-->

Notification

×

Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Karunia Keterbatasan Suatu Kebaikan

Senin, 26 Juni 2023 | Juni 26, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-08-23T22:06:20Z
AUDIO "Karunia Keterbatasan Suatu Kebaikan"
Indonesia
English
Chinese
Hindi

Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar, Yudas 1:6

Kisah tentang malaikat banyak ditemukan dalam Kitab Henokh, suatu kitab yang dianggap sebuah apokrifa kecuali oleh Gereja Ortodoks Etiopia. Kitab Henokh menceritakan kisah-kisah sebelum air bah di zaman Nuh. Menurut Kitab Henokh, banyak malaikat melampaui batas yang ditentukan TUHAN. Malaikat-malaikat turun ke bumi dan menikahi perempuan-perempuan manusia dan mengajarkan hal-hal terlarang seperti sihir, ilmu hitam, pengunaan obat-obat terlarang serta aneka kejahatan karena mementingkan diri sendiri. Sejumlah malaikat keluar dari wilayah dan peran yang diemban dan melampaui wewenang saat berhubungan dengan manusia menyebabkan dihukum oleh TUHAN hingga waktu yang ditentukan, menunggu penghakiman akhir.

Selain dunia malaikat yang memiliki batasan tertentu, manusia sebagai ciptaan TUHAN pun memiliki batasan yang tertentu sebab semua makhluk ciptaan TUHAN memiliki karunia keterbatasan yang membatasi aktivitas dan kekuasaan. Contoh batasan terhadap manusia berdasarkan catatan Alkitab:
  • Adam dan Hawa berdasarkan Kitab Kejadian, ditempatkan di Taman Eden dan diberi perintah oleh TUHAN yang membatasi mereka untuk tidak makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Namun, mereka melanggar perintah tersebut dengan memakan buah dari pohon tersebut, sehingga mengakibatkan dosa masuk ke dalam dunia.
  • Daud dan Batsyeba berdasarkan Kitab 2 Samuel, Daud, raja Israel, melanggar hukum TUHAN dengan berzinah dengan istri orang lain bernama Batsyeba. Daud juga mengatur pembunuhan suami Batsyeba, yakni Uria. Tindakan ini membuat Daud melanggar batasan yang dtetapkan TUHAN berdasarkan Taurat mendapatkan hukuman dan konsekuensi yang berat.
  • Bangsa Israel dalam perjalanan ke Tanah Perjanjian dari Mesir, mereka melanggar batasan-batasan yang ditetapkan oleh TUHAN. Contohnya, ketika Musa mendapat perintah dari TUHAN untuk memukul batu guna mengeluarkan air, ia justru dua kali memukul batu tersebut. Akibatnya, TUHAN melarang Musa memasuki Tanah Perjanjian.
  • Kisah Babel di Kitab Kejadian, ingin membangun menara yang mencapai langit sebagai bentuk penghormatan diri mereka sendiri, bukan untuk memuliakan TUHAN. Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap batasan yang ditetapkan oleh TUHAN, dan TUHAN mencampur adukkan bahasa mereka sebagai hukuman.
  • Kerajaan Israel dan Yehuda sering melanggar hukum-hukum TUHAN dengan menyembah berhala, melakukan perzinahan, melakukan kekerasan, dan melanggar perintah-perintah moral yang ditetapkan oleh TUHAN. Melanggar ketentuan TUHAN hingga batas yang ditentukan berakibat dihukum TUHAN dengan mencerai beraikan bangsa Israel dan Yehuda ke seluruh dunia hingga waktu yang ditentukan TUHAN.
Yesus, Allah yang mengosongkan diriNya dan mengenakan daging menjadi manusia, alami batasan dan keterbatasan seperti manusia lainnya sekalipun tetap memiliki kodrat ilahi dan kesempurnaan-Nya sebagai Anak Allah sehingga dapat jadi Juruselamat manusia. Contoh:
  • Tubuh manusiawi Yesus rentan terhadap lelah, lapar, dan rasa sakit. Dia juga mengalami pertumbuhan fisik seperti manusia lainnya, dari bayi hingga dewasa.
  • Keterbatasan waktu dan ruang saat Yesus hidup jadi manusia tidak dapat hadir di dua tempat secara bersamaan, dan Dia terikat oleh batasan waktu kehidupan-Nya di bumi.
  • Pengetahuan manusia meskipun Yesus adalah Allah yang mengenal segala sesuatu, saat hidup sebagai manusia, Dia memilih untuk mengandalkan pengetahuan manusiawi-Nya. Dia tidak memiliki akses langsung ke semua pengetahuan di alam semesta secara instan.
  • Ketergantungan pada Bapa Surgawi dan taat kepada kehendak Bapa dan hidup dalam ketergantungan penuh kepada-Nya.
  • Yesus mengalami emosi manusiawi seperti sukacita, kesedihan, marah, dan belas kasihan. Dia juga menghadapi pencobaan dan ujian yang dihadapi manusia, tetapi Dia tidak berdosa.
