Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Jumat, 07 Maret 2025

Program Memanusiakan Masyarakat Tunawisma

Dan inilah tulisan yang tertulis itu: Mene, Mene, Tekel, Uparsin. Daniel 5:25 - MILT

Tulisan itu muncul di dinding istana Raja Belsyazar saat mengadakan perjamuan minum-minum anggur yang besar untuk para pembesarnya sebanyak seribu orang. Dalam kemabukkan anggur, Belsyazar menikahkan orang membawa perkakas emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar dari Bait Suci Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para istri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu. Mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.

Tulisan misterius yang muncul di dinding saat pesta yang diadakan oleh Raja Belsyazar dari Babel yang merupakan pesan langsung dari Tuhan. Pesan ini bukan sekadar kata-kata acak, tetapi memiliki makna profetik yang mendalam. Mene, Mene, Tekel, Uparsin adalah bentuk penghakiman ilahi terhadap Raja Belsyazar dan kerajaannya yang menunjukkan bahwa Tuhan mengawasi tindakan manusia dan akan meminta pertanggungjawaban. Sebagai bentuk pertanggungjawaban maka kekuasaan Belsyazar berakhir karena:
- "Mene" berarti masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri.
- "Tekel" berarti tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan.
- "Peres" berarti kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia.

Ada sejumlah aktivitas para pembesar yang membuat TUHAN ALLAH melakukan perhitungan sehingga seseorang ditimbang oleh Allah dan bila didapati terlalu ringan maka ada hukuman saat penghakiman terjadi. Contoh yang menarik terjadi dalam acara "Nikki Glaser's Mid Show Recap - 82nd Annual Golden Globes" di Los Angeles menjelang kebakaran dashyat menimpa kota tersebut. Seperti Nekadnesar karena sombong maka ia dihalau dari antara manusia sehingga tinggal diantara keledai hutan; dan makanan rumput seperti lembu sampai ia mengakui bahwa Allah, Yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia. Belsyazar anaknya Nebukadnesar yang mengetahui apa yang terjadi pada diri ayahnya namun tetap meninggikan diri dengan mengunakan perkakas Bait Suci. Demikian juga mereka yang hadir di acara "Golden Globes ke -82".

Pernyataan Glaser mencerminkan fakta bahwa Hollywood dan industri hiburan dipandang sangat sekuler dan memusuhi nilai-nilai Kristen tradisional. Meskipun suasana dan sikap yang berlaku dalam bisnis pertunjukan, para bintang tidak ragu untuk bersyukur kepada Tuhan di berbagai upacara penghargaan di masa lalu, termasuk Golden Globes. Pada tahun 2023 , aktris Angela Bassett menyoroti pentingnya keimanan dalam pidato penerimaan yang disampaikan setelah memenangkan Golden Globe untuk Aktris Pendukung Terbaik dalam Film untuk perannya dalam “Wakanda Forever.” Di tahun ini tidak ada pemenang di Golden Globes yang bersyukur kepada TUHAN sebagai cermin bahan pertimbangan bahwa saat ditimbang daerah Hollywood Los Angeles didapati terlalu ringan.

Kebakaran di Los Angeles menambah jumlah orang yang tidak memiliki rumah pribadi dan mengurangi rumah dapat dijual sehingga diduga dapat mempengaruhi pendanaan tunawisma terkait mengenakan kenaikan pajak penjualan setengah sen untuk mendanai program tunawisma, menggantikan langkah pemungutan suara tahun 2017 yang menerapkan kenaikan pajak seperempat sen untuk pendanaan tuna wisma. Otoritas Layanan Tunawisma Los Angeles 2024 (LAHSA) memperkirakan bahwa 75.312 orang mengalami tunawisma di Kabupaten Los Angeles, dan 45.252 di Kota Los Angeles. Pada tahun fiskal 2024-2025, akibat kenaikan pajak maka anggaran yang diproyeksikan mencapai $875 juta. Peristiwa kebakaran awal tahun 2025 akan menambah jumlah orang yang menyewa rumah dan mereka yang terbiasa menyewa tempat tinggal di Los Angeles akan kesulitan karena kebakaran dapat membuat harga sewa tempat tinggal alami kenaikan harga cukup signifikan yang diduga akan berdampak terpaksa hidup ditenda-tenda seperti tunawisma lainnya Hal ini belum memperhitungkan pengaruh diselengarakannya olimpiade di tahun 2028 terhadap biaya sewa tempat tinggal disana. Keadaan di Los Angeles berbeda dengan San Fransisco yang hanya terdapat 8.323 tunawisma.

