Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Jumat, 07 Februari 2025

Modal Yusuf Seorang Budak Jadi Model Perjuangan Tunawisma

Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Lukas 16:12 - TB

Dalam teks ayat di atas terdapat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu kata setia. Kata setia berasal dari kata πιστός yang memiliki arti sebagai "Setia, dapat dipercaya, dapat diandalkan, percaya" yang tidak dapat dilepaskan dengan keyakinan yang dimiliki atau yang melekat. Dalam dunia Yunani-Romawi, kesetiaan merupakan kebajikan yang sangat dihargai, yang sering dikaitkan dengan loyalitas dan keandalan dalam hubungan, kontrak, dan tugas. Dalam konteks Yahudi, kesetiaan merupakan atribut utama Tuhan, yang dipandang teguh dalam janji-janji perjanjian-Nya. Komunitas Kristen awal mengadopsi pemahaman ini, dengan menekankan kesetiaan Tuhan dan panggilan bagi orang percaya untuk mencerminkan atribut ini dalam kehidupan mereka.

Setia yang erat kaitannya dengan makna dapat dipercaya atau dapat diandalkan sehingga tetap percaya dalam ayat di atas memiliki konteks secara dunia dan secara surga. Dalam hal-hal duniawi, yang disebut milik orang lain karena hal-hal tersebut bukan milik kita, melainkan dipercayakan kepada pemeliharaan kita. Dalam hal-hal surgawi maka segala sesuatu yang kita miliki semuanya adalah berasal dan milik TUHAN yang dititipkan dan dipercayakan untuk dikelola secara arif serta bijaksana dan jika saat waktu yang ditentukan tiba harus bertanggungjawab kepada TUHAN secara pribadi.

Dalam konteks harta dunia yang dinamakan harta orang lain contohnya adalah harta yang bukan milik pribadi secara spenuhnya dan sah secara hukum karena ada modal yang ditanam oleh pihak kedua atau ketiga dan atau belum sepenuhnya dibayar lunas atau didalamnya terdapat hak pihak lain selain dalam pengertian sebagai pengelola aset atau seorang kepercayaan pemilik harta.

Ajaran Yesus yang dicatat oleh Lukas adalah untuk memiliki harta di dunia sebagai aset pribadi maka pada umumnya sebelumnya melalui tahapan menjadi orang yang dipercaya mengelola aset orang lain termasuk aset dari orang tua. Penulis Amsal mengatakan "Budak yang berakal budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, dan akan mendapat bagian warisan bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu. (Amsal 17:2)". Berdasarkan Amsal di atas maka salah satu faktor untuk dapat harta yang secara akal sehat menjadi milik seseorang bila orang tersebut tidak berakal budi apalagi dengan tindakan yang membuat malu maka "jatah" yang telah ditetapkan sebelumnya dapat menguap.

Dalam Alkitab ada kisah seorang budak yang menjadi orang kedua di kerajaan Mesir dan dia bernama Yusuf sehingga Yusuf dapat dijadikan model percontohan yang menarik untuk dipelajari oleh banyak orang termasuk dari kalangan homeless, tunawisma dan juga gelandangan. Sebagai dasar mengunakan contoh Yusuf berdasarkan adanya persamaan dan perbedaan antara seorang tunawisma pada umumnya dan Yusuf saat menjadi budak di keluarga Potifar, yaitu:

  1. Persamaan Tunawisma dan Yusuf antara lain:
    - Status Sosial yang Rendah: Baik tunawisma maupun Yusuf pada awalnya memiliki status sosial yang rendah. Tunawisma hidup di jalanan tanpa tempat tinggal dan sumber daya yang memadai, sementara Yusuf adalah seorang budak yang tidak memiliki hak dan kebebasan.
    - Keterbatasan: Keduanya menghadapi keterbatasan dalam hidup mereka. Tunawisma terbatas dalam akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, tempat tinggal, dan pekerjaan. Yusuf juga terbatas dalam kebebasannya karena harus mengikuti perintah tuannya.
    - Kerentanan: Baik tunawisma maupun Yusuf sama-sama rentan terhadap perlakuan yang tidak adil dan diskriminasi. Tunawisma seringkali diabaikan dan dianggap rendah oleh masyarakat, sementara Yusuf juga mengalami perlakuan yang tidak adil dari istri Potifar.
  2. Perbedaan Tunawisma dan Yusuf antara lain:
    - Konteks Sosial: Tunawisma hidup dalam konteks masyarakat modern yang kompleks, di mana masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, dan kurangnya perumahan menjadi faktor penyebab utama. Sementara itu, Yusuf hidup dalam konteks masyarakat kuno di mana perbudakan adalah hal yang umum.
    - Penyebab Kondisi: Kondisi tunawisma seringkali disebabkan oleh faktor-faktor struktural seperti kemiskinan, kurangnya pendidikan, masalah kesehatan mental, atau kehilangan pekerjaan. Sementara itu, Yusuf menjadi budak karena dijual oleh saudara-saudaranya sendiri.
    - Harapan dan Peluang: Meskipun keduanya menghadapi kesulitan, Yusuf memiliki harapan dan peluang yang lebih besar untuk mengubah hidupnya. Sebagai seorang budak di rumah tangga yang kaya, Yusuf memiliki kesempatan untuk belajar, mengembangkan keterampilan, dan menunjukkan kemampuannya. Sementara itu, tunawisma seringkali kesulitan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan karena kurangnya akses ke pendidikan, pekerjaan, dan dukungan sosial.
    - Dukungan Sosial: Yusuf mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, seperti Potifar yang mempercayainya dan kepala penjara yang melihat potensinya. Sementara itu, tunawisma seringkali kurang mendapatkan dukungan dari masyarakat dan bahkan bertabrakan dalam segala kepentingan.

Dalam konteks Lukas 16:12 sebagai bagian dari perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Jujur yang dibicarakan tentang kesetiaan dalam mengelola harta orang lain tidak hanya difokuskan untuk seseorang yang menjadi bendahara atau seorang staf keuangan maka sebenarnya berlaku bagi semua orang yang melakukan kegiatan ekonomi karena dalam praktiknya berbicara mengenai antara lain:
- Tanggung Jawab Keuangan: Lukas 16:12 menekankan pentingnya tanggung jawab dan kesetiaan dalam mengelola keuangan, bahkan jika itu bukan milik kita sendiri. Ini mencakup segala jenis pengelolaan keuangan, baik dalam konteks pekerjaan, bisnis, atau kehidupan pribadi.
- Integritas: Ayat ini juga berbicara tentang integritas. Jika seseorang tidak dapat dipercaya dalam hal-hal kecil (seperti mengelola harta orang lain), bagaimana ia bisa dipercaya dalam hal-hal besar (seperti mengelola harta sendiri atau tanggung jawab yang lebih besar)?
- Karakter: Lukas 16:12 menyoroti pentingnya karakter yang dapat dipercaya. Kesetiaan dalam hal-hal kecil adalah cerminan dari karakter seseorang. Jika seseorang tidak setia dalam hal-hal kecil, itu menunjukkan adanya masalah karakter yang lebih besar.
- Hubungan dengan Tuhan: Dalam konteks perumpamaan secara keseluruhan, Lukas 16:12 juga berbicara tentang hubungan kita dengan Tuhan. Jika kita tidak setia dalam mengelola berkat-berkat duniawi yang dipercayakan kepada kita, bagaimana kita bisa layak menerima berkat-berkat rohani yang lebih besar dari Tuhan?

