Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Minggu, 22 September 2024

Catatan Sumpah Serapah

Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Matius 12:34

Teks di atas adalah ucapan Yesus terhadap orang Farisi, yaitu sekelompok orang yang memutuskan untuk mempelajari hukum Taurat dan melakukan hukum tersebut sesuai dengan pengertian yang didapat berdasarkan tafsiran dari Hukum Taurat. Yesus menilai bahwa orang Farisi yang mempelajari hukum Taurat yang diberikan TUHAN melalui Musa seperti ular beludak karena Taurat yang dibaca, dipelajari tidak menjadikan dirinya orang yang baik melainkan sebagai orang jahat. Penilaian Yesus didasarkan atas ucapan mulut orang Farisi yang meluap dari dalam hatinya.

Apakah sesuatu yang aneh bila seorang yang dianggap religius karena banyak meluangkan waktu dengan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan dinyatakan bahwa mulutnya jahat? Berdasarkan laporan Digital Civility Index (DCI) bahwa Indonesia yang dikelompokkan negara yang sangat religius ternyata dinobatkan sebagai yang paling tidak sopan se-Asia Tengara. Berdasarkan hasil ,riset dari DCI maka ada hubungannya antara orang yang menekuni hal-hal rohani dengan sikap berbicara, bahkan sering kali berbanding terbalik. Berdasarkan hasil kajian DCI maka sangat wajar bila orang Farisi juga dianggap seperti ular beludak, dengan salah satu sebab perkataan mereka jahat.

