The International Labor Organization (ILO) mengeluarkan laporan bahwa pekerja lepas secara global alami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2020 pekerja ada 45% dari total pekerja dan di di tahun 2025 diperkirakan menjadi 46.7%. Antara tahun 2020 dan 2025, ekonomi pekerja lepas telah tumbuh sekitar 15 kali lebih cepat daripada pasar kerja permanen tradisional. Jumlah karyawan tetap/tradisional hampir tetap (pertumbuhan kumulatif ≈ +1% selama kurun waktu lima tahun) sementara partisipasi pekerja lepas meningkat > 5%. Peristiwa yang sama pun terjadi di Indonesia. Data pekerja Freelance / Informal / Gig Workers di Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai 59.4% dan alami yang disebut gig ekonomi meski tidak seperti India yang tenaga kerja lepas mencapai 68%
Gig ekonomi tidak hanya soal pekerjaan sampingan atau freelance, tetapi juga mencakup seluruh ekosistem digital dan non-digital yang memungkinkan transaksi jasa jangka pendek antara individu tanpa ikatan kerja konvensional artinya gig economy (ekonomi gig) mencakup seluruh sistem kerja yang berbasis pada proyek-proyek, tugas, atau "gig" jangka pendek yang fleksibel, bukan pekerjaan tetap atau kontrak kerja tradisional. Secara lebih rinci, meliputi:- Jenis Pekerjaan:
- Pekerjaan berbasis proyek (freelance) seperti desain grafis, penulisan, pemrograman, konsultasi, dsb.
- Pekerjaan berbasis aplikasi (platform-based) seperti driver ojek online, food delivery, house cleaning, dsb.
- Pekerjaan mikro (microtasking) seperti survei online, entry data, atau tugas kecil lainnya. - Pelaku Ekonomi Gig:
- Pekerja gig: individu yang menawarkan jasa atau tenaga kerja secara independen.
- Platform digital: perusahaan seperti Gojek, Grab, Upwork, Fiverr, Shopee Food, yang menghubungkan pekerja dengan pelanggan.
- Konsumen: pengguna layanan yang memesan jasa melalui platform. - Model Bisnis
- Transaksi peer-to-peer (P2P) antara pekerja dan klien.
- Sistem komisi atau potongan fee oleh platform digital.
- Model on-demand (permintaan instan, pelayanan cepat). - Cakupan Sektor:
- Transportasi dan logistik (ojek online, kurir).
- Jasa rumah tangga (kebersihan, perawatan).
- Teknologi dan kreatif (pemrograman, desain, konten).
- Pendidikan (les privat online).
- Kesehatan (tenaga medis freelance, perawat panggilan). - Aspek Hukum dan Regulasi
- Status kerja: apakah pekerja gig dianggap sebagai karyawan atau mitra independen.
- Perlindungan sosial: Apakah ada asuransi, jaminan hari tua, hak serikat pekerja.
- Regulasi pajak dan kebijakan lokal (misalnya UU Cipta Kerja di Indonesia).
Ekosistem ekonomi modern lebih memilih sistem gig ekonomi dibandingkan sistem ekonomi tradisional, antara lain disebabkan:
- Fleksibilitas:
- Gig Ekonomi menawarkan pekerja memiliki fleksibilitas tinggi dalam menentukan kapan, di mana, dan berapa lama mereka bekerja. Mereka bisa menyesuaikan jadwal kerja sesuai dengan kebutuhan pribadi, seperti mengurus keluarga, menjalankan hobi, atau bahkan bekerja sambil berlibur. Pekerja juga dapat memilih jenis proyek yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka, sehingga dapat meningkatkan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi. Fleksibilitas ini juga berlaku bagi perusahaan. Mereka dapat dengan mudah menyesuaikan jumlah dan jenis pekerjaan sesuai dengan permintaan pasar tanpa terikat dengan kontrak kerja jangka panjang.