Sebagai bendahara atau staf keuangan memiliki keterbatasan maka dapat dijadikan contoh bagi orang yang mengalami keterbatasan termasuk kalangan tunawisma. Dalam keterbatasan seorang tunawisma maka orang tersebut tetaplah harus memperhatikan hal-hal mendasar seperti:
- Tanggung Jawab dalam Hal-Hal Kecil: Seorang tunawisma mungkin tidak memiliki banyak harta benda, tetapi mereka tetap memiliki tanggung jawab dalam hal-hal kecil. Misalnya, mereka harus bertanggung jawab atas barang-barang yang mereka miliki, menjaga kebersihan diri, dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
- Integritas dalam Keterbatasan: Dalam keterbatasan mereka, seorang tunawisma dapat menunjukkan integritas dengan tidak mencuri atau melakukan tindakan kriminal lainnya. Mereka dapat memilih untuk tetap jujur dan berusaha mencari bantuan secara legal.
- Karakter yang Dapat Dipercaya: Meskipun hidup dalam kesulitan, seorang tunawisma dapat membangun karakter yang dapat dipercaya. Misalnya, mereka dapat membantu sesama tunawisma, berbagi makanan, atau memberikan dukungan moral.
- Menemukan Berkat dalam Keterbatasan: Seorang tunawisma mungkin tidak memiliki banyak harta duniawi, tetapi mereka masih dapat menemukan berkat dalam hal-hal lain. Misalnya, mereka dapat menemukan kekuatan dalam komunitas tunawisma, menemukan harapan dalam keyakinan mereka, atau menemukan sukacita dalam hal-hal sederhana.

Pemerintah memberikan perhatian kepada masyarakat miskin sehingga diantaranya kesulitan menghuni di tempat yang layak. Sekitar tahun 1970-an pemerintah Indonesia memperkenalkan sistem membagikan ternak secara bergulir sehingga orang yang merasakan program pemberian ternak dirasakan oleh masyarakat sangat banyak atau sering disebut sebagai "program ternak bergulir". Program ini salah satu pendekatan yang digunakan untuk memperluas manfaat program pemberian ternak kepada masyarakat. Dalam sistem ini, ternak yang diberikan kepada satu keluarga atau individu akan berkembang biak, dan setelah beberapa waktu, hasil dari ternak tersebut (seperti anak ternak) akan dibagikan kepada keluarga lain yang membutuhkan.

Sejumlah harapan muncul dari program ternak bergilir, seperti:
- Peningkatan Jumlah Ternak : Dengan sistem bergulir, jumlah ternak di masyarakat dapat meningkat secara signifikan dalam waktu yang relatif singkat.
- Pemberdayaan Masyarakat : Masyarakat yang menerima ternak tidak hanya mendapatkan bantuan langsung, tetapi juga diberdayakan untuk mengelola dan mengembangkan usaha ternak mereka.
- Penyebaran Manfaat : Dengan membagikan anak ternak kepada keluarga lain, lebih banyak orang dapat merasakan manfaat dari program ini, sehingga mengurangi kemiskinan secara lebih luas.
- Membangun Kemandirian : Program ini mendorong masyarakat untuk menjadi lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka melalui usaha ternak.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperbaiki ketahanan pangan, dan mengurangi kemiskinan dengan jenis ternak yang sering dibagikan kepada warga untuk dikelola sebagai bagian dari program pemberdayaan ekonomi dan pengentasan kemiskinan antara lain:
- Ayam : Ayam kampung atau ayam petelur sering diberikan karena mudah dipelihara dan cepat menghasilkan telur, yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
- Domba : Domba merupakan ternak yang relatif mudah dirawat dan dapat memberikan hasil dalam bentuk daging dan wol. Program ini juga sering melibatkan pelatihan dalam pemeliharaan domba.
- Sapi : Sapi, baik untuk diambil dagingnya maupun untuk diambil susunya, merupakan ternak yang lebih besar dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Program ini biasanya melibatkan pemberian sapi betina untuk meningkatkan populasi ternak.
- Kambing : Kambing juga menjadi pilihan karena dapat dipelihara di lahan yang terbatas dan cepat berkembang biak.
- Bebek : Bebek juga sering diberikan karena dapat menghasilkan telur dan daging, serta memiliki permintaan pasar yang baik.

