Cakupan isi dari pesan berdasarkan Kisah Para Rasul 1:11 meliputi hal-hal seperti:
- Kepastian kedatangan kembali Yesus karena dua malaikat menegaskan bahwa Yesus, yang baru saja terangkat ke sorga, akan kembali dengan cara yang sama (secara fisik dan nyata) seperti ketika Ia pergi.
- Peneguhan atas kenaikan Yesus ke sorga mengigat ayat ini menjadi penutup bagi peristiwa kenaikan Kristus, menegaskan bahwa Ia benar-benar naik ke langit dan kini tidak lagi berada di bumi.
- Peran para malaikat sebagai pembawa pesan ilahi yang muncul untuk menjelaskan dan menenangkan murid-murid, mencegah mereka tertegun terlalu lama memandang ke langit.
- Antisipasi eskatologis (akhir zaman) berdasarkan janji kedatangan kembali ini menanamkan harapan eskatologis dalam kehidupan gereja mula-mula: sejarah tidak berakhir dengan kenaikan, melainkan menanti pemenuhan akhir zaman.
- Transisi dari karya Yesus di bumi ke karya Roh Kudus yaitu jembatan antara kisah Injil (karya Yesus) dan Kisah Para Rasul (karya Roh Kudus melalui gereja), menandakan bahwa murid harus berhenti melihat ke atas dan mulai menerima kuasa Roh untuk misi.
Ayat di atas merupakan “bibit” pertama dari seluruh “teologi pengharapan” (hope‐theology) dalam Perjanjian Baru yang berpuncak pada kedatangan Yesus yang kedua. Kedatangan Yesus yang kedua suatu “Pengharapan Menuju Kemuliaan yang Akan Datang”, menjadikan harapan itu sebagai pengerak yang mendorong misi, martir, dan kehidupan suci sampai hari-Nya tiba dengan empat titik yang menjadi sasaran, yaitu:
- Janji Historis → Jaminan Eskatologis berupa:
• Di langit sorga (1:9-11) murid-murid baru saja menyaksikan “Yesus yang terangkat” (historical event).
• Malaikat menyatakan: “Yesus ini … akan datang kembali dengan cara yang sama” (future certainty).
➔ Peristiwa yang sudah nyata di masa lalu menjadi garansi objektif bagi harapan masa depan; tanpa kenaikan yang nyata, tidak ada pengharapan kedatangan yang pasti. - Orientasi Gereja: Dari “Menatap” ke “Menyambut”
• Sikap murid yang “terus memandang ke langit” diperingatkan. Mereka tidak boleh stagnan, melainkan harus bergerak dalam misi sambil menyandarkan pengharapan.
➔ Pengharapan akan kemuliaan yang akan datang bukan pasifisme, tetapi motivasi misi dan kesaksian (lihat Kisah Para Rasul 1:8). - Parousia sebagai “Kemuliaan” yang Dapat Diidentifikasi
• Frasa “dengan cara yang sama” menegaskan bahwa kedatangan kedua bersifat fisik, terlihat, dan di seluruh dunia (banding Matius 24:27, 30; Wahyu 1:7).
• Ini berarti kemuliaan yang akan datang tidak sekadar roh atau simbolik, melainkan manifestasi nyata Kristus dalam kemuliaan yang sama seperti ketika Ia naik. - Tema Pengharapan dalam Alur Kisah Para Rasul
• Setelah 1:11, setiap penginjilan Paulus berlangsung dalam “ketegangan” antara kesaksian di bumi dan janji kedatangan-Nya (lihat Kisah Para Rasul 14:22; 17:31; 20:27).
• Jadi, 1:11 menjadi pegas hermeneutis bagi pembaca: setiap episode pertumbuhan gereja di Kisah Para Rasul adalah perjalanan menuju kemuliaan terakhir, bukan tujuan akhirnya.
Firman TUHAN menceritakan sejumlah bentuk “kemuliaan” yang akan dibawa oleh Yesus pada kedatangan-Nya yang kedua secara berurutan dan konkret digambarkan dalam rangkaian wahyu Perjanjian Baru, yaitu terlihat oleh semua, mengubah kosmos, dan diiringi bala surga, memutuskan segala penghakiman, memuliakan tubuh orang percaya, dan menciptakan langit-bumi baru yang dipenuhi kemuliaan Allah. Selengkapnya:
- Kemuliaan visual – Ia datang “terlihat oleh semua mata”
- Kisah Para Rasul 1:11 “… akan datang kembali dengan cara yang sama …” — tubuh yang terangkat kini turun di langit terbuka.