Sejumlah pemerhati orang berbicara, maka perkataan yang jahat dikelompokkan minimal dalam dua hal, yaitu:
  1. Berdasarkan Tujuan, yaitu terdiri:
    * Menyakiti: Kata-kata yang sengaja diucapkan untuk melukai perasaan orang lain, baik secara fisik maupun emosional. Contoh: hinaan, makian, ancaman.
    * Merendahkan: Kata-kata yang bertujuan untuk membuat orang lain merasa rendah diri atau tidak berharga. Contoh: ejekan, sindiran, penghinaan atas fisik atau kemampuan.
    * Membuat Malu: Kata-kata yang diucapkan untuk membuat orang lain merasa malu atau kehilangan muka di depan orang lain. Contoh: gosip, fitnah, pengungkapan rahasia pribadi.
    * Mengancam: Kata-kata yang mengandung ancaman kekerasan atau bahaya. Contoh: ancaman fisik, ancaman sosial, ancaman ekonomi.
  2. Berdasarkan Bentuk, yaitu terdiri dari:
    * Hinaan langsung: Pernyataan yang secara eksplisit menyatakan ketidaksukaan atau kebencian terhadap seseorang. Contoh: "Kamu bodoh!", "Kamu jelek!".
    * Sindiran: Pernyataan yang menyiratkan makna negatif tanpa secara langsung menyebutkannya. Contoh: "Pintar juga ya, bisa-bisanya melakukan kesalahan seperti itu."
    * Gosip: Penyebaran informasi yang tidak benar atau tidak lengkap tentang seseorang dengan tujuan merusak reputasinya.
    * Fitnah: Tuduhan palsu terhadap seseorang dengan tujuan menjatuhkan nama baiknya.
    * Makian: Penggunaan kata-kata kasar atau kotor untuk mengekspresikan kemarahan atau ketidaksenangan.
Penulis beranggapan bahwa perkataan yang paling berbahaya adalah sumpah kutukan lalu di bawahnya adalah sumpah serapah. Baik sumpah kutukan dan sumpah serapah adalah bentuk makian yang berdampak sangat besar. Secara umum ada persamaan dan perbedaan antara sumpah kutuk dan sumpah serapah, yaitu:
  1. Persamaan Sumpah Serapah dan Kutuk antara lain:
    * Ekspresi Emosi Negatif: Baik sumpah serapah maupun kutuk adalah ekspresi dari emosi negatif yang kuat, seperti marah, kebencian, atau frustasi.
    * Bahasa yang Kasar: Keduanya sering menggunakan bahasa yang kasar, tidak sopan, dan menyakitkan.
    * Tujuan Mengancam: Baik sumpah serapah maupun kutuk bertujuan untuk mengancam atau membuat orang lain merasa takut atau tidak nyaman.
    * Konsekuensi Negatif: Baik sumpah serapah maupun kutuk dapat memiliki konsekuensi negatif, baik bagi orang yang mengucapkannya maupun yang mendengarnya.
  2. Perbedaan Sumpah Serapah dan Kutuk antara lain:
    * Intensitas: Kutuk umumnya memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan sumpah serapah. Kutuk seringkali mengandung unsur mistis atau supranatural, seolah-olah meminta kekuatan gaib untuk menimpakan malapetaka pada seseorang.
    * Tujuan: Sumpah serapah lebih sering digunakan untuk melampiaskan emosi sesaat, sedangkan kutuk seringkali memiliki tujuan yang lebih spesifik, yaitu untuk mencelakai atau merugikan orang lain.
    * Konsekuensi yang Diharapkan: Sumpah serapah lebih fokus pada dampak emosional yang ditimbulkan, sedangkan kutuk mengharapkan konsekuensi fisik atau nasib buruk yang menimpa orang yang dikutuk.
    * Keyakinan: Kutuk seringkali berkaitan dengan kepercayaan terhadap kekuatan gaib atau supranatural, sedangkan sumpah serapah lebih bersifat sekuler.
  3. Contoh:
    * Sumpah Serapah: "Aku benci kamu! Semoga kamu celaka!"
    * Kutuk: "Aku kutuk kamu agar hidupmu sengsara selamanya!"
Dalam Tulisan ini fokus perhatian ditujukan hal sumpah serapah sehingga untuk selanjutnya adalah hal-hal tentang sumpah serapah. Yaitu:
  1. Tujuan utama dari sumpah serapah adalah:
    * Meluapkan emosi: Sumpah serapah menjadi cara seseorang untuk melampiaskan perasaan negatif yang sedang dirasakan.
    * Memberi tekanan: Dengan mengucapkan sumpah serapah, seseorang ingin menunjukkan ketidaksetujuannya yang sangat kuat terhadap suatu tindakan atau perkataan.
    * Menghukum: Sumpah serapah seringkali dianggap sebagai bentuk hukuman atau kutukan terhadap orang yang dianggap bersalah.
  2. Karakteristik sumpah serapah:
    * Bahasa yang kasar: Menggunakan kata-kata yang tidak sopan dan menyakitkan.
    * Emosi yang kuat: Terdapat nada kemarahan, kebencian, atau kesedihan yang mendalam.
    * Unsur ancaman: Mengandung kata-kata yang mengancam atau mengutuk.
    * Konteks sosial: Penggunaan sumpah serapah sangat dipengaruhi oleh budaya, lingkungan sosial, dan situasi yang sedang terjadi.
  3. Dampak negatif sumpah serapah:
    * Merusak hubungan: Sumpah serapah dapat merusak hubungan antar manusia karena menimbulkan permusuhan dan kebencian.
    * Menimbulkan trauma: Kata-kata yang kasar dan penuh kebencian dapat meninggalkan trauma psikologis pada orang yang mendengarnya.
    * Menurunkan martabat: Penggunaan sumpah serapah dapat menurunkan citra diri seseorang dan dianggap tidak beradab.
Secara umum, tidak ada hukum positif yang secara spesifik menjatuhkan hukuman pidana terhadap seseorang hanya karena sering mengucapkan sumpah serapah. Namun, jika sumpah serapah tersebut mengandung unsur-unsur berikut, maka bisa dikenakan sanksi hukum:
  • Pencemaran nama baik: Jika sumpah serapah ditujukan kepada individu tertentu dan merusak reputasinya.
  • Ancaman: Jika sumpah serapah mengandung ancaman kekerasan atau tindakan kriminal lainnya.
  • Hasutan permusuhan: Jika sumpah serapah bertujuan untuk menghasut permusuhan antar kelompok atau individu.
Selain hukum positif yang diatur oleh undang-undang, ada juga hukuman secara sosial, seperti:
* Penolakan sosial: Orang yang sering mengucapkan sumpah serapah cenderung ditolak oleh lingkungan sosialnya. Mereka dianggap tidak sopan, tidak beradab, dan kurang berpendidikan.
* Kerusakan reputasi: Sumpah serapah dapat merusak reputasi seseorang dan membuat orang lain enggan untuk berinteraksi dengannya.

Dalam Teologi Kristen, sumpah serapah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Yesus dengan pertimbangan antara lain:
  • Bertentangan dengan Buah Roh: Dalam Galatia 5:22-23, Alkitab menyebutkan tentang buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Sumpah serapah jelas bertentangan dengan buah-buah Roh ini, terutama kasih, damai sejahtera, dan kebaikan.
  •  
  • Mencerminkan Hati: Perkataan seseorang dianggap sebagai cerminan dari isi hatinya (Matius 12:34). Oleh karena itu, sumpah serapah menunjukkan adanya kemarahan, kebencian, atau emosi negatif lainnya di dalam hati seseorang.
  • Menghina Allah: Dalam beberapa interpretasi, sumpah serapah dianggap sebagai penghinaan terhadap Allah, karena nama Allah seringkali digunakan secara sembarangan dalam sumpah serapah.
  • Merusak Hubungan: Sumpah serapah dapat merusak hubungan dengan orang lain, baik dalam keluarga, pertemanan, maupun masyarakat. Hal ini bertentangan dengan ajaran Kristus untuk saling mengasihi.
Jika Yesus menyatakan bahwa apa yang keluar dari mulut termasuk sumpah serapah berasal dari dalam hati dimana hati orang tersebut bermasalah ada kejahatan, tetapi bila memperhatikan perspektif psikologis, hal ini dipandang sebagai:
  • Mekanisme Coping: Sumpah serapah seringkali menjadi mekanisme coping atau cara seseorang mengatasi stres, marah, atau frustrasi. Ini adalah cara yang tidak sehat untuk mengekspresikan emosi, namun bisa menjadi kebiasaan jika tidak ada cara lain yang lebih baik untuk menghadapinya.
  • Kurangnya Kontrol Diri: Orang yang sering mengucapkan sumpah serapah mungkin memiliki kesulitan dalam mengontrol impuls dan emosi mereka.
  • Masalah Komunikasi: Mereka mungkin memiliki kesulitan dalam mengekspresikan diri dengan cara yang lebih asertif dan sopan.
  • Masalah Dasar: Di balik kebiasaan mengucapkan sumpah serapah, mungkin terdapat masalah psikologis yang lebih dalam, seperti rendah diri, kemarahan yang terpendam, atau trauma masa lalu.
Yesus memberikan contoh bagaimana dapat mengatasi mekanisme coping sebab mekanisme coping adalah faktor dominan seseorang melakukan sumpah serapah. Yang dilakukan Yesus adalah seperti:
  • Doa: Yesus sering menyendiri untuk berdoa kepada Bapa-Nya. Doa adalah saluran komunikasi langsung dengan Tuhan, tempat kita dapat mencurahkan segala perasaan dan beban kita.
  • Kepercayaan pada kehendak Allah: Yesus selalu menyerahkan kehendak-Nya kepada Bapa-Nya. Kepercayaan ini memberikan-Nya kedamaian di tengah badai kehidupan.
  • Fokus pada misi: Yesus memiliki tujuan hidup yang jelas, yaitu membawa kabar baik kepada orang-orang yang menderita. Dengan memfokuskan diri pada misi-Nya, Ia mampu mengatasi berbagai tantangan yang dihadapinya.
  • Membangun relasi yang sehat: Yesus memiliki lingkaran pertemanan yang solid, yaitu para murid-Nya. Relasi yang sehat memberikan dukungan emosional dan spiritual.
  • Mengampuni: Yesus mengajarkan kita untuk mengampuni orang lain, bahkan mereka yang telah menyakiti kita. Mengampuni membebaskan kita dari beban amarah dan kebencian.
  • Menjadi teladan: Yesus menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya hidup sebagai seorang pengikut Kristus. Dengan menjadi teladan, Ia menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak-Nya.
Sumpah serapah bukanlah kebiasaan yang baik, sejumlah pengamat terhadap orang yang terbiasa melakukan sumpah serapah memberikan sejumlah pendapat agar kebiasaan tersebut dapat dikikis. Hal itu antara lain melalui sejumlah pendekatan. Pendekatan yang tercantum dibatasi menjadi pendekatan psikologi dan pendekatan secara Alkitab:
  1. Pendekatan secara psikologis antara lain melalui:
    * Kenali Pemicunya dengan cara mencatat situasi atau emosi apa yang sering memicu Anda untuk mengucapkan kata-kata kasar. Apakah saat marah, stres, atau ketika berada di lingkungan tertentu? Setelah dicatat selanjutnya pahami pemicunya, Anda bisa lebih siap menghadapinya dan mencari cara lain untuk merespons.
    * Ganti dengan Kata Lain melalui latihan saat setiap kali ingin mengucapkan kata kasar, ganti dengan kata atau frasa yang lebih netral atau positif. Latihan tersebut memerlukan tindakan kreatif misal buatlah daftar kata-kata pengganti yang lucu atau inspiratif untuk membuat proses penggantian menjadi lebih menyenangkan.
    * Tekankan Konsekuensi Negatif dengan ingatkan diri sendiri tentang dampak negatif dari sumpah serapah, baik bagi diri sendiri maupun orang lain lalu dapat dilanjutkan dengan membayangkan bagaimana orang lain akan bereaksi jika Anda terus mengucapkan kata-kata kasar.
    * Cari Alternatif Ekspresi, misal dengan melakukan olahraga atau hobi dan juga meditasi.
    * Buatlah Lingkungan yang Mendukung misal dengan memberitahukan orang-orang terdekat Anda tentang upaya Anda untuk berhenti mengucapkan kata-kata kasar. Minta dukungan mereka. Selain itu sebisa mungkin hindari situasi atau orang-orang yang sering memicu Anda untuk mengucapkan kata-kata kasar.
    * Meminta bantuan Terapi khusus dari terapis jika merasa kesulitan mengatasi kebiasaan ini sendiri, terapi bisa menjadi pilihan yang baik. Terapis dapat membantu Anda mengidentifikasi akar masalah dan mengembangkan strategi yang lebih efektif.
    * Sabar dan Konsisten sebab mengubah kebiasaan membutuhkan waktu. Jangan menyerah jika Anda tergelincir sekali atau dua kali dan dapat juga rayakan setiap kemajuan kecil yang Anda capai.
  2. Pendekatan Mengatasi Kebiasaan Sumpah Serapah dari Perspektif Kristen, misalnya dilakukan dengan cara:
    * Bertobat: Mengakui kesalahan dan meminta pengampunan kepada Allah adalah langkah pertama yang penting.
    * Meminta Roh Kudus: Memohon kepada Roh Kudus untuk membantu mengendalikan pikiran dan perkataan.
    * Mempelajari Firman Tuhan: Membaca dan merenungkan Firman Tuhan secara teratur dapat membantu kita mengubah pikiran dan hati.
    * Bergabung dengan Komunitas: Bergabung dengan komunitas Kristen dapat memberikan dukungan dan dorongan untuk hidup sesuai dengan ajaran Kristus.
    * Berdoa: Berdoa secara teratur dapat membantu kita mendekatkan diri kepada Allah dan meminta kekuatan untuk mengatasi godaan.
Catatan sumpah serapah yang perlu diperhatikan dengan perbedaan pandangan Alkitab dan psikologi adalah:
  1. Pandangan Alkitab antara lain:
    * Sumpah serapah adalah dosa: Alkitab secara tegas mengutuk sumpah serapah sebagai bentuk pelanggaran terhadap hukum Allah. Dalam Efesus 4:29, kita diingatkan untuk tidak mengeluarkan kata-kata kotor dari mulut kita.
    * Berdampak pada hubungan dengan Allah: Sumpah serapah dianggap sebagai penghinaan terhadap Allah dan dapat merusak hubungan kita dengan-Nya.
    * Mempengaruhi hati dan pikiran: Alkitab mengajarkan bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk membangun atau merusak. Sumpah serapah dapat mengeraskan hati dan pikiran seseorang.
    * Mencerminkan keadaan hati: Sumpah serapah sering kali mencerminkan kemarahan, frustrasi, atau ketidakberdayaan yang mendalam.
  2. Pandangan Psikologi antara lain:
    * Bentuk ekspresi emosi: Psikologi melihat sumpah serapah sebagai salah satu cara manusia mengekspresikan emosi yang kuat, terutama ketika merasa frustrasi, marah, atau kesakitan.
    * Mekanisme coping: Sumpah serapah dapat menjadi mekanisme coping yang tidak sehat untuk mengatasi stres atau tekanan.
    * Pengaruh sosial dan budaya: Psikologi juga meneliti bagaimana lingkungan sosial dan budaya mempengaruhi penggunaan bahasa kasar, termasuk sumpah serapah.
    * Dampak pada orang lain: Psikologi menekankan bahwa sumpah serapah dapat menyakiti perasaan orang lain, merusak hubungan, dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat.
  3. Perbedaan Utama terletak:
    * Fokus: Alkitab lebih fokus pada aspek moral dan spiritual dari sumpah serapah, sedangkan psikologi lebih pada aspek psikologis dan sosial.
    * Tujuan: Alkitab menekankan pentingnya menjaga kesucian bahasa dan membangun hubungan yang sehat dengan Allah dan sesama, sementara psikologi lebih berfokus pada pemahaman dan pengelolaan emosi.
    * Konsekuensi: Alkitab menekankan konsekuensi spiritual dari sumpah serapah, sedangkan psikologi lebih menekankan konsekuensi psikologis dan sosial.
Sebagai renungan penting bagi orang yang meluangkan banyak waktu untuk mendalami hal-hal keagamaan, pendapat Yesus dan hasil penelitian dari Digital Civility Index bahwa mereka dianggap tidak baik dalam mengunakan bahasa sehari-hari. Yesus memperlihatkan orang yang dianggap religius jika hidupnya tidak menyatu dengan TUHAN melalui Roh TUHAN dalam hidupnya maka tetap dalam hatinya berdiam kejahatan. Perhatikan ucapan Yesus dengan mencontoh orang Farisi, sekalipun belajar segala sesuatu yang dianggap kebenaran tetap perkataannya adalah kejahatan dan tidak ada buah roh dalam hidupnya.