Program ternak bergulir sudah tidak dijalankan lagi dengan alasan terdapat beberapa permasalahan yang sering dihadapi namun tidak ada catatan faktor seperti memperhatikan "Standar Penilaian Karakter Dapat Dipercaya Bagi Peserta Program yang meliputi peternak dan aparatur yang terlibat dalam sistem program ternak bergulir". Beberapa permasalahan yang sering dihadapi berdasarkan laporan yang masuk, antara lain:
- Manajemen dan Pemeliharaan : Banyak penerima bantuan yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen pemeliharaan ternak, yang dapat mengakibatkan kematian ternak atau pertumbuhan yang tidak optimal.
- Akses Pakan dan Kesehatan Ternak : Keterbatasan akses terhadap pakan berkualitas dan layanan kesehatan ternak dapat menghambat keberhasilan program. Tanpa pakan yang baik dan perawatan kesehatan, ternak tidak dapat berkembang dengan baik.
- Keterbatasan Modal : Meskipun ternak diberikan secara gratis, penerima sering kali membutuhkan modal tambahan untuk membeli pakan, obat-obatan, dan peralatan yang diperlukan untuk pemeliharaan ternak.
- Sistem Distribusi yang Tidak Efisien : Proses distribusi ternak yang tidak terencana dengan baik dapat menyebabkan ketidakmerataan dalam pembagian ternak, sehingga beberapa keluarga mungkin tidak mendapatkan manfaat yang sama.
- Budaya dan Kebiasaan Masyarakat : Terkadang, ada resistensi dari masyarakat untuk mengadopsi cara baru dalam pemeliharaan ternak, terutama jika mereka sudah terbiasa dengan metode tradisional.
- Perubahan Lingkungan : Faktor lingkungan seperti cuaca ekstrem, penyakit ternak, dan bencana alam dapat mempengaruhi keberhasilan program dan kesehatan ternak.
- Monitoring dan Evaluasi : Kurangnya sistem monitoring dan evaluasi yang efektif dapat menyulitkan untuk menilai keberhasilan program dan melakukan perbaikan yang diperlukan.

Jika memperhatikan apa yang tertulis dalam Injil Lukas maka dapat dipercaya karena setia yang terkaitkan dengan loyalitas dan keandalan dalam hubungan, kontrak, dan tugas adalah faktor yang utama. Beberapa standar yang umumnya digunakan untuk menilai apakah seseorang dapat dipercaya seperti:
- Integritas: Orang yang berintegritas selalu bertindak jujur dan sesuai dengan nilai-nilai moral yang diyakininya. Mereka tidak berbohong, menipu, atau mengkhianati kepercayaan orang lain.
- Konsistensi: Orang yang dapat dipercaya menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan tindakannya. Mereka tidak berubah-ubah atau plin-plan. Apa yang mereka katakan, itulah yang mereka lakukan.
- Tanggung Jawab: Orang yang bertanggung jawab memenuhi kewajiban dan janji-janjinya. Mereka tidak mencari alasan atau menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka.
- Transparansi: Orang yang transparan terbuka dan jujur dalam berkomunikasi. Mereka tidak menyembunyikan informasi atau berusaha menipu orang lain.
- Empati: Orang yang memiliki empati memahami dan peduli terhadap perasaan orang lain. Mereka tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga berusaha memahami sudut pandang orang lain.
- Kerja Keras: Orang yang bekerja keras menunjukkan dedikasi dan komitmen terhadap apa yang mereka lakukan. Mereka tidak malas atau suka menunda-nunda pekerjaan.
- Keadilan: Orang yang adil memperlakukan semua orang dengan setara dan tidak memihak. Mereka tidak diskriminatif atau pilih kasih.

Faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan apakah dapat dipercaya atau tidak salah satunya adalah sikap mental. Bila Sikap mental dikaitkan dengan program ternak bergulir maka diperlukan seluruh yang ada dalam sistem ternak bergulir harus memiliki sikap mental yang baik. Tulisan disini membatasi diri dan difokuskan kepada penerima bantuan program bergulir. Sikap mental untuk peternak bergulir yang dapat dimasukkan sesuai kreteria dari Injil Lukas antara lain:
- Keterbukaan untuk Belajar : Penerima bantuan yang memiliki sikap terbuka untuk belajar dan menerima pelatihan tentang cara merawat ternak dengan baik cenderung lebih berhasil dalam mengelola ternak yang diberikan.
- Motivasi dan Komitmen : Tingkat motivasi dan komitmen penerima untuk mengembangkan usaha ternak mereka sangat penting. Penerima yang berkomitmen untuk bekerja keras dan menginvestasikan waktu dalam pemeliharaan ternak akan lebih mungkin mencapai hasil yang baik.
- Kemandirian : Sikap mental yang mendorong kemandirian dan inisiatif dalam mencari solusi untuk masalah yang dihadapi dalam pemeliharaan ternak dapat meningkatkan keberhasilan program.
- Kepedulian terhadap Kesehatan Ternak : Penerima yang memiliki sikap peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan ternak akan lebih cenderung untuk memberikan perawatan yang baik, yang berdampak positif pada produktivitas ternak.
Kemampuan Beradaptasi : Penerima yang mampu beradaptasi dengan perubahan dan tantangan yang muncul dalam pemeliharaan ternak akan lebih berhasil dalam mengatasi masalah yang mungkin timbul. - Kerjasama dan Komunikasi : Sikap yang mendukung kerjasama dengan peternak lain dan komunikasi yang baik dengan penyuluh atau pihak terkait dapat membantu penerima dalam mendapatkan dukungan dan informasi yang diperlukan.

Sikap mental yang baik berakibat yang serupa dengan yang dihasilkan dari seorang yang memiliki karakter dapat dipercaya, yaitu seperti:
- Hubungan yang Kuat: Kepercayaan adalah dasar dari hubungan yang sehat dan langgeng. Orang yang dapat dipercaya cenderung memiliki hubungan yang kuat dan bermakna dengan orang lain.
- Reputasi yang Baik: Orang yang dapat dipercaya memiliki reputasi yang baik di mata orang lain. Mereka dihormati dan dihargai atas integritas dan kejujuran mereka.
- Peluang yang Lebih Besar: Orang yang dapat dipercaya lebih mungkin mendapatkan peluang yang lebih besar dalam hidup, baik dalam karir maupun bisnis. Orang lain lebih bersedia bekerja sama atau berinvestasi dengan mereka.
- Lingkungan yang Positif: Orang yang dapat dipercaya menciptakan lingkungan yang positif di sekitarnya. Mereka menyebarkan kepercayaan dan membantu orang lain merasa aman dan nyaman.

Program peserta ternak bergulir jika seandainya memiliki faktor dapat dipercaya maka besar kemungkinan akan menjadi masuk kelompok keluarga sejahtera sebab di dalam program tersebut memenuhi sejumlah syarat yang diperlukan seperti adanya program ketrampilan dan pendidikan, dukungan sosial, akses ke sumber daya serta lecutan motivasi dan harapan. Namun program tidak dapat berlangsung lama.

Program peternakan saat ini berbeda dengan tahun 1970-an karena sudah merasa membantu peternak bila peternak mendapatkan Kredit Usaha Rakyat di sektor peternakan dengan tanpa agunan dengan nilai kredit yang dapat diberikan maksimal seratus juta rupiah (Untuk saat ini) yang disalurkan sejumlah lembaga keuangan yang dipercaya oleh pemerintah. Mereka yang mendapatkan hanya diperuntukkan kepada mereka yang sudah profesinya adalah seorang peternak dengan disertai persyaratan lamanya waktu yang telah dihabiskan sebagai pengusaha ternak.