- Matius 24:30 “semua suku di bumi akan melihat Anak Manusia datang di atas awan-awan dengan kuasa dan kemuliaan yang besar.”
- Wahyu 1:7 “Setiap mata akan melihat-Nya …” - Kemuliaan kosmis – tanda di langit dan bumi yang mengikuti-Nya
- Matius 24:29-30 matahari, bulan, bintang gelap; kuasa langit goyang.
- 2 Petrus 3:10-12 langit lenyap dengan gemuruh yang dahsyat; unsur-unsur bumi terbakar habis. - Kemuliaan dari surga – Ia turun bersama “bala tentara surgawi”
- Matius 24:31; 1 Tesalonika 4:16 turun dengan bunyi trumpet Allah, malaikat-malaikat mengiringi-Nya.
- Kolose 3:4 “Kristus, hidupmu, akan muncul, maka kamu juga akan muncul bersama Dia dalam kemuliaan.” - Kemuliaan pengadilan – takhta putih dan buku-buku terbuka
- 2 Tesalonika 1:7-10 “dikukuhkan dalam api” terhadap mereka yang menolak Injil.
- Wahyu 19:11-16 “Raja diatas raja dan Tuan diatas tuan … pada pakaian-Nya tertulis nama: ‘RAJA segala raja DAN TUAN di atas segala tuan.’” - Kemuliaan transformasi tubuh orang percaya – “kita akan menjadi seperti Dia”
- 1 Yohanes 3:2 “… kita akan melihat Dia sebagaimana adanya.”
- 1 Korintus 15:51-53 tubuh yang fana “dikenakan kemuliaan yang tidak binasa.” - Kemuliaan pemulihan seluruh ciptaan – langit-bumi baru
- 2 Petrus 3:13; Wahyu 21:1-2 “langit baru dan bumi baru, di mana kebenaran diam.”
Kemuliaan yang hadir saat kedatangan Yesus kembali sesuatu kepastian dalam keberadaan ketidakpastian yang ada di dunia. Saat ini banyak hal ketidakpastian yang menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah:
- Ketidakpastian geopolitik, seperti:
• Perang berkelanjutan (Ukraina–Rusia, Timur-Tengah, Laut China Selatan).
• Kepungan militer negara-negara besar → ancaman eskalasi nuklir. - Ketidakpastian ekonomi global, seperti:
• Inflasi tinggi, utang nasional melebihi PDB, potensi krisis keuangan 2025.
• Lonjakan harga energi dan pangan akibat konflik dan perubahan iklim. - Ketidakpastian iklim dan bencana alam, seperti;
• Gelombang panas rekaman, badai tropis ekstrem, kebakaran hutan global.
• Ketinggian laut naik → ancaman puluhan kota pesisir. - Ketidakpastian teknologi dan etika, sepertiL
• AI generatif menimbulkan PHK massal, deepfake, disinformasi politik.
• Perangkat biotek: CRISPR, kloning, transhumanisme → dilema moral. - Ketidakpastian kesehatan global, seperti:
• Varian Covid-19/flu burung/virus “Disease-X” yang potensial pandemi baru.
• Antibiotik resisten → risiko kematian infeksi biasa. - Ketidakpastian sosial dan identitas, seperti:
• Radikalisme ideologi, polarisasi politik, hate-speech viral.
• Lonjakan krisis kesehatan mental, bunuh diri, kecemasan generasi Z. - Ketidakpastian moral dan keadilan, seperti:
• Korupsi sistemik, lemahnya supremasi hukum, rasa takut “tidak adil”.
• Ketidakpercayaan terhadap media, pemerintah, lembaga keuangan. - Ketidakpastian spiritual dan pencarian makna, seperti:
• Lonjakan agnostik/nihilisme; kekosongan eksistensial meski teknologi canggih.
• Kultus “self-made” yang gagal memberi jawaban atas kematian dan penderitaan.
Ketidakpastian keadaan dunia membuat manusia sering tidak mengingat akan kepastian kedatangan Yesus kembali sebagai suatu pengharapan mengalami kemuliaan yang seharusnya mendorong hidup memiliki kepastian iman sebagai jawaban dari sejumlah ketidakpastian dalam hidup ini. Ketidakpastian dunia akan memuncak, tetapi kepastian iman tidak berkonkurensi dengan ketidakpastian itu—ia justru mentransendenkannya. Kristus yang pasti datang kembali adalah jawaban tunggal yang tidak berubah di tengah segala yang berubah.
