktor kemiskinan seperti kelompok tunawisma adalah hal yang paling banyak disorot dari kelompok yang terpinggirkan sehingga alami marginalisasi. Hadirnya keluarga besar dapat memainkan peran penting dalam membantu mengatasi permasalahan kemiskinan. Contoh beberapa cara di mana keluarga besar dapat berkontribusi terhadap anggota keluarganya yang alami masalah 'kemiskinan' adalah:
- Dukungan Finansial: Anggota keluarga besar yang lebih mampu secara finansial dapat memberikan bantuan keuangan kepada anggota keluarga yang kurang mampu. Ini bisa berupa bantuan tunai, pembayaran biaya pendidikan, atau bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal.
- Jaringan Sosial: Keluarga besar seringkali memiliki jaringan sosial yang luas. Mereka dapat membantu anggota keluarga yang miskin dengan memberikan akses ke peluang pekerjaan, informasi tentang program bantuan pemerintah, atau bahkan memperkenalkan mereka kepada orang-orang yang dapat memberikan bantuan atau nasihat.
- Dukungan Emosional: Kemiskinan seringkali disertai dengan stres dan tekanan emosional. Keluarga besar dapat memberikan dukungan emosional dan moral, yang dapat membantu anggota keluarga yang miskin untuk tetap kuat dan termotivasi dalam menghadapi tantangan.
- Berbagi Sumber Daya: Keluarga besar dapat berbagi sumber daya seperti pakaian, makanan, atau bahkan tempat tinggal. Ini dapat mengurangi beban finansial yang harus ditanggung oleh anggota keluarga yang miskin.
- Pendidikan dan Pelatihan: Anggota keluarga besar yang lebih berpendidikan atau memiliki keterampilan tertentu dapat membantu dengan memberikan bimbingan, pelatihan, atau pendidikan kepada anggota keluarga yang kurang beruntung. Ini dapat meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
- Pengasuhan Anak: Dalam beberapa kasus, keluarga besar dapat membantu dengan mengasuh anak-anak dari keluarga miskin, memungkinkan orang tua untuk bekerja atau mencari pekerjaan tanpa harus khawatir tentang biaya pengasuhan anak.
- Advokasi dan Bantuan Hukum: Anggota keluarga besar yang memiliki pengetahuan tentang hukum atau akses ke sumber daya hukum dapat membantu anggota keluarga yang miskin dalam mengatasi masalah hukum yang mungkin memperburuk kondisi kemiskinan mereka.
- Pengelolaan Keuangan: Keluarga besar dapat membantu anggota keluarga yang miskin dengan memberikan nasihat tentang pengelolaan keuangan, membantu mereka membuat anggaran, atau bahkan mengelola keuangan mereka untuk sementara waktu.

Selain faktor kemiskinan yaitu keterbatasan ekonomi sehingga keterbatasan kemampuan akses terhadap sumber daya finansial dapat membuat seseorang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan, dan perawatan kesehatan serta tinggal di daerah miskin atau terpencil seringkali membatasi akses ke peluang kerja, pendidikan, dan layanan publik maka terdapat faktor lain yang menjadi sebab marginalisasi (terpinggirkan), antara lain:

  • Diskriminasi, seperti:
    - Ras dan Etnis: Diskriminasi berdasarkan ras atau etnis dapat menyebabkan seseorang diabaikan atau diperlakukan tidak adil.
    - Gender: Perempuan, kelompok LGBTQ+, atau individu dengan identitas gender non-biner sering menghadapi diskriminasi dan ketidaksetaraan.
    - Agama: Perbedaan keyakinan agama dapat menyebabkan seseorang dikucilkan atau diasingkan dari masyarakat.
  • Pendidikan yang Rendah, seperti:
    - Kurangnya Akses ke Pendidikan: Tanpa pendidikan yang memadai, seseorang mungkin kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak atau meningkatkan taraf hidupnya. - Buta Huruf: Ketidakmampuan membaca atau menulis dapat membatasi partisipasi seseorang dalam masyarakat dan ekonomi.
  • Keterbatasan Fisik atau Mental, seperti:
    - Disabilitas: Orang dengan disabilitas sering menghadapi stigma, diskriminasi, dan kurangnya akses ke fasilitas yang ramah disabilitas.
    - Kesehatan Mental: Stigma terhadap masalah kesehatan mental dapat membuat seseorang diasingkan atau diabaikan.
  • Usia, seperti:
    - Lansia: Orang lanjut usia sering diabaikan atau tidak diberi peran dalam masyarakat, terutama di dunia kerja.
    - Anak-Anak: Anak-anak dari keluarga miskin atau marginal seringkali tidak mendapatkan akses ke pendidikan dan perlindungan yang memadai.
  • Lingkungan Sosial dan Budaya, seperti:
    - Stigma Sosial: Misalnya, mantan narapidana atau orang dengan latar belakang tertentu sering diasingkan oleh masyarakat.
    - Tradisi dan Norma Budaya: Beberapa budaya mungkin mengucilkan individu yang tidak sesuai dengan norma atau nilai yang berlaku.
  • Politik dan Kebijakan Pemerintah, seperti:
    - Kebijakan yang Tidak Inklusif: Kebijakan pemerintah yang tidak mempertimbangkan kebutuhan kelompok marginal dapat memperburuk kondisi mereka.
    - Kurangnya Representasi: Kelompok marginal seringkali tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan politik.
  • Perang dan Konflik, seperti:
    - Pengungsi dan Korban Konflik: Orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena perang atau konflik seringkali kehilangan akses ke sumber daya dan dukungan sosial.
    - Trauma: Konflik dan kekerasan dapat menyebabkan trauma yang membuat seseorang sulit berintegrasi kembali ke masyarakat.
  • Perubahan Ekonomi dan Teknologi, seperti:
    - Otomatisasi dan PHK: Kemajuan teknologi dapat menyebabkan kehilangan pekerjaan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan baru.
    - Globalisasi: Perubahan ekonomi global dapat menguntungkan sebagian orang, tetapi juga dapat meninggalkan kelompok tertentu yang tidak mampu bersaing.
  • Lingkungan Geografis, seperti:
    - Daerah Terpencil: Orang yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil seringkali kesulitan mengakses layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi.
    - Bencana Alam: Bencana alam dapat menghancurkan sumber daya dan infrastruktur, membuat masyarakat setempat terpinggirkan.
  • Keterbatasan Akses ke Layanan Publik, seperti:
    - Kesehatan: Kurangnya akses ke layanan kesehatan dapat memperburuk kondisi ekonomi dan sosial seseorang.
    - Hukum dan Keadilan: Ketidakadilan dalam sistem hukum dapat membuat kelompok tertentu terus terpinggirkan.
  • Stigma dan Prasangka, seperti:
    - Prasangka Sosial: Prasangka terhadap kelompok tertentu (misalnya, berdasarkan pekerjaan, latar belakang, atau gaya hidup) dapat menyebabkan pengucilan.
    - Ketidaksetaraan Struktural: Sistem yang tidak adil dapat memperkuat marginalisasi, seperti ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya.

Bila dalam sebuah keluarga besar mengalami keadaan dimana anggota keluarganya ada yang masuk kalangan orang kaya dan kalangan orang miskin secara psikologi dan sosial dapat mengalami sejumlah kecenderungan yang kurang ideal. Masalah yang dapat terjadi diantaranya lihat di bawah ini.

Memiliki saudara yang miskin, bagi sebagian orang kaya, dapat menjadi batu sandungan yaitu antara lain:

  • Rasa Bersalah dan Kewajiban yang Berlebihan:
    - Tanggung Jawab yang Tidak Terkendali: Orang kaya mungkin merasa bertanggung jawab untuk "menyelamatkan" saudaranya yang miskin dari kemiskinan. Mereka mungkin merasa bersalah jika tidak membantu, tetapi juga kewalahan jika terus-menerus dimintai bantuan.
    - Harapan yang Tidak Realistis: Orang kaya mungkin memiliki harapan yang tidak realistis tentang bagaimana saudaranya yang miskin akan menggunakan bantuan mereka. Mereka mungkin kecewa jika bantuan tersebut tidak digunakan sesuai harapan mereka.
    - Ketergantungan: Bantuan yang terus-menerus dan tidak terarah dapat menciptakan ketergantungan pada saudara yang kaya. Hal ini dapat menghambat saudara yang miskin untuk mengembangkan kemandirian dan mencari solusi jangka panjang untuk masalah mereka.
  • Perasaan Tidak Nyaman dan Diskriminasi:
    - Perbedaan Gaya Hidup: Perbedaan gaya hidup yang mencolok dapat menciptakan perasaan tidak nyaman dan canggung dalam interaksi sosial. Orang kaya mungkin merasa sulit untuk memahami kehidupan saudara mereka yang miskin, dan sebaliknya.
    - Stigma Sosial: Kemiskinan seringkali dikaitkan dengan stigma sosial negatif. Orang kaya mungkin merasa malu atau tidak nyaman jika orang lain tahu bahwa mereka memiliki saudara yang miskin.
    - Diskriminasi: Orang kaya mungkin secara tidak sadar atau sengaja mendiskriminasi saudara mereka yang miskin. Mereka mungkin tidak melibatkan mereka dalam kegiatan sosial atau bisnis mereka karena merasa malu atau khawatir.
  • Konflik Keluarga dan Perpecahan:
    - Perebutan Harta Warisan: Jika orang kaya meninggal dunia, perbedaan status ekonomi antara saudara kandung dapat memicu konflik dan perebutan harta warisan.
    - Perbedaan Nilai dan Gaya Hidup: Perbedaan nilai dan gaya hidup antara saudara yang kaya dan miskin dapat menyebabkan ketegangan dan perpecahan dalam keluarga.
    - Kurangnya Komunikasi: Kurangnya komunikasi dan saling pengertian dapat memperburuk masalah dan menyebabkan keretakan hubungan keluarga.

Mengatasi batu sandungan karena orang kaya memiliki saudaranya yang miskin antara lain:
- Batasan yang Sehat: Orang kaya perlu menetapkan batasan yang sehat dalam memberikan bantuan kepada saudara mereka yang miskin. Mereka perlu memastikan bahwa bantuan tersebut tidak menciptakan ketergantungan dan diberikan dengan bijak.
- Komunikasi Terbuka: Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan konflik. Orang kaya dan saudara mereka yang miskin perlu saling berbicara dan mendengarkan dengan penuh pengertian.
- Dukungan Profesional: Jika masalah yang dihadapi kompleks, bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor keluarga dapat sangat membantu.
- Fokus pada Nilai-nilai Kekeluargaan: Ingatlah bahwa hubungan keluarga lebih berharga daripada materi. Fokus pada nilai-nilai kekeluargaan, seperti kasih, dukungan, dan pengertian.

Memiliki saudara yang kaya, bagi sebagian orang miskin, menyebabkan adanya potensi yang harus dikelola dengan baik, yaitu antara lain:

  1. Potensi Batu Sandungan:
    - Perbandingan Sosial: Melihat saudara yang kaya hidup dalam kemewahan dapat memicu perasaan iri hati, rendah diri, atau tidak adil. Perbandingan yang terus-menerus dapat mengikis rasa syukur dan kepuasan dengan apa yang dimiliki.
    - Kesenjangan yang Melebar: Perbedaan gaya hidup yang mencolok dapat memperlebar jurang antara keduanya, menciptakan perasaan keterasingan dan kurangnya pemahaman.
    - Harapan yang Tidak Realistis: Orang miskin mungkin berharap saudaranya yang kaya akan selalu membantu mereka secara finansial. Jika harapan ini tidak terpenuhi, kekecewaan dan sakit hati bisa timbul.
    - Tekanan untuk Sukses: Keberhasilan saudara yang kaya dapat menjadi tekanan tidak langsung bagi orang miskin untuk mencapai kesuksesan yang sama. Jika mereka merasa gagal, hal itu bisa memicu perasaan bersalah dan tidak berharga.
  2. Potensi Motivasi:
    - Inspirasi: Kisah sukses saudara yang kaya dapat menjadi inspirasi dan motivasi untuk bekerja keras dan meraih impian. Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan mungkin diraih dengan kerja keras dan ketekunan.
    - Jaringan dan Peluang: Saudara yang kaya mungkin memiliki jaringan dan sumber daya yang dapat membantu saudaranya yang miskin untuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan, atau peluang usaha.
    - Dukungan Finansial (dengan bijak): Jika diberikan dengan bijak dan tanpa pamrih, bantuan finansial dari saudara yang kaya dapat membantu orang miskin untuk keluar dari kesulitan ekonomi dan membangun kehidupan yang lebih baik.
    - Pembelajaran Nilai-nilai Positif: Mengamati bagaimana saudaranya yang kaya mencapai kesuksesan (misalnya, etos kerja, disiplin, dan manajemen keuangan) dapat menjadi pelajaran berharga.