Setiap manusia memiliki batasan tertentu yang melekat dalam dirinya. Batasan tersebut antara lain:
  • Batasan Fisik seperti dalam kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan kemampuan fisik lainnya jika dibandingkan dengan hewan tertentu. Misalnya, manusia tidak bisa terbang seperti burung atau berenang seperti ikan.
  • Batasan Kognitif sebab memiliki kapasitas kognitif yang terbatas. Kita masih memiliki keterbatasan dalam pemrosesan informasi dan kapasitas memori dan memiliki keterbatasan dalam memahami konsep-konsep yang kompleks. Selain itu, terdapat fenomena seperti kelupaan dan kebingungan.
  • Batasan Emosional dalam mengelola emosi kita sendiri dan memahami emosi orang lain. Kadang-kadang, manusia dapat mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi mereka, seperti marah atau sedih, yang menunjukkan batasan emosional yang unik.
  • Batasan Ruang dan Waktu sebab rentang hidup yang terbatas dan batasan waktu yang melekat pada diri kita sendiri. Kita tidak bisa melakukan segalanya secara bersamaan dan ada batasan dalam apa yang dapat kita capai dalam waktu tertentu.
  • Batasan Biologis Misalnya, kita memiliki batasan dalam usia reproduksi dan kemampuan fisik yang menurun seiring bertambahnya usia. Tubuh manusia juga rentan terhadap penyakit dan cedera tertentu, yang menunjukkan batasan biologis yang melekat pada diri kita.
  • Keterbatasan Pengalaman, hanya dapat mengalami sebagian kecil dari realitas yang ada di dunia ini.
  • Keterbatasan Moril yang rentan terhadap kesalahan, kelemahan, dan pilihan yang tidak benar. Keterbatasan moral ini dapat menjadi tantangan dalam perjalanan spiritual dan mencapai kesempurnaan atau pencerahan.
Secara umum akibat adanya batasan yang melekat kehidupan manusia, maka dianjurkan antara lain:
  • Fokus dan Prioritas: Batasan membantu seseorang untuk memfokuskan energi dan sumber daya pada hal-hal yang benar-benar penting. Dengan menyadari batasan fisik, kognitif, dan waktu, seseorang dapat mengatur prioritas, mengelola waktu dengan bijaksana, dan menghindari penyebaran terlalu tipis dalam upaya yang berlebihan.
  • Peningkatan Kreativitas: Batasan memicu kreativitas yang lebih besar. Ketika seseorang dihadapkan pada batasan dalam mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan tugas, mereka seringkali mencari cara baru dan kreatif untuk mengatasi batasan dengan memicu inovasi dan ide-ide baru.
  • Keberlanjutan dan Keseimbangan: Batasan mendorong menjaga keseimbangan hidup dan menghindari kelelahan atau kelebihan beban. Dengan menyadari batasan fisik dan mental mereka, seseorang dapat merencanakan waktu istirahat yang cukup, mengatur batas-batas pekerjaan yang sehat, dan menjaga keberlanjutan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
  • Menghargai dan Menghormati Orang Lain: Ketika kita menyadari bahwa kita memiliki batasan, kita juga mengakui bahwa orang lain memiliki batasan mereka sendiri. Hal ini dapat memupuk empati, pengertian, dan sikap saling menghormati dalam interaksi sosial.
  • Pertumbuhan Pribadi: Dengan menyadari batasan kita, kita dapat mengenali area di mana kita perlu belajar, berkembang, atau mengatasi hambatan. Batasan menjadi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan, mengatasi tantangan, dan mencapai potensi yang lebih besar.
  • Menjaga Kesehatan dan Kesejahteraan: Dengan menghormati batasan fisik, misalnya, seseorang dapat menjaga pola makan yang sehat, rutinitas tidur yang memadai, dan menghindari penyalahgunaan zat. Mengenali batasan mental dan emosional membantu seseorang untuk mengelola stres, mencari dukungan, dan merawat kesejahteraan psikologis mereka.
Para Rasul, murid Yesus Kristus Tuhan bersikap menghargai batas-batas yang ditentukan terhadap dirinya. Contoh Paulus menurut 2 Korintus 10:13: Sebaliknya kami tidak mau bermegah melampaui batas, melainkan tetap di dalam batas-batas daerah kerja yang dipatok Allah bagi kami, yang meluas sampai kepada kamu juga. Semua murid Yesus berada dalam batas yang ditentukan TUHAN bagi dirinya.