- Ekonomi Tradisional menetapkan pekerjaan tetap dengan jam kerja yang tetap (misalnya 40 jam/minggu) dan lokasi kerja yang ditentukan perusahaan. Pekerja harus mengikuti jadwal dan aturan yang telah ditetapkan, sehingga kurang fleksibel dalam mengatur waktu dan tempat kerja. Perusahaan juga lebih sulit untuk menyesuaikan jumlah karyawan sesuai dengan fluktuasi permintaan pasar, karena adanya kontrak kerja jangka panjang dan regulasi ketenagakerjaan yang ketat. - Biaya Operasional
- Gig Ekonomi berdampak perusahaan dapat mengurangi biaya overhead seperti biaya sewa kantor, peralatan kantor, dan pelatihan karyawan. Pekerja gig biasanya menggunakan alat dan tempat kerja mereka sendiri. Tidak ada kewajiban untuk memberikan tunjangan seperti asuransi kesehatan, cuti berbayar, atau pensiun kepada pekerja gig, sehingga biaya operasional perusahaan menjadi lebih rendah.
- Ekonomi Tradisional berdampak perusahaan harus menanggung biaya overhead yang lebih tinggi, termasuk sewa kantor, peralatan kantor, dan biaya pelatihan karyawan. Ada kewajiban untuk memberikan tunjangan lengkap kepada karyawan tetap, yang meningkatkan biaya operasional perusahaan. - Inovasi dan Adaptasi
- Gig Ekonomi memungkinkan pekerja untuk terlibat dalam berbagai proyek yang berbeda, sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka secara cepat. Hal ini mendorong inovasi dan adaptasi terhadap perubahan teknologi dan pasar. Perusahaan dapat dengan mudah mengakses keterampilan dan pengetahuan baru dari berbagai pekerja gig yang berasal dari berbagai latar belakang dan industri.
- Ekonomi Tradisional menghadapi pekerjaan tetap cenderung lebih fokus pada satu jenis pekerjaan, sehingga kurang mendorong inovasi dan adaptasi terhadap perubahan teknologi dan pasar. Proses perekrutan dan pelatihan karyawan yang lebih lama dapat memperlambat adaptasi perusahaan terhadap perubahan pasar. - Aksesibilitas dan Skalabilitas
- Gig Ekonomi hadir dengan platform digital memudahkan pekerja dan pemberi kerja untuk terhubung secara global. Pekerja dapat menawarkan jasa mereka kepada klien dari berbagai negara, sehingga meningkatkan peluang kerja dan pendapatan. Perusahaan dapat dengan mudah mengakses sumber daya manusia yang lebih luas dan beragam, sehingga dapat meningkatkan skalabilitas bisnis mereka.
- Ekonomi Tradisional berhadapan dengan pekerjaan tetap biasanya terbatas pada lokasi geografis tertentu, sehingga lebih sulit untuk mengakses sumber daya manusia yang lebih luas dan beragam. Proses perekrutan dan penempatan karyawan yang lebih lama dapat memperlambat skalabilitas bisnis perusahaan. - Responsivitas terhadap Perubahan Pasar
- Gig Ekonomi memudahkan pekerjaan gig dapat dengan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan pasar. Pekerja dapat dengan mudah beralih ke proyek yang lebih sesuai dengan permintaan pasar saat ini. Perusahaan dapat dengan cepat memenuhi permintaan pasar tanpa terikat dengan kontrak kerja jangka panjang yang sulit diubah.
- Ekonomi Tradisional alami pekerjaan tetap lebih sulit untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan permintaan pasar, karena adanya kontrak kerja jangka panjang dan regulasi ketenagakerjaan yang ketat. Proses perubahan dalam perusahaan yang memiliki karyawan tetap lebih lambat, karena perlu melalui proses yang lebih panjang seperti perubahan kontrak kerja, pelatihan ulang karyawan, dan sebagainya. - Penggunaan Teknologi
- Gig Ekonomi sangat bergantung pada teknologi dan platform digital untuk menghubungkan pekerja dengan pemberi kerja. Hal ini memungkinkan pekerjaan dilakukan secara lebih efisien dan cepat. Pekerja dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas mereka, seperti menggunakan perangkat lunak desain grafis, aplikasi manajemen proyek, dan sebagainya.