Lembutkan hati dan persiapkan akal budi untuk mau dan bersedia diajar oleh Roh Allah agar perkataan mulut kita diperbaharui setiap hari maka ucapan sumpah serapah dan hal-hal lainnya dapat diubahkan sehingga hidup benar-benar memuliakan TUHAN dan menjadi berkat bagi sesama dan perkataan yang diucapkan adalah hal-hal kebenaran dan suci.




"Holy Spirit Guard My Tongue"
Verse 1: Holy Spirit, come and dwell within, Guide my heart, protect me from sin. Let my words be pure and true, In all I say, I want to honor You.
Pre-Chorus: No more anger, no more lies, In Your truth, I will arise. Set apart, with love, I’ll stand, Led by Your righteous hand.
Chorus: Holy Spirit, guard my tongue, Let Your wisdom be the song I’ve sung. In every word, in every breath, May I glorify Your Name till death. Grace that flows, helps me cope, In every trial, You’re my hope. Through You alone, I’ll overcome, Holy Spirit, lead me home.
Verse 2: When the darkness clouds my way, Your light shines brighter every day. No more fear, no bitter sound, In Your grace, my peace is found.
Pre-Chorus: No more hatred, no more pride, In Your strength, I will abide. Cleansed and free, I’m made anew, Every word reflects what’s true.
Chorus: Holy Spirit, guard my tongue, Let Your wisdom be the song I’ve sung. In every word, in every breath, May I glorify Your Name till death. Grace that flows, helps me cope, In every trial, You’re my hope. Through You alone, I’ll overcome, Holy Spirit, lead me home.
Bridge: When I’m weak, You give me grace, To speak with love in every place. In every trial, I’ll praise Your Name, With words of life, I’ll proclaim.
Chorus: Holy Spirit, guard my tongue, Let Your wisdom be the song I’ve sung. In every word, in every breath, May I glorify Your Name till death. Grace that flows, helps me cope, In every trial, You’re my hope. Through You alone, I’ll overcome, Holy Spirit, lead me home.
Outro: Through You alone, I’ll overcome, Holy Spirit, lead me home.



Tulisan lainnya:
Tinjauan Terhadap Perkataan Kotor
Perkataan Sia-sia Dan Pertanggungjawabannya
Kuasa Ucapan Manusia
Anugerah Kuasa Perkataan terhadap Surga Dari Bumi
Pernyataan Deklarasi Iman
Antara Perkataan Berkat Dan Kutuk
Tujuan Manusia Diciptakan Dapat Bicara





Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat disampai lewat : ruach.haphazard393@passinbox.com

Label Mobile

biblika (81) budaya (47) dasar iman (93) Dogmatika (74) Hermeneutika (75) karakter (41) konseling (79) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (68) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (90) tokoh alkitab (44) Video (9)