Bentuk kepastian iman menjadi jawaban konkret terhadap ketidakpastian antara lain:
- Kepastian Identitas dan Tujuan berupa di tengah identitas yang labil, orang percaya tertanamkan: “Aku tahu siapa aku dan ke mana aku akan pergi” (Yohanes 14:1-3).
- Kepastian Moral yang Tidak Berubah berupa Firman menjadi kompas etika mutlak di tengah relativitas moral AI, politik, dan budaya.
- Kepastian Penghakiman dan Kebaikan Allah berupa ketika keadilan dunia goyah, iman meyakini “Allah akan memperbaiki semuanya” (Wahyu 21:5).
- Kepastian Komunitas yang Solid berupa gereja yang benar sebagai “rumah” yang stabil: saling menopang, berbagi sumber daya, membela yang lemah.
- Kepastian Harapan Eskatologis berupa setiap krisis terasa “kelahiran-kelahiran” (Matius 24:8) yang menandakan kedatangan Kristus dekat → menumbuhkan keteguhan, bukan panik.
- Kepastian Roh Kudus yang Memampukan berupa kuasa Roh yang memberi damai melebihi akal (Filipi 4:7) dan karunia kebijaksanaan untuk menavigasi krisis.
Kepastian kedatangan kemuliaan Yesus yang kedua tidak dikurangi oleh ketidakpastian bumi; sebaliknya, justru ketidakpastian yang makin nyata menjadi tanda bahwa kepastian-Nya makin dekat atau ketidakpastian gejolak bumi bukan kendala, melainkan penunjuk arah: semakin bumi goyah, semakin jelas bahwa satu-satunya fondasi tetap adalah janji kemuliaan Yesus. Kepastian-Nya tidak dibangun di atas stabilitas dunia, melainkan di atas fakta kenaikan dan firman yang tidak berubah. Alasannya bahwa kedatangan-Nya makin dekat antara lain:
- Fondasi historis yang tidak berubah dengan menyandarkan kepastian masa depan pada peristiwa nyata di masa lalu: “Yesus ini … akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia pergi.”
– Karena kenaikan-Nya benar-benar terjadi, kedatangan kedua tidak lagi bersifat kemungkinan, melainkan jurnal sejarah yang sudah dijadwalkan. - Ketidakpastian bumi sebagai bagian dari skenario yang dijanjikan
– Matius 24:6-8 menamai peperangan, gempa, wabah sebagai kelahiran-kelahiran (ὠδῖνες) yang mendahului kedatangan; semakin sering dan intens, semakin menegaskan bukan meragukan janji.
– 2 Tesalonika 2:2-3 menegaskan jangan terombang-ambing oleh “krisis” karena krisis itu sendiri syaratnya. - Firman yang tidak bisa digugat oleh variabel dunia
– 2 Petrus 3:8-9 menjelaskan penundaan bukan karena gagal, melainkan penyelamatan; ketidakpastian waktu justru ruang kasih Allah.
– “Langit dan bumi akan lenyap, tetapi firman-Ku tidak akan lenyap” (Matius 24:35) — firman ini lebih stabil dari kondisi geopolitik. - Roh Kudus sebagai angsur kepastian
– Efesus 1:14 menyebut Roh sebagai uang muka (ἀῤῥαβὼν) kemuliaan; jika Roh sudah ada di dalam kita, kemuliaan eskatologis sudah dijamin.
– Ketidakpastian luar tidak dapat menyingkirkan kepastian dalam yang dikerjakan Roh. - Etika harapan: hidup dalam ketidakpastian dengan kepastian iman
– 1 Petrus 3:15: “siap memberi pertanggungan jawab kepada setiap orang … dengan lemah-lembut dan hormat.”
– Kita tidak menunggu kemantapan dunia, melainkan menggunakan ketidakstabilannya sebagai mimbar kesaksian bahwa satu-satunya kepastian adalah Kristus yang akan datang.
Kepastian pengharapan kemuliaan mendatang saat kedatangan Yesus Kristus secara historis dan teologis berhubungan kemenangan-Nya di kayu salib serta kebangkitan-Nya adalah dasar mutlak yang menjamin kepastian kemuliaan pada kedatangan-Nya yang kedua. Perjelasannya antara lain:
- Kemenangan di kayu salib → kepastian mahkota kemuliaan
- Kolose 2:15 – Ia “telah mengalahkan kuasa-kuasa dan kekuasaan … memamerkan mereka dalam kemenangan-Nya.”
- Oleh karena kemenangan itu sudah dimenangkan, kemuliaan yang akan Ia tunjukkan secara terbuka di Parousia bukan spekulasi, melainkan manifestasi dari kemenangan yang sudah ada. - Kebangkitan sebagai tanda bukti bahwa kemenangan bersifat final
- 1 Korintus 15:20-25 – Kristus “yang pertama bangkit” menjamin bahwa seluruh musuh terakhir (maut) akan dilenyapkan pada kedatangan-Nya.
- Jadi, kemuliaan kedatangan kedua adalah “tampilan penuh” dari apa yang sudah dipastikan di kebangkitan-Nya. - Kemenangan memberi kepastian iman kepada kita hari ini
- Roma 8:37 – “Kita lebih dari orang-orang yang menang” karena kemenangan Kristus; oleh karena itu kemuliaan eskatologis tidak perlu diragukan meski dunia penuh ketidakpastian. - Kemenangan menyebabkan kemuliaan tidak hanya bagi Kristus tetapi juga bagi umat-Nya
- 2 Tesalonika 1:10 – “Dalam hari itu Ia datang untuk dimuliakan di dalam orang-orang kudus.”
- Kemenangan-Nya memastikan kita ikut berada dalam satu kemuliaan ketika Ia muncul.
Adanya kepastian pengharapan kemuliaan saat kedatangan Yesus kembali mendorong suatu tanggapan ideal dalam menjalani kehidupan di dunia yang berakar pada kepastian eskatologis. Hal itu meliputi antara lain:
- Penjagaan iman: hidup dalam ketaatan yang nyata
- 1 Yohanes 3:2-3 – “Setiap orang yang menaruh pengharapan pada Dia … menyucikan dirinya, sama seperti Ia murni.”
• Praktiknya: menjauhi dosa, baca Firman, doa yang teratur, memelihara kekudusan pribadi dan komunitas. - Pelayanan dan misi: mempercepat kedatangan-Nya
- Matius 24:14 – “Injil Kerajaan akan diberitakan di seluruh dunia … baru akhir akan datang.”
• Praktiknya: menjadi saksi Kristus di tempat kerja, sekolah, media sosial, mendukung penerjemahan Alkitab, misi lintas budaya. - Persaudaraan: membangun komunitas yang mencerminkan kemuliaan-Nya
- 1 Petrus 2:12 – “supaya mereka … memuliakan Allah pada hari Ia datang.”
• Praktiknya: berbagi sumber daya dengan yang miskin, mempraktikkan keadilan sosial, memulihkan hubungan yang rusak. - Ketekunan kerja dan tanggung jawab profetik
- 2 Tesalonika 3:10-13 – “Bekerjalah dengan tenang … janganlah menjadi lelah.”
• Praktiknya: menolak fatalisme; menjadi pekerja yang jujur, pedagang yang adil, politisi yang berintegritas, peneliti yang etis. - Kebijaksanaan harapan: menjaga keseimbangan antara “sudah” dan “belum”
- Titus 2:12-13 – “hidup yang sopan … sambil menantikan berkat yang tertentu, yaitu kedatangan kemuliaan …”
• Praktiknya: tidak panik atas krisis dunia, tidak pula acuh; memakai setiap gejolak sebagai “kelahiran-kelahiran” untuk bersaksi.
Menuju menyambut kedatangan Yesus kembali yang penuh dengan harapan bagi umat pilihan-Nya maka secara ringkas haruslah berusaha menyucikan diri, mengabarkan Injil, membangun komunitas terang, bekerja dengan integritas, dan tetap stabil dalam harapan — sehingga ketika Ia muncul, mereka “tidak malu mendapatkan Dia” (1 Yohanes 2:28) dan dunia melihat sneak-preview dari kemuliaan yang akan datang. Langkah menuju kemuliaan mendatang saat kedatangan kembali Yesus Kristus dapat dimulai dengan:
✔️ Hidup dengan harapan, bukan ketakutan.
✔️ Fokus pada yang kekal, bukan hanya hal duniawi.
✔️ Bangun hidup yang siap menyambut Kristus kembali.
Yesus akan datang segera! Amin, Haleluya. Bersiaplah menyambut-Nya!
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Melihat TUHAN Maha Mulia
- Memuliakan TUHAN ALLAH
- Kemuliaan Dalam Kitab Petrus
- Tubuh Kemuliaan Orang Peraya di Surga
- Dampak Hadirnya Kemuliaan TUHAN
- Undangan Pesta Dari TUHAN
- Kasih Karunia Berdasarkan Kitab Efesus
- Pengharapan Umat TUHAN
- Bersiap di Hari Pembalasan TUHAN
- Bersandar Pada Kekuatan TUHAN