- Ekonomi Tradisional kurang bergantung pada teknologi digital, sehingga proses kerja lebih manual dan lambat. Proses penerapan teknologi baru dalam perusahaan yang memiliki karyawan tetap lebih lambat, karena perlu melalui proses yang lebih panjang seperti pelatihan karyawan dan perubahan prosedur kerja. - Peluang Bisnis Baru
- Gig Ekonomi memunculkan berbagai platform digital dan aplikasi telah menciptakan peluang bisnis baru yang tidak ada dalam ekonomi tradisional. Contohnya adalah bisnis transportasi online (Gojek, Grab), layanan makanan online (Shopee Food, GrabFood), dan pasar freelancing (Upwork, Fiverr). Pekerja dapat menciptakan bisnis mereka sendiri dalam bentuk proyek-proyek kecil yang fleksibel, sehingga meningkatkan peluang penghasilan tambahan.
- Ekonomi Tradisional menghadapi peluang bisnis baru lebih terbatas karena ketergantungan pada struktur bisnis yang lebih tradisional dan kurang fleksibel. Proses pendirian dan pengembangan bisnis baru yang lebih lama, karena perlu melalui proses yang lebih panjang seperti perizinan, pencarian lokasi, dan perekrutan karyawan tetap. - Peningkatan Produktivitas
- Gig Ekonomi memungkinkan pekerja dapat fokus pada proyek-proyek yang sesuai dengan keahlian dan minat mereka, sehingga meningkatkan produktivitas kerja. Perusahaan dapat dengan mudah mengakses keterampilan yang tepat untuk setiap proyek, sehingga meningkatkan produktivitas bisnis mereka.
- Ekonomi Tradisional hadapi pekerjaan tetap cenderung lebih fokus pada satu jenis pekerjaan, sehingga kurang fleksibel dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan teknologi dan pasar. Hal ini dapat mengurangi produktivitas kerja. Proses perekrutan dan penempatan karyawan yang lebih lama dapat memperlambat produktivitas bisnis perusahaan. - Kepuasan Pekerja
- Gig Ekonomi memungkinkan pekerja memiliki lebih banyak kontrol atas pekerjaan mereka, sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja. Pekerja dapat memilih proyek yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas kerja.
- Ekonomi Tradisional hadapi situasi pekerjaan tetap dengan jadwal dan aturan yang ketat dapat mengurangi kepuasan kerja, karena pekerja kurang memiliki kontrol atas pekerjaan mereka
Kondisi secara umum lebih saat ini lebih banyak memilih pekerja gig daripada pekerja tetap, namun para pengusaha biasanya tetap harus melakukan penilaian khusus untuk menentukan pilihan. Secara teori pilihan diletakkan kepada sejumlah asumsi, seperti:
- Memilih Pekerja Gig dengan asumsi:
- Biaya lebih rendah: Perusahaan dapat menghemat biaya tunjangan seperti asuransi kesehatan, cuti berbayar, dan pensiun. Pekerja gig biasanya dibayar per proyek atau per jam, sehingga perusahaan tidak perlu membayar gaji tetap.
- Fleksibilitas lebih tinggi: Perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan jumlah pekerja sesuai dengan permintaan pasar tanpa terikat dengan kontrak kerja jangka panjang. Pekerja gig dapat dengan cepat beralih ke proyek yang lebih sesuai dengan permintaan pasar.
- Akses ke keterampilan spesifik: Perusahaan dapat mengakses keterampilan yang tepat untuk setiap proyek tanpa harus merekrut staf penuh waktu. Hal ini meningkatkan efisiensi dan inovasi dalam operasional perusahaan. - Memilih Pekerja Tetap dengan asumsi:
- Kontinuitas dan loyalitas: Pekerja tetap lebih terikat dengan perusahaan, sehingga dapat memberikan kontinuitas dalam pekerjaan. Mereka lebih loyal dan lebih berkomitmen terhadap perusahaan.
- Kualitas kerja yang lebih tinggi: Pekerja tetap biasanya memiliki kualitas kerja yang lebih tinggi karena mereka lebih terlatih dan terbiasa dengan prosedur perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.
- Perlindungan hukum yang lebih baik: Pekerja tetap memiliki perlindungan hukum yang lebih baik, sehingga perusahaan dapat menghindari risiko hukum yang mungkin timbul dari ketidakpastian status pekerja.
Terdapat sejumlah perbedaan antara gig ekonomi dengan sistem ekonomi tradisional, antara lain
Aspek | Gig Ekonomi | Ekonomi Tradisional |
---|---|---|
Jenis Hubungan Kerja | Hubungan jangka pendek, kontrak proyek, freelance, atau on-demand | Hubungan kerja jangka panjang (full-time) dengan satu majikan |
Durasi Dan Struktur Kerja | Tugas singkat (gig), bisa berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa minggu | Pekerjaan tetap dengan jam kerja tetap (misalnya 40 jam/minggu) |
Sistem Pembayaran | Bayaran per proyek, per jam, atau per hasil; tidak ada gaji bulanan tetap | Gaji bulanan tetap, tunjangan, dan bonus tahunan |
Fleksibilitas Waktu Dan Tempat | Sangat fleksibel; pekerja bebas menentukan kapan, di mana, dan berapa banyak bekerja | Kurang fleksibel; waktu dan tempat kerja ditentukan perusahaan |
Pemilik Alat Produksi | Pekerja sering menggunakan aset pribadi (mobil, laptop, rumah) | Alat produksi dimiliki oleh perusahaan |
Manfaat Sosial Dan Perlindungan | Minim atau tidak ada (asuransi kesehatan, cuti, pensiun) dijamin majikan | dijamin majikan, Manfaat lengkap (asuransi, cuti, pensiun) menjadi hak karyawan |
Teknologi Dan Platform | Sangat bergantung pada aplikasi digital (Uber, Gojek, Fiverr, Shopee Food, Upwork) | Kurang bergantung pada platform digital; proses lebih manual atau internal |
Risiko Pendapatan | Tidak stabil; tergantung pada permintaan pasar dan kuantitas | Relatif stabil karena ada gaji tetap |
Peran Pemerintah dan Regulasi | Regulasi masih berkembang; status pekerja sering dianggap “mitra” bukan karyawan | Regulasi tenaga kerja jelas; karyawan dilindungi hukum ketenagakerjaan |
Contoh Pekerjaan | Driver ojek online, freelancer desain, penulis artikel, kurir makanan | Pegawai kantor, guru tetap, operator pabrik, perawat rumah sakit |
Perbedaan Menyolok | Menawarkan kebebasan dan fleksibilitas tinggi, tetapi mengorbankan stabilitas pendapatan dan perlindungan sosial. | Memberikan keamanan finansial dan tunjangan lengkap, namun dengan keterbatasan fleksibilitas waktu dan tempat kerja. |
Mendapatkan penghasilan tetap karena statusnya tenaga kerja formal pun tidak menjamin untuk tidak mengunakan waktu luangnya melakukan pekerjaan lepas (gig ekonomi). Berdasarkan survei Biaya Hidup (SBH) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, biaya hidup atau konsumsi rata-rata per rumah tangga per bulan di Indonesia melampaui besaran upah minimum provinsi (UMP) di sejumlah wilayah. Dulu orang tua kita bekerja di satu tempat selama puluhan tahun. Ada kepastian, ada jaminan, ada waktu untuk hidup. Sekarang kita dipaksa mengejar orderan project freelance, kontrak sementara karena pekerjaan tetap perlahan makin hilang dan diperparah dengan biaya hidup yang meningkat melampaui pertambahan upah minimun regional. Diperkirakan tahun 2027 menjadi titik kritis untuk kita semua. AI yang awalnya sekadar alat bantu kini mulai menggantikan pekerjaan-pekerjaan strategis. Bukan cuman admin atau tukang input data, tapi profesi kreatif, edukasi, kesehatan, hukum, hingga perencana bisnis pun mulai diambil alih.
Meningkatnya biaya hidup menjadikan nilai manusia jika tidak minus di akhir bulan saja sudah menjadi sebuah kemewahan secara finansial dan artinya melupakan bermimpi punya tabungan. Dunia tak lagi memberi ruang untuk jeda. Semuanya harus serba cepat, harus kuat, dan harus terlihat baik-baik saja. Padahal di dalam kepala kita mulai lelah untuk terus dipaksa berlari. Kesehatan mental mulai hancur, burn out jadi rutinitas harian, dan rasa aman akan masa depan mulai hilang. Bagaimana memastikan makanan tetap tersedia di rumah sambil berharap listrik tak mati karena alarm terus-menerus berbunyi. Hidup kini bukan lagi soal meraih cita-cita, tapi soal bagaimana esok pagi masih bisa bangun tanpa perut keroncongan. Kita dipaksa kuat di tengah ketidakpastian, pura-pura tegar di depan layar, sembari menyembunyikan tangis seakan semuanya baik-baik saja.
Gig ekonomi tumbuh karena dunia bergerak terlalu cepat dan kita mau tak mau harus terus dipaksa dan akan merasa semakin lelah untuk terus berlari mengejar ketertinggalan. Perusahaan ingin adaptif. Pasar hitungan minggu. Teknologi akan usang dalam hitungan bulan. Produk yang dulu laris, besok bisa saja mati. Solusinya, perusahaan harus fleksibel. Tenaga kerja pun harus bisa ditarik ulur sesuka waktu. Di sisi lain, generasi muda terjebak kebutuhan ekonomi. Harga rumah, biaya hidup, dan ekspektasi sosial melonjak jauh melampaui pertumbuhan upah. Mau tak mau orang mengambil banyak pekerjaan sekaligus berpindah-pindah platform jadi freelance, jadi driver ojol sampai kita terpaksa meluangkan waktu luang untuk mencari tambahan dengan berjualan online dan lain-lain.
Gig Ekonomi telah menjadi epidemi sosial. Sistem ini menciptakan generasi yang selalu cemas, selalu kelelahan, selalu merasa kurang, dan terjebak di siklus untuk terus bekerja tanpa henti. Dunia memang tak bisa dihentikan. tak pernah memberi kita ruang untuk istirahat. Tapi di tengah kecepatan ini, kita butuh sekali yang namanya jeda. Kita butuh ruang untuk bernapas, untuk hidup, bukan sekadar bertahan. Sisi lain perusahaan-perusahaan besar saat ini bukan hanya memangkas jumlah pekerja tetap, tapi mulai menggantikan manusia dengan robot dan kecerdasan buatan. Bukan karena teknologi itu lebih manusiawi, tapi karena mesin tidak pernah meminta upah, tidak butuh cuti, tidak sakit, dan tidak akan protes soal jam kerja. Semua mereka lakukan demi satu hal, yakni profit tanpa batas. Di balik jargon efisiensi dan kemajuan teknologi, sesungguhnya tujuan mereka hanya ingin memangkas biaya tenaga kerja hingga ke titik nol. Mereka memanfaatkan mesin dan AI bukan untuk memperbaiki kualitas hidup manusia, tapi untuk memeras lebih banyak laba dari waktu dan tenaga yang dulu dikuasai manusia.
Dalam era gig ekonomi, kini bukan hanya berjuang untuk uang, tapi juga untuk waktu. kesehatan mental dan sekadar ruang hidup yang manusiawi. Dan kalau hari ini kita masih punya waktu melihat ini tanpa adanya notifikasi yang mengganggu, itulah kemewahan sesungguhnya. Karena di luar sana jutaan orang sedang sibuk mengejar rating, proyek, dan orderan berikutnya. Semuanya harus serba cepat, harus kuat, dan harus terlihat baik-baik saja. Padahal di dalam kepala kita mulai lelah berpura-pura.
Dalam gig ekonomi, jabatan di lelang sehingga bukan berdasarkan senioritas tetapi berdasarkan keputusan hasil lelang secara sepihak oleh penyelengara lelang jabatan sesuai dengan otoritas yang dimilikinya sehingga tidak mengetahui kapan naik pangkat, kapan bisa ambil KPR, dan kapan pensiun dengan tenang. Selamat datang di era tanpa kepastian yang semakin menjadi-jadi menyebabkan manusia dapat berubah menjadi serigala bagi sesamanya.
Agar dapat bersaing dengan tenaga kerja lepas lainnya secara global maka disarankan mulai bangun portofolio proyek sampingan di luar jam kerja dan aktif di komunitas profesi di luar instansi perusahaan. Ikut seminar, jadi anggota asosiasi, atau sekadar nimbrung di grup diskusi online untuk mengukur ombak dan tahu perkembangan terbaru di bidang yang ditekuni.
Untuk hidup di era gig ekonomi maka disarankan jadilah pisau Swiss Army, bukan pisau dapur. Pisau dapur itu tajam, bagus, tapi fungsinya cuman satu, memotong. Pisau Swiss Army mungkin enggak setajam pisau dapur, tapi dia punya gunting, pembuka botol, obeng, dan gergaji kecil. Dia bisa menyelesaikan berbagai macam masalah. Di era baru ini, orang yang paling berharga adalah orang yang bisa menjadi solusi paket lengkap. Kita harus punya rasa penasaran untuk belajar hal-hal di luar kotak.
Dunia melangkah masuk dalam gig ekonomi, berarti semakin lelah menjalani kehidupan. Kepastian karier menjadi sesuatu yang sangat berharga dalam gig ekonomi. Kelelahan akan menjadi bagian kehidupan terlebih-lebih jika mengikuti gaya hidup manusia modern perkotaan besar. Tidak ada kata untuk keleluasaan yang penuh berkata cukup seperti yang diajarkan di Alkitab di 1 Timotius 6:8; Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
Mengarungi era gig ekonomi, layar dipasang dengan memperhatikan apa yang diajarkan TUHAN agar ombak lautan dunia ekonomi global tidak membuat umat TUHAN kehilangan jati diri. Sejumlah pesan untuk menjalani hidup berdasarkan Alkitab di era gig ekonomi adalah
- Tidak Menjadikan Harta Sebagai Tujuan Utama.
Alkitab tidak melarang memiliki harta, tetapi mengingatkan agar tidak menjadikan harta sebagai tujuan utama hidup. Yesus mengatakan dalam Matius 6:24: “Tidak mungkin seorang melayani dua tuhan. Sebab ia akan membenci yang satu dan mencintai yang lain, atau ia akan setia kepada yang satu dan menghinakan yang lain. Anda tidak dapat melayani Allah dan Harta.” Artinya, dalam era gig ekonomi, kita harus menjaga agar kegiatan ekonomi kita tidak menggeser fokus utama kita dari Allah. - Mengelola Harta dengan Bijak
Alkitab mengajarkan untuk mengelola harta dengan bijak. Amsal 21:20 mengatakan: “Di rumah orang yang bijaksana ada harta dan minyak, tetapi orang bodoh dengan cepat menghabiskannya.” Di era gig ekonomi, ini berarti kita harus bijak dalam mengelola pendapatan kita, baik dari pekerjaan tetap maupun sumber pendapatan tambahan. Kita perlu menghindari keborosan dan berusaha menabung serta berinvestasi dengan bijak. - Berbagi dan Membantu Sesama
Salah satu pesan utama Alkitab adalah tentang berbagi dan membantu sesama. 1 Timotius 6:18 mengatakan: “Berfirmanlah kepada mereka yang kaya di dunia ini, supaya mereka tidak sombong dan tidak mengharapkan sesuatu yang tidak pasti, yaitu kekayaan, melainkan mengharapkan Allah yang dengan kaya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Berfirmanlah kepada mereka supaya mereka berbuat baik, kaya dalam perbuatan baik, berbagi dan memberi dengan senang hati.” Dalam konteks era gig ekonomi, ini berarti kita harus menggunakan kekayaan kita untuk membantu orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. - Menghindari Keserakahan