Mengatasi batu sandungan karena orang miskin memiliki saudaranya yang kaya antara lain:
- Fokus pada Diri Sendiri: Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, fokuslah pada kekuatan dan potensi diri sendiri. Tetapkan tujuan yang realistis dan fokus untuk mencapainya.
- Bersyukur: Belajar untuk mensyukuri apa yang dimiliki, sekecil apapun itu. Rasa syukur dapat membantu menjaga hati tetap positif dan mengurangi perasaan iri hati.
- Hindari Ketergantungan: Jangan hanya mengandalkan bantuan dari orang lain. Berusahalah untuk mandiri dan mencari solusi atas masalah sendiri.
- Jalin Komunikasi yang Sehat: Komunikasikan perasaan dan harapan secara terbuka dengan saudara yang kaya. Hindari prasangka dan kesalahpahaman.
- Rayakan Keberhasilan Orang Lain: Belajarlah untuk turut berbahagia atas kesuksesan orang lain, termasuk saudara sendiri.

Sistem dukungan keluarga dalam Kristus terhadap kelompok marginal contoh kalangan orang miskin terdapat dalam kehidupan di jemaat mula-mula. Dalam jemaat mula-mula selalu ada yang menjual hartanya lalu dibagikan kepada semua umat sehingga mereka semua tidak ada yang kekurangan/kelaparan sepertinya menganut sistem sosialis dalam bidang ekonomi (Kisah Para Rasul 4:32-35). Dalam jemaat mula-mula tidak melakukan dengan mengunakan kekerasan, tekanan politik dan atau tekanan sosial dalam kelompok orang percaya dan tidak mengunakan alat-alat kekuasaan negara. Partisipasi untuk berbagi sampai menjual hartanya bukan karena adanya peraturan dari ajaran melainkan bersifat sukarela dan sangat menghormati hak kekayaan pribadi. (Kisah Para Rasul 5:4). Sistem ekonomi jemaat mula-mula di Yerusalem digerakan oleh Roh Allah dan hidup yang diatur oleh Roh Allah bukan diatur oleh sistem sosialisme, kapitalis atau segala sistem yang dibuat oleh manusia. Pola dalam jemaat mula-mula dapat terjadi bila kehidupan gereja saat ini kembali ke dalam cara hidup yang ada dalam jemaat mula-mula dari para pemimpin gereja sampai kalangan simpatisannya. Saya tidak tahu apakah kehidupan yang gereja Kalvari di India saat ini bergerak mengarah atau mendekati model yang ada di jemaat mula-mula?

Dukungan keluarga terhadap kelompok ekonomi di kalangan marginal seperti tunawisma biasanya terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh keluarga besar dan atau keluarga dalam Kristus. Contohnya seperti:

  1. Persamaan yang Seharusnya Dilakukan Berdasarkan Konsep Ideal (keadaan yang dicita-citakan, atau diharapkan terjadi):
    - Memberikan Dukungan Emosional: Baik keluarga besar maupun keluarga dalam Kristus seharusnya memberikan dukungan emosional kepada anggota keluarga yang mengalami masalah ekonomi. Dukungan ini bisa berupa kata-kata yang menyemangati, mendengarkan dengan penuh perhatian, atau sekadar hadir untuk menemani.
    - Menawarkan Bantuan Praktis: Keluarga besar dan keluarga dalam Kristus dapat menawarkan bantuan praktis, seperti memberikan makanan, pakaian, atau tempat tinggal sementara. Bantuan ini dapat meringankan beban ekonomi anggota keluarga yang sedang kesulitan.
    - Mencari Solusi Bersama: Keluarga besar dan keluarga dalam Kristus dapat bekerja sama untuk mencari solusi atas masalah ekonomi yang dihadapi anggota keluarga. Mereka dapat berdiskusi, bertukar pikiran, dan mencari informasi tentang program-program bantuan pemerintah atau lembaga sosial.
    - Mendoakan dan Memberi Dukungan Spiritual: Keluarga besar dan keluarga dalam Kristus dapat mendoakan anggota keluarga yang sedang mengalami masalah ekonomi. Dukungan spiritual ini dapat memberikan kekuatan dan pengharapan di tengah kesulitan.
  2. Perbedaan yang Mungkin Dilakukan:
    - Sumber Daya yang Tersedia: Keluarga besar mungkin memiliki sumber daya yang lebih besar, seperti aset atau jaringan bisnis, yang dapat digunakan untuk membantu anggota keluarga yang mengalami masalah ekonomi. Keluarga dalam Kristus mungkin memiliki sumber daya yang lebih terbatas, tetapi mereka dapat mengandalkan kekuatan iman dan solidaritas komunitas.
    - Pendekatan yang Berbeda: Keluarga besar mungkin lebih fokus pada solusi modal atau bahan yang diperlukan, seperti memberikan pinjaman atau bantuan keuangan. Keluarga dalam Kristus mungkin lebih menekankan pada dukungan spiritual dan emosional, serta mencari solusi melalui doa dan Firman Tuhan.
    - Peran yang Berbeda: Anggota keluarga besar mungkin memiliki peran yang lebih spesifik dalam membantu anggota keluarga yang mengalami masalah ekonomi, seperti memberikan nasihat keuangan atau membantu mencari pekerjaan. Anggota keluarga dalam Kristus mungkin berperan sebagai teman, saudara, atau mentor yang memberikan dukungan dan motivasi.
  3. Hal yang Perlu Diperhatikan:
    - Setiap keluarga memiliki dinamika dan sumber daya yang berbeda. Oleh karena itu, cara mereka membantu anggota keluarga yang mengalami masalah ekonomi mungkin berbeda-beda.
    - Penting untuk diingat bahwa bantuan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anggota keluarga yang sedang mengalami masalah ekonomi.
    - Yang terpenting adalah adanya kasih, kepedulian, dan kesediaan untuk membantu sesama anggota keluarga, baik dalam keluarga besar maupun keluarga dalam Kristus.

Kelompok marginal yang terpinggirkan sangat rentan terhadap hal-hal seperti: kemiskinan yang berkepanjangan, keterasingan sosial dan mental, keterbatasan akses pendidikan dan pekerjaan serta kondisi fisik dan mental yang tidak baik sehingga membutuhkan pertolongan. Pertolongan pertama biasanya diharapkan datang dari keluarga tetapi sebenarnya peran pemerintah atau lembaga masyarakat lainnya dibutuhkan terutama lewat kebijakan yang adil dan inklusif disamping pemberdayaan dan dukungan sosial.

Keluarga besar maupun keluarga dalam Kristus memiliki peran penting dalam membantu anggota keluarga yang mengalami masalah ekonomi. Mereka dapat memberikan dukungan emosional, menawarkan bantuan praktis, mencari solusi bersama, dan memberikan dukungan spiritual. Meskipun ada perbedaan dalam sumber daya dan pendekatan yang digunakan, yang terpenting adalah adanya kasih dan kepedulian untuk membantu sesama anggota keluarga melewati masa-masa sulit.






Tulisan lainnya di werua blog:
Sistem Sosialis Dan Kehidupan Jemaat Mula-mula
Kasih Allah Itu Kasih Agape
Kesejahteraan Ekonomi Untuk Penerus
Masalah Yang Mengikat Keluarga
Catatan Alkitab Hal Komunikasi Keluarga
Krisis Keluarga Akibat Keuangan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Alkitab
Menjadi Menpelai Kristus
Peran Doa Dalam Kehidupan Manusia
Gereja Dan Rumah Tangga


Share this

Random Posts

Label Mobile

Dogmatika (75) Hermeneutika (77) Lainnya (96) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) Video (9) biblika (84) budaya (49) dasar iman (100) karakter (43) konseling (84) manajemen (71) pendidikan (59) peristiwa (71) sospol (66) spritualitas (92) tokoh alkitab (44)