Faktor kesetiaan yang mengharuskan ketekunan adalah hal yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang memulai usaha agar dapat hidup layak termasuk orang yang miskin dimana modal finansial (uang) seringkali menjadi kendala utama dalam memulai usaha. Lazimnya ada beberapa modal non-finansial yang bisa dimanfaatkan untuk memulai kegiatan usaha atau bisnis secara mandiri yang dimiliki oleh seseorang yang miskin, seperti:
- Kemauan Kuat dan Mental Pantang Menyerah yang dinamakan modal mental adalah aset terbesar. Kemauan untuk bekerja keras, tekad, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan bisa menjadi penggerak utama untuk memulai usaha. Banyak pengusaha sukses yang memulai dari nol dan mengandalkan ketekunan mereka.
- Keterampilan dan Keahlian tertentu, baik itu memasak, menjahit, bertani, atau kemampuan teknis lainnya. Keterampilan ini bisa dijadikan sebagai modal awal untuk memulai usaha, seperti membuka warung makan, jasa menjahit, atau usaha pertanian skala kecil.
- Kreativitas dan Inovasi dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas bisa menjadi modal penting. Misalnya, memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar untuk membuat produk bernilai jual atau menemukan cara baru untuk memasarkan produk.
- Jaringan dan Dukungan Sosial seperti keluarga, teman, atau tetangga, yang bisa memberikan dukungan moral, informasi, atau bahkan bantuan kecil seperti pinjaman tanpa bunga atau bunga sangat rendah. Jaringan ini bisa menjadi modal untuk memulai usaha.
- Sumber Daya Lokal yang Tersedia yang ada di sekitar, seperti bahan baku alam, lahan kosong, atau barang bekas, bisa menjadi modal awal. Misalnya, memulai usaha kerajinan tangan dari bahan daur ulang atau bertani di lahan kecil.
- Teknologi Sederhana dan Akses Informasi seperti ponsel dan internet, seseorang bisa memanfaatkan informasi dan peluang bisnis secara mandiri. Misalnya, mempromosikan produk melalui media sosial atau mempelajari keterampilan baru secara online.
- Semangat Gotong Royong dan Kolaborasi dengan orang lain yang memiliki kondisi serupa bisa menjadi modal untuk memulai usaha bersama. Misalnya, membentuk kelompok usaha kecil-kecilan untuk memproduksi atau memasarkan produk secara kolektif.
- Modal Kecil atau Pinjaman Mikro yang dikumpulkan secara bertahap atau melalui pinjaman mikro dari lembaga keuangan mikro atau program pemerintah. Pinjaman ini bisa digunakan untuk membeli bahan baku atau peralatan sederhana.

Dalam konsep sekuler terkadang muncul ada faktor modal yang bersifat mikro dan juga sumber daya lainnya yang tersedia dan terjangkau tetapi jika memperhatikan kehidupan Yusuf maka faktor modal hampir tidak masuk dalam perhitungan agar mendapatkan hidup yang layak. Yusuf memegang sejumlah prinsip sehingga menjadi orang yang dapat dipercaya oleh sesama manusia dan juga TUHAN. Prinsip yang dipegang oleh Yusuf diantaranya:

  • Ketekunan dan Kesabaran sekalipun Yusuf mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya. Ia dijual sebagai budak, difitnah, dan dipenjara. Namun, ia tidak pernah menyerah dan tetap setia pada Tuhan. Ketekunan dan kesabarannya akhirnya membuahkan hasil ketika ia diangkat menjadi penguasa di Mesir.
    - Pelajaran bagi tunawisma: Dalam menghadapi kerasnya hidup di jalanan, ketekunan dan kesabaran sangat penting. Jangan putus asa, teruslah berusaha dan mencari jalan keluar. Percayalah bahwa ada harapan bagi masa depan yang lebih baik.
  • Integritas dan Kejujuran meskipun hidup dalam lingkungan yang tidak jujur dan penuh intrik, Yusuf tetap menjaga integritas dan kejujurannya. Ia tidak pernah berkompromi dengan kejahatan. Hal inilah yang membuatnya dipercaya oleh Potifar dan Firaun.
    - Pelajaran bagi tunawisma: Integritas dan kejujuran adalah modal penting dalam membangun kembali hidup. Meskipun dalam keterbatasan, tetaplah jujur dan dapat dipercaya. Ini akan membuka pintu bagi peluang-peluang baru.
  • Kerja Keras dan Tanggung Jawab terlihat bahwa Yusuf selalu bekerja keras dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepadanya. Ia tidak pernah malas atau mengeluh. Hal inilah yang membuatnya berhasil dalam segala hal yang ia lakukan.
    - Pelajaran bagi tunawisma: Kerja keras dan tanggung jawab adalah kunci untuk keluar dari kemiskinan. Manfaatkan setiap kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri. Tunjukkan bahwa Anda adalah orang yang dapat diandalkan.
  • Mengampuni dan Melupakan meskipun diperlakukan dengan tidak adil oleh saudara-saudaranya, Yusuf akhirnya memilih untuk mengampuni mereka. Ia tidak menyimpan dendam atau kebencian.
    - Pelajaran bagi tunawisma: Belajarlah untuk mengampuni orang-orang yang telah menyakiti Anda. Dendam dan kebencian hanya akan membuat Anda semakin terpuruk. Dengan mengampuni, Anda akan merasa lebih lega dan bebas.
  • Mengandalkan Tuhan dalam segala situasi. Yusuf percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah bagi hidupnya, meskipun ia harus melewati berbagai kesulitan terlebih dahulu.
    - Pelajaran bagi tunawisma: Jangan pernah kehilangan iman dan harapan kepada Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan selalu menyertai Anda, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

Modal Yusuf seorang budak menjadi model bagi perjuangan tunawisma yang terutama menjaga kepercayaan dari sesama manusia seperti Potifar, kepala penjara juga Firaun dan juga TUHAN menganggap Yusuf layak diberi kepercayaan lebih besar karena setia dalam perkara-perkara kecil. Yusuf yang dipercaya untuk hal-hal urusan duniawi kemudian dipercaya TUHAN untuk urusan yang lebih besar yaitu memelihara umat TUHAN agar umat TUHAN masuk dalam rencana yang ditentukan oleh TUHAN.

Yusuf memberikan pesan kepada kita jika dipercayai hidup yang layak mendapatkan kekayaan, jabatan dan hal-hal lain tetaplah hidup dalam kebenaran dan segala aturan yang ditetapkan oleh TUHAN. Barnes' Notes on the Bible menyimpulkan bahwa jika kita tidak menggunakan hal-hal duniawi sebagaimana mestinya - dengan kejujuran, kebenaran, kebijaksanaan, dan integritas, kita tidak dapat memiliki bukti kesalehan, dan tidak akan diterima di surga. Jika kita setia pada hal yang paling kecil, itu adalah bukti bahwa kita adalah anak-anak Allah, dan Dia akan mempercayakan kepada kita apa yang sangat penting, bahkan kekayaan dan kemuliaan surga yang kekal.






Tulisan lainnya di werua blog:
TUHAN Itu Tak Terpahami
Setia
Ketika Sulit Mempercayai TUHAN
Apakah Menganggap Orang Lain Penting
Penundukan Diri Terhadap TUHAN
Yakub Memperoleh Ternak Dan Kaya
Bagaikan Mimpi Hanyut Oleh Waktu
Membangun I Branding
Menang Atas Krisis Kepercayaan
Kelelahan Menjalani Kehidupan


Share this

Random Posts

Label Mobile

Dogmatika (75) Hermeneutika (77) Lainnya (96) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) Video (9) biblika (84) budaya (49) dasar iman (100) karakter (43) konseling (84) manajemen (71) pendidikan (59) peristiwa (71) sospol (66) spritualitas (92) tokoh alkitab (44)