Jika taat dan bersukacita terhadap batasan yang ditetapkan TUHAN maka hidup masuk dalam pengudusan. Allah yang memanggil kita adalah Kudus maka DIA ingin umatNya kudus maka batasan diadakan TUHAN ALLAH. Contoh hubungan batasan manusia dengan rencana TUHAN agar masuk pengudusan yaitu makin menuju serupa dengan Allah, seperti:
  • Mengenali Kelemahan dan Ketergantungan: Batasan manusia membantu kita untuk mengenali bahwa kita memiliki kelemahan dan ketergantungan yang membutuhkan bantuan dan pertolongan dari Tuhan. Kesadaran akan batasan fisik, mental, dan emosional kita dapat mendorong kita untuk merendahkan diri dan mengakui kebutuhan akan anugerah dan kuasa Tuhan dalam hidup kita.
  • Mengatasi Ego dan Kebanggaan: Batasan manusia dapat menjadi pemicu untuk mengatasi ego dan kebanggaan yang menghalangi pengudusan. Ketika kita menyadari batasan kita, kita dapat melepaskan upaya untuk mengendalikan segalanya dan mengakui bahwa kita bergantung pada Tuhan. Ini membantu kita untuk merendahkan diri, membuka diri untuk pertumbuhan rohani, dan mengembangkan kerendahan hati.
  • Menghadapi Tantangan dan Ketidaksempurnaan: Batasan manusia seringkali menjadi sumber tantangan dan ketidaksempurnaan dalam hidup kita. Namun, melalui pengalaman ini, kita dapat belajar untuk menghadapinya dengan ketabahan, kerendahan hati, dan kepercayaan kepada Tuhan. Ketika kita mengatasi batasan kita dengan sikap positif dan ketaatan kepada Tuhan, kita dapat tumbuh dalam kesalehan dan kekudusan.
  • Pembentukan Karakter: Batasan manusia dapat membantu membentuk karakter kita dalam proses pengudusan. Ketika kita dihadapkan pada batasan fisik atau emosional, kita memiliki kesempatan untuk melatih ketekunan, kesabaran, pengendalian diri, dan kasih yang sejati. Batasan ini dapat membentuk karakter kita dan membantu kita berkembang menjadi pribadi yang lebih saleh.
  • Keterhubungan dengan Tuhan dan Sesama: Kesadaran akan batasan manusia juga dapat memperkuat keterhubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Ketika kita mengakui batasan kita, kita menjadi lebih rendah hati, lebih empati, dan lebih terbuka terhadap kebutuhan orang lain. Ini memungkinkan kita untuk memperdalam hubungan dengan Tuhan dan menjalani panggilan untuk melayani sesama dengan lebih baik.
Meskipun manusia memiliki batasan agar dapat diarahkan hidup kudus tetapi jika hidup dikuasai keinginan daging maka tidak akan menurut tuntunan Roh Allah. Roma 8:5-6 mengatakan, “Mereka yang hidup menurut daging, memikirkan keinginan daging; tetapi mereka yang hidup menurut Roh memiliki pikiran yang tertuju pada apa yang diinginkan Roh. Pikiran yang dikuasai daging adalah maut, tetapi pikiran yang dikuasai Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” Bahkan anak-anak imam Eli berdasarkan 1 Samuel 2:13 memiliki kebiasaan melanggar batas haknya sebagai imam sehingga dihukum TUHAN. Posisi imam Eli oleh TUHAN digantikan oleh Samuel, bukan oleh anak imam Eli. Perhatikan: "ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya"

Keterbatasan yang membatasi segala sesuatu adalah bentuk karunia yang diharapkan agar luput dari hukuman Allah akibat pelanggaran hukum Allah. Karunia keterbatasan memiliki makna antara lain:
  • Menghadirkan Ketergantungan pada Allah: Batasan manusia dapat membawa kita pada kesadaran akan ketergantungan kita pada Allah. Dalam batasan kita, kita menyadari bahwa kita tidak dapat melakukan atau mencapai segalanya dengan kekuatan dan kebijaksanaan kita sendiri. Ini mendorong kita untuk bergantung pada Allah dan mencari pertolongan dan anugerah-Nya dalam segala hal.
  • Menyadari Kebutuhan akan Keselamatan: Batasan manusia mengingatkan kita akan kondisi yang tidak sempurna dan kelemahan kita sebagai manusia berdosa. Ini membuat kita menyadari kebutuhan mendesak akan keselamatan yang hanya dapat ditemukan dalam Yesus Kristus. Batasan kita menuntun kita untuk mencari hubungan yang intim dengan Tuhan dan menerima penyelamatan-Nya sebagai karunia.
  • Mengasah Kesabaran dan Ketekunan: Batasan dapat menjadi cara di mana Tuhan mengasah kesabaran dan ketekunan kita. Ketika kita menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam mencapai tujuan atau mengatasi tantangan, kita diajak untuk bertekun dan tidak menyerah. Dalam proses ini, kita belajar untuk mempercayai rencana Tuhan yang lebih besar dan bersabar dalam menunggu waktu-Nya.
  • Meningkatkan Ketergantungan pada Kehendak Allah: Batasan dapat membantu kita untuk mengenali dan menerima kehendak Allah yang lebih tinggi. Ketika kita menyadari bahwa kita memiliki keterbatasan dan tidak dapat mengendalikan segalanya, kita diajak untuk menyerahkan diri kita kepada kehendak Allah yang sempurna. Hal ini membantu kita untuk hidup dalam ketaatan dan membawa kita pada pertumbuhan spiritual yang lebih dalam.
  • Mengasah Kerendahan Hati dan Pengorbanan: Batasan dapat mengasah kerendahan hati dan semangat pengorbanan dalam hidup kita. Ketika kita menghadapi keterbatasan, kita dipanggil untuk melayani dan mengasihi orang lain tanpa mengharapkan balasan. Keterbatasan kita dapat menginspirasi kita untuk menjadi pelayan yang rendah hati dan memberi diri kita dengan kasih kepada sesama.
Karunia keterbatasan suatu kebaikan dari Allah bila menyadari kehendak Allah dalam hidup kita yang dilanjutkan hidup dalam Roh Kudus. Roh Kudus diperlukan oleh manusia yang memiliki batasan-batasan sebab Roh Allah Yang Kudus sesuatu yang tidak terbatas berkuasa menyampaikan maksud TUHAN dalam kehidupan manusia lalu mengutusnya (Perhatikan Yohanes 3:34 "Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas.")

Bila Roh Tuhan bersama kita maka ada batasan baru yang hadir dalam tindakan dan pikiran kita sebab semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji menjadi bagian dari kehidupan. Ketahuilah bahwa Tuhan menetapkan dunia kita dengan batasan, Yesus mencontohkan batasan bagi kita sepanjang hidup-Nya, dan kita didorong untuk terus menetapkan batasan relasional dan pribadi untuk mengejar kehidupan yang diatur oleh Roh.




Tulisan lainnya:
Yesus Dan Integrasi Sosial
Alkitab Menjawab Keberadaan Manusia
Antara Teologi Dan Antropologi
Penguasaan Diri
Roh Kudus Dan Pendidikan
Bermegah Dalam Kelemahan



×
Berita Terbaru Update