Peran pemerintahan daerah kabupaten dan kota Los Angeles sangat vital terhadap para tunawisma karena adanya otonomi daerah dan keseimbangan keuangan antara pusat dan daerah sehingga program "housing first" berada di beban pemerintahanan daerah. Program "Housing First" adalah pendekatan yang berfokus pada penyediaan perumahan yang layak dan permanen terlebih dahulu bagi individu yang mengalami tunawisma, tanpa syarat atau ketentuan yang ketat. Setelah mendapatkan tempat tinggal, barulah dukungan dan layanan lain seperti makanan, kesehatan mental, dan pekerjaan diberikan.

Los Angeles adalah tempat dengan populasi tunawisma terbesar di Amerika Serikat. Banyak usaha untuk mengatasi populasi tunawisma yang terus meningkat di kota Los Angeles, California, pemerintah setempat membuka tempat penampungan unik. Diberi nama "Northeast New Beginnings", tempat itu menampung 95 orang. Tidak hanya menyediakan tempat tidur dan makanan, tempat itu juga menyediakan banyak layanan lainnya, termasuk membantu mencarikan pekerjaan dan mengobati kecanduan. Pembangunan tempat penampungan tunawisma unik yang disebut Northeast New Beginnings di Los Angeles dimulai pada 2022. Mengawali 2024, pada 3 Januari, Wali Kota Los Angeles Karen Bass memotong pita untuk meresmikan pembukaan tempat tersebut.

Kompleks bagi tunawisma itu, disebut shelter, akan menampung 95 orang. Ini adalah langkah awal bagi kota itu yang, menurut Los Angeles Homeless Service Authority, memiliki sekitar 46.000 tunawisma. Shelter ini memiliki semua yang dibutuhkan penghuninya, kamar mandi lengkap, dapur yang luas, dan cukup lapang. “Ruangan ini untuk tiga orang. Ada kamar mandi lengkap. Setiap unit disesuaikan, kami cat dengan warna-warna tertentu. Kami menginginkan mereka berada dalam rumah. Kami ingin mereka merasa seperti di rumah sendiri!,” jelas Direktur Program Shelter, Sherrill Morris. Shelter ini dirancang untuk mengajarkan penghuninya cara kembali tinggal di dalam rumah. Pengurusnya membantu mereka mendapatkan pekerjaan, dan jika dibutuhkan, mengajukan tunjangan pengangguran dan tunjangan lain, serta menangani penyalahgunaan narkoba.

Anggota dewan kota Eunisses Hernandez mengatakan ini adalah tampilan baru untuk tempat penampungan sementara. “Biasanya rumah-rumah sementara bentuknya seperti gubuk kecil, hanya tempat orang tidur. Di sini kami menyediakan lebih dari sekadar itu, dan mereka boleh tinggal selama diperlukan sampai mereka mendapatkan tempat tinggal permanen,” jelas Eunisses Hernandez. Hernandez memaparkan, pada 2024, dari alokasi anggaran $13 miliar, pemerintah kota Los Angeles akan membelanjakan sekitar $1 miliar dolar untuk membeli hotel-hotel, yang akan diubah fungsi dan dijadikan tempat penampungan, serta membangun shelter seperti ini bagi tunawisma. Ia menjelaskan,“Proyek ini menelan biaya $16 juta, bukan jumlah yang besar, karena kami mengeluarkan lebih banyak uang untuk hal-hal lain, seperti seragam, helikopter. Ini tidak seberapa bagi anggaran kota, yang miliaran dolar!.”

Dalam beberapa tahun ini, California membelanjakan lebih dari $2 miliar untuk mencoba mengatasi tunawisma, tetapi penduduk setempat belum melihat banyak perubahan. Pada Oktober, Gubernur California Gavin Newsom menandatangani undang-undang yang bisa menahan orang yang menderita kecanduan atau penyakit jiwa dan memaksa mereka untuk berobat.

Savino tinggal di seberang jalan dari tempat penampungan baru tersebut. Selama lima tahun ini dia telah tidur dalam tenda. “Bekerja dan membayar sewa. Uang sewa menyusahkan semua orang, terutama kalau kita tidak punya keluarga di sini. Jadi ya, bagi saya lebih baik tinggal di shelter!,” jelasnya. Savino mengatakan dia akan dengan senang hati melalui hari-hari selama musim dingin di Northeast New Beginnings. Tetapi, daftar tunggu untuk bisa tinggal di sana sangat panjang sehingga dia mungkin baru akan merasakan tinggal di sana pada musim panas mendatang.

Di Amerika Serikat, undang-undang utama pertama yang menangani tunawisma adalah Undang-Undang Bantuan Tunawisma McKinney-Vento tahun 1987. Undang-undang tersebut, yang telah disahkan ulang beberapa kali, menyediakan layanan dasar bagi para tunawisma, dengan penekanan pada layanan darurat. Sejak saat itu, pemerintah federal telah berfokus pada perumahan dan pencegahan tunawisma di kalangan pemuda dan beroperasi di bawah kebijakan “Housing First”―yang memprioritaskan penyediaan tempat tinggal permanen bagi para tunawisma tanpa memerlukan persyaratan tambahan, seperti ketenangan wajib, pekerjaan, atau perawatan narkoba dan kesehatan mental―sejak tahun 2013, ketika Departemen Urusan Veteran (VA) mengadopsi kebijakan tersebut. Kebijakan negara bagian dan lokal sangat berbeda namun dalam tulisan difokuskan ke Los Angeles - California.

National Alliance to End Homelessness , yang mempromosikan kebijakan Housing First, mencatat bahwa program-program tersebut bervariasi. Salah satu modelnya, perumahan pendukung permanen (PSH), menyediakan bantuan sewa jangka panjang dan ditujukan bagi mereka yang memiliki “penyakit kronis, disabilitas, masalah kesehatan mental, atau gangguan penggunaan zat yang telah mengalami tunawisma jangka panjang atau berulang.” Di sisi lain, perumahan cepat menyediakan bantuan sewa jangka pendek. Program Housing First juga menawarkan layanan dukungan opsional.

Kebijakan "Housing First" saat ini menimbulkan pertentangan antara yang setuju dengan yang tidak setuju bahwa program "Housing First" merupakan solusi terbaik untuk menangani tunawisma. Pertentangan tersebut meliputi tiga hal utama, yaitu:
- 1. Percaya bahwa Housing First memecahkan masalah mendesak terkait tidak memiliki rumah sedangkan yang tidak setuju beranggapan Housing First gagal mengatasi akar penyebab tunawisma.
- 2. Setuju bahwa Housing First sepadan dengan biayanya dan menghemat lebih banyak uang pajak daripada alternatif solusi lain yang tidak setuju menyatakan Housing First tidak mengurangi tunawisma dan malah dapat meningkatkan jumlah penduduk tunawisma.
- 3. Berkeyakinan Housing First mengurangi konsekuensi tambahan dari tuna wisma termasuk penyakit dan kejahatan yang tidak setuju mengatakan bahwa Housing First telah gagal―menimbulkan, bukan mengurangi, masalah narkoba dan kesehatan mental yang memicu tuna wisma.

Penjelasan bahwa "Housing First" memecahkan masalah langsung berupa tidak adanya rumah didasarkan pada gagasan sederhana bahwa memecahkan rintangan besar dan mendesak seperti perumahan akan memberikan orang otonomi dan kesempatan untuk memecahkan masalah lain dalam hidup mereka. “Intervensi Housing First berfokus pada membantu orang mencapai stabilitas dalam hal perumahan terlebih dahulu,” jelas Sharon McDonald dari National Alliance to End Homelessness. “Orang yang memiliki rumah memiliki posisi yang lebih baik untuk memanfaatkan layanan pendukung: mereka memiliki stabilitas untuk terlibat dalam pencarian kerja. Mