Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Selasa, 05 November 2024

Pembuktian Diri Dalam Masyarakat

Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Matius 3:17 - TB

Pencobaan di padang gurun tidak dapat dipisahkan dengan pernyataan dari Bapa bahwa Yesus adalah Anak Allah. Yesus dengan kesadaran penuh mengetahui bahwa diri-Nya adalah Anak Allah. Yesus adalah Anak Allah maka Iblis bersemangat untuk mencobai-Nya karena Iblis yang mampu membuat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa ingin mengulangi apa yang pernah dilakukannya dahulu di Taman Eden sekalipun ada tertulis bahwa keturunan dari perempuan akan meremukkan kepalamu yaitu Iblis sang ular tua dan Iblis akan meremukkan tumitnya (Kejadian 3:15)

Pencobaan tahap awal yang dikerjakan oleh Iblis terhadap Yesus, Anak Allah adalah meminta agar Yesus memberikan pembuktian bahwa diri-Nya adalah Anak Allah. Hal ini dapat dilihat dari perkataan Iblis, yaitu:
- "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (Matius 4:3)
- "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (Matius 4:6)

Yang dilakukan oleh Iblis adalah bentuk modifikasi yang membuat Israel berbuat dosa. Hal ini dapat terlihat dari yang tertulis di Hosea 7:3 yang berbunyi: "Mereka menyukakan raja dengan kejahatan mereka, dan para pemuka dengan kebohongan mereka." Pembuktian diri yang diajukan oleh Iblis adalah pembuktian diri yang menyimpang dengan pemikiran diantaranya adalah "Dasar Pembuktian Diri yang Salah" seperti:
- Kekuasaan dan Pengakuan Duniawi: Individu yang melakukan tindakan tersebut mencari pengakuan dan validasi dari sosok-sosok yang dianggap memiliki otoritas dan pengaruh di masyarakat. Mereka berharap dengan melakukan hal-hal yang disukai oleh penguasa atau tokoh agama, mereka akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi atau perlindungan. Yesus disejajarkan dengan mereka yang haus pengakuan dimana Yesus dicobai apakah haus pengakuan sebagai Anak Allah di hadapan Iblis? Iblis pun akhirnya dengan terang-terangan berkata akan memberikan seluruh kerajaan duniawi kepada Yesus bila sujud menyembahnya. Tetapi ketika Yesus berkata bahwa Iblis harus menyembah TUHAN maka Iblis pun meninggalkan Yesus sebab Yesus adalah TUHAN yang seharusnya disembah oleh Iblis.
- Kurangnya Harga Diri: Dibalik tindakan ini seringkali tersembunyi rasa tidak aman dan rendah diri. Individu tersebut merasa perlu membuktikan nilai dirinya dengan cara yang ekstrem, yaitu dengan melakukan hal-hal yang melanggar norma atau etika. Yesus tidak merasa harga diri rendah sebab yang dilakukan oleh Yesus adalah dengan penuh kesadaran mengosongkan diri-Nya sekalipun adalah Allah menjadi serupa dengan manusia sebab Dia adalah yang tertulis dalam Ibrani 10:7 yang berbunyi: "Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
- Mispersepsi tentang Keberhasilan: Mereka keliru mengartikan keberhasilan dengan mendapatkan pujian dan kekuasaan dari orang lain. Yesus memberi teladan agar orang percaya bukan menjadikan dirinya disukai manusia sebagai sasaran tertinggi, melainkan disukai oleh Bapa Surgawi. Perhatikan 1 Tesalonika 2:4.

Selain Iblis yang meminta agar Yesus melakukan pembuktian bahwa diri-Nya adalah Anak Allah, hal serupa dilakukan oleh para tokoh agama yang bersentuhan dengan Yesus. Hal itu dapat dilihat seperti:
- Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." (Matius 12:38)
- Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya Ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga kepada mereka. (Matius 16:1)
Terhadap permintaan dari tokoh agama yang meminta Yesus melakukan pembuktian diri-Nya, Yesus hanya menunjukkan bahwa mereka akan melihat tanda nabi Yunus sebab sebagaimana Yunus keluar dari perut ikan di dasar lautan, maka Yesus pun akan bangkit dari kematian, naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi pengikutNya.

Tanda nabi Yunus adalah puncak dari pernyataan Yesus bahwa DIA adalah Mesias yang dijanjikan Allah sebab sekalipun Yesus melakukan hal-hal yang ajaib tetap saja dianggap tidak cukup untuk membuktikan bahwa Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan manusia yang terhilang agar mendapatkan keselamatan kekal dalam nama-Nya. Contoh perbuatan Yesus dalam menjalankan misi untuk menyelamatkan manusia yang dilihat oleh orang banyak adalah:
  • Menggunakan perumpamaan: Yesus sering kali menggunakan perumpamaan untuk menyampaikan pesan-pesan Kerajaan Surga. Perumpamaan ini seringkali menantang pendengar untuk berpikir lebih dalam dan menemukan makna tersembunyi di balik cerita-cerita tersebut.
  • Mengutip Kitab Suci: Yesus dengan fasih mengutip kitab suci untuk mendukung klaim-Nya. Ia menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang kitab suci dan bagaimana nubuat-nubuat di dalamnya mengacu pada diri-Nya.
  • Melakukan mukjizat: Meskipun tidak selalu dilakukan sebagai respon langsung atas permintaan untuk membuktikan diri, Yesus melakukan banyak mukjizat seperti menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan menenangkan badai. Mukjizat-mukjizat ini menunjukkan bahwa Ia adalah Anak Allah Yang Berkuasa.
  • Mengajar dengan otoritas: Yesus mengajarkan otoritas yang tidak dimiliki oleh para ahli Taurat dan Farisi. Pengajaran-Nya yang penuh hikmat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari membuat banyak orang terpesona dan percaya kepada-Nya.
  • Menjalani hidup yang kudus tanpa noda: Kehidupan Yesus yang sederhana, penuh kasih, dan pengorbanan menjadi bukti yang kuat tentang kebenaran ajaran-Nya.
Manusia sering terjerumus dengan konsep untuk membuktikan dirinya yang menjadi dorongan yang kuat dalam hidup, namun juga bisa menjadi sumber tekanan yang signifikan. Berikut beberapa alasan umum mengapa seseorang merasa perlu membuktikan diri:
  • Rasa tidak aman: Orang yang merasa tidak aman dengan dirinya sendiri atau kemampuannya seringkali berusaha membuktikan bahwa mereka layak dan mampu. Hal ini bisa dipicu oleh pengalaman masa lalu, perbandingan dengan orang lain, atau standar yang terlalu tinggi yang mereka tetapkan untuk diri sendiri.
  • Pengakuan dan validasi: Kita semua memiliki kebutuhan untuk diakui dan divalidasi oleh orang lain. Ketika seseorang merasa tidak cukup diakui, mereka mungkin berusaha membuktikan diri untuk mendapatkan perhatian, pujian, atau rasa hormat.
  • Keinginan untuk sukses: Ambisi untuk sukses adalah hal yang wajar. Namun, jika dorongan ini terlalu kuat, seseorang mungkin merasa perlu membuktikan diri secara terus-menerus untuk mencapai tujuan.
  • Tekanan sosial: Masyarakat seringkali memiliki ekspektasi tertentu terhadap individu. Tekanan untuk memenuhi ekspektasi ini dapat mendorong seseorang untuk membuktikan dirinya.
  • Trauma masa lalu: Pengalaman traumatis di masa lalu dapat membuat seseorang merasa perlu membuktikan diri untuk mengatasi rasa sakit dan ketidakberdayaan yang pernah mereka alami.
Dalam perkembangan konsep membuktikan diri sendiri berdasarkan filsafat dunia, biasanya menyarankan untuk melakukan sejumlah saran, yaitu:
  1. Terima diri sendiri: Belajar menerima kekurangan dan kekuatan diri adalah langkah pertama yang penting.
  2. Fokus pada proses, bukan hasil: Nikmati perjalanan menuju tujuan Anda, bukan hanya hasil pada akhirnya.
  3. Bangun hubungan yang sehat: Luangkan waktu untuk menjalin hubungan yang berarti dengan orang lain.
  4. Cari dukungan: Bicaralah dengan teman, keluarga, atau terapis tentang perasaan Anda.
  5. Latih rasa syukur: Fokus pada hal-hal positif dalam hidup Anda.
  6. Penting untuk diingat bahwa Anda tidak perlu membuktikan diri kepada siapa pun kecuali diri Anda sendiri. Kebahagiaan sejati datang dari dalam diri sendiri, bukan dari pengakuan orang lain.
Dalam dogma pengajaran Kristen mengenal konsep bukti diri sebagai pengikut Yesus kristus sebagai orang yang beriman, misal:
  • Ada Hubungan yang Mendalam dengan Tuhan, seperti:
    - Doa yang Konsisten: Seseorang yang memiliki hubungan erat dengan Tuhan akan menjadikan doa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya.
    - Mempelajari Firman Tuhan: Mereka akan secara aktif mencari pemahaman yang lebih dalam tentang Alkitab, sebagai sumber kebenaran dan petunjuk kehidupan.
    - Waktu untuk Bersekutu: Mereka akan meluangkan waktu untuk bersekutu dengan sesama orang percaya, membangun komunitas iman.
  • Ada Perubahan Karakter, seperti:
    - Cinta Kasih: Kasih adalah buah Roh yang paling utama. Seorang anak Allah akan menunjukkan kasih sayang kepada semua orang, termasuk musuh.
    - Kebenaran: Mereka akan berusaha hidup dalam kebenaran, menghindari yang bersifat tidak jujur.
    - Damai Sejahtera: Meskipun hidup di dunia yang penuh tantangan, mereka akan memancarkan kedamaian sejahtera yang berasal dari Tuhan.
  • Pengabdian, seperti:
    - Melayani Sesama: Mereka akan merasa terpanggil untuk melayani sesama, baik di dalam maupun di luar gereja.
    - Memberi: Mereka akan dengan senang hati memberi dari apa yang mereka miliki, baik itu waktu, bakat, maupun materi.
  • Pertumbuhan Rohani, seperti:
    - Ada buah Roh: Mereka akan terus bertumbuh dalam buah-buah Roh Kudus, seperti kasih, kegembiraan, kedamaian sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahan lembut, dan penguasaan diri.
    - Mengatasi Dosa: Mereka akan sadar akan dosa-dosa mereka dan berusaha untuk melakukan adaptasi dan meninggalkan dosa.
  • Dalam kehidupan di masyarakat, keberadaannya menjadi antara lain: "Menjadi saksi kristus, menjadi teladan dalam komunitas, memberikan harapan bagi yang tidak punya pengharapan"
Konsep pembuktian diri atau kebutuhan untuk membuktikan nilai diri sendiri merupakan hal menarik perhatian banyak pihak berbagai disiplin ilmu. Selanjutnya dibatasi hanya dalam bidang: psikologi, sosiologi, antropologi, dan iman Kristen. Fokus dan pendekatannya berbeda, semua disiplin ilmu ini merasa membuktikan diri sesuatu yang mempengaruhi perilaku dan interaksinya dengan orang lain. perbedaan konsep pembuktian diri antara lain:
  1. Fokus perhatian:
    - Psikologi: Lebih fokus pada proses kognitif dan emosional yang mendasari kebutuhan untuk membuktikan diri, seperti harga diri, kecemasan sosial, dan kebutuhan akan kompetensi.
    - Sosiologi: Lebih banyak tekanan pada pengaruh sosial dan budaya terhadap pembentukan identitas dan perilaku individu. Sosiologi juga melihat bagaimana struktur sosial dan hierarki mempengaruhi peluang seseorang untuk membuktikan dirinya.
    - Antropologi: Menyelidiki bagaimana konsep diri dan pembuktian diri bervariasi di seluruh budaya dan bagaimana hal ini terkait dengan nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik sosial yang berbeda.
    - Iman Kristen: Mengacu pada pemahaman tentang manusia sebagai ciptaan Allah yang memiliki nilai intrinsik dan tujuan hidup yang lebih besar dari sekedar pengakuan duniawi dimana Kehidupan Kristus Yesus menjadi standar sehingga serupa dengan Kristus adalah hal terbesar.
  2. Konsep Diri:
    - Psikologi: Konsep diri terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman pribadi.
    - Sosiologi: Konsep diri dipengaruhi oleh peran sosial, status, dan kelompok sosial yang diikutinya.
    - Antropologi: Konsep diri sangat dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
    - Iman Kristen: Konsep diri didasarkan pada identitas sebagai anak Allah dan hubungan dengan-Nya.
  3. Motivasi pembuktian diri:
    - Psikologi: Harga diri, kecemasan sosial
    - Sosiologi: Pengakuan sosial, status
    - Antropologi: Nilai-nilai budaya, spiritualitas
    - Iman Kristen: Panggilan untuk melayani
Kasus pembuktian diri dalam masyarakat tidak dapat dilepaskan dengan usaha untuk menyukakan diri sendiri, membuat orang lain senang, dan upaya untuk mendapatkan pengakuan dari Tuhan menjadi sahabat Tuhan yang disukai-Nya. Hal itu dapat disimpulkan seperti:
  • Pembuktian Diri agar disenangi oleh diri sendiri. Hal yang perlu diperhatikan:
    - Motivasi Dasar: Seringkali, dorongan untuk membuktikan diri muncul dari keinginan untuk merasa lebih baik tentang diri sendiri. Dengan mencapai prestasi atau mendapatkan pengakuan, individu berharap dapat meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri.
    - Lingkaran Setan: Jika tidak diimbangi dengan penerimaan diri yang sehat, upaya pembuktian diri bisa menjadi lingkaran setan. Individu terus mencari validasi eksternal, sehingga sulit untuk merasa puas dan bahagia dengan apa yang telah dicapai.
    - Menyukai Diri Sendiri sebagai Fondasi : Sebaliknya, jika seseorang sudah merasa cukup baik dengan dirinya sendiri, kebutuhan untuk terus-menerus membuktikan diri akan berkurang. Menyukai diri sendiri berarti menerima kekurangan dan kelebihan, serta menghargai keunikan diri.
  • Pembuktian Diri agar Orang Lain Senang. Hal yang perlu diperhatikan:
    - Pencarian Penerimaan: Salah satu alasan utama mengapa orang berusaha membuktikan diri adalah untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari orang lain. Dengan melakukan hal-hal yang diharapkan oleh orang lain, individu berharap dapat diterima dan dicintai.
    - Konflik Nilai: Jika motivasi utama adalah untuk menyenangkan orang lain, individu mungkin mengorbankan nilai-nilai dan keinginan pribadinya. Hal ini bisa menyebabkan ketidakpuasan dan konflik batin.
    - Hubungan yang Sehat: Membangun hubungan yang sehat dengan orang lain tidak selalu berarti harus terus-menerus berusaha untuk menyenangkan mereka. Sebaliknya, hubungan yang autentik dibangun atas dasar saling pengertian, penerimaan, dan kejujuran.
  • Pembuktian Diri dan Mendapatkan Pengakuan dari Tuhan. Hal yang perlu diperhatikan:
    - Miskonsepsi: Seringkali, individu salah mengartikan konsep "menyenangkan Tuhan" dengan melakukan tindakan-tindakan yang ekstrem atau mengesankan. Padahal, Allah lebih menghargai ketulusan hati dan kehidupan yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap kekuatan dan segenap akal budi.
    - Kasih Karunia: Dalam pengajaran Kristen, pengakuan dan penerimaan dari Tuhan didasarkan pada kasih karunia-Nya, bukan pada perbuatan baik manusia.
    - Hubungan Pribadi: Tujuan akhir dari hubungan dengan Tuhan adalah membangun hubungan pribadi yang intim dimana hati kita melekat dengan-Nya dan terwujud harapan Tuhan Yesus yang tertulis dalam Yohanes 17:23-26.
Usaha pembuktian diri dalam masyarakat akan berakhir saat nafas kehidupan di bumi telah berhenti. Segala usaha pembuktian diri menjadi catatan saat TUHAN membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu. Manusia dihakimi oleh TUHAN untuk menentukan dimana hidup manusia berakhir saat keabadian menyapa. Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya sebab berhak atas pohon-pohon kehidupan di Yerusalem baru. Setiap usaha pembuktian diri harus menyelaraskan dengan contoh pola yang telah diberikan oleh Yesus Kristus TUHAN dengan memohon kasih karunia-Nya menyertai seumur hidup kita selama diberi kesempatan hidup di dunia.




"A Life That Reflects You"
Verse 1: Sometimes they ask, "Show us your faith," Proof of love that cannot be swayed. But Jesus, You said, "Abide in Me," That in Your presence, we’re set free.
Pre-Chorus We long to be where You are, Lord, Walking in step, in one accord. Let our lives shine bright and true, So the world will see more of You.
Chorus Make us like You, in word and deed, Living the truth that the world needs. Wherever You are, we long to be, A light that shines so all can see. Shape us, mold us, let love overflow, That through our lives, Your grace is known.
Verse 2 Not for our glory, but for Your name, To live a life that never brings shame. Help us, Lord, to be Your hands and feet, Your Spirit in us makes us complete.
Pre-Chorus We long to be Your image here, Bringing hope, casting out fear. In every trial, through every storm, May our hearts in Your love be transformed.
Chorus Make us like You, in word and deed, Living the truth that the world needs. Wherever You are, we long to be, A light that shines so all can see. Shape us, mold us, let love overflow, That through our lives, Your grace is known.
Bridge Refine us, Lord, with holy fire, Align our will with Your desire. Let us please Your heart each day, Walking in Your righteous way.
Chorus Make us like You, in word and deed, Living the truth that the world needs. Wherever You are, we long to be, A light that shines so all can see. Shape us, mold us, let love overflow, That through our lives, Your grace is known.
Outro Wherever You lead, we will follow, With hearts made pure, no more hollow. We are Yours, Lord, through and through, Living a life that reflects You.



Tulisan lainnya:
Politik Pencitraan Berdasarkan Kitab Yesaya
Yesus Dan Integrasi Sosial
Anak Abraham Tetapi Beban Sosial
Jemaat Mula-Mula Disukai Banyak Orang
Nilai Manusia
Gereja Dan Transfformasi Masyarakat Indonesia
Kepribadian Indonesia Modern
Kesempatan Kedua Dari TUHAN



Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat melalui: Kirim Email

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (96) Dogmatika (75) Hermeneutika (75) karakter (42) konseling (81) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (69) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (91) tokoh alkitab (44) Video (9)