Alkitab mengingatkan kita untuk menghindari keserakahan. Lukas 12:15 mengatakan: “Dan Ia berfirman kepada mereka: “Hati-hatilah dan janganlah menjadi serakah; karena hidup seseorang bukanlah terletak pada kekayaan yang dimilikinya.” Di era gig ekonomi, ini berarti kita harus menjaga agar kegiatan ekonomi kita tidak tergerus oleh keserakahan. Kita harus puas dengan apa yang kita miliki dan tidak selalu berusaha untuk mendapatkan lebih banyak. - Mencari Keseimbangan
Alkitab mengajarkan tentang mencari keseimbangan dalam hidup. Filipi 4:11-13 mengatakan: “Bukan bahwa aku menganggap bahwa telah menguasainya, atau telah sempurna; tetapi satu hal yang kusadari: lupakanlah apa yang telah di belakangku dan berlarilah kepada apa yang di hadapanku, dan berusahalah untuk mencapai tujuan, yaitu panggilan sorgawi Allah dalam Kristus Yesus.” Di era gig ekonomi, ini berarti kita harus mencari keseimbangan antara kegiatan ekonomi dan kehidupan spiritual kita. Kita tidak boleh terlalu fokus pada satu aspek sehingga mengabaikan aspek lain. - Menghadapi Kesulitan dengan Iman
Alkitab mengajarkan untuk menghadapi kesulitan ekonomi dengan iman. Yesaya 40:31 mengatakan: “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Di era gig ekonomi, ini berarti kita harus percaya bahwa Allah akan memberikan kekuatan dan bantuan ketika kita menghadapi kesulitan ekonomi. - Menghitung Hari dengan Bijak
Alkitab mengajarkan untuk menghitung hari dengan bijak. Mazmur 90:12 mengatakan: “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Di era gig ekonomi, ini berarti kita harus bijak dalam mengelola waktu dan sumber daya kita. Kita harus menggunakan waktu kita dengan bijak dan tidak terbuai oleh kesenangan sesaat yang tidak memberikan manfaat jangka panjang. - Mengarahkan Hidup ke Tujuan yang Lebih Tinggi Alkitab mengajarkan untuk mengarahkan hidup ke tujuan yang lebih tinggi. Filipi 3:13-14 mengatakan: “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Di era gig ekonomi, ini berarti kita harus menjaga agar kegiatan ekonomi kita selalu berorientasi pada tujuan yang lebih tinggi, yaitu mencari kemuliaan Allah dan kesejahteraan sesama.
Era Gig Ekonomi biaya hidup meningkat dan tawaran dari dunia datang seperti tsunami yang menyerbu sehingga dapat rusak bangunan nilai kemanusiaan yang dibangun oleh TUHAN. Kita dijadikan sesuai dengan gambar dan rupa Allah dan gambar itu tetap terpelihara hidup kita tidak rusak oleh asus gig ekonomi. Adan dan Hawa pun saat tersedia berkat dari TUHAN berupa makanan dan pakaian itu sudah mencukupi untuk menjalani kehidupan di dunia. Manusia di akhir zaman harus ingat standar kepuasan manusia pada mulanya. Hidup di era gig ekonomi yang sementara waktu sebab Rumah Bapa di Surga telah disediakan untuk anak-anak-Nya yang turut dalam pesta kemenangan ANAK DOMBA ALLAH.
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Peringatan TUHAN Hal Upah Pekerja
- Bekerja Untuk Mendiami Hunian Layak
- TUHAN Penentu Upah
- Sistem Imbalan Suatu Buadaya Organisasi
- Pola Bisnis Allah Dan Sistem Manajemen Manusia
- Ajaran Kristen Terhadap Istilah Generasi Micin
- Akhiri Pertandingan Dengan Baik
- Pengangguran Dalam Dunia Kerja
- Ketahanan Pangan Dengan Kemiskinan di Akhir Zaman
- Pengaruh Inflasi Terhadap Beban Hidup Dan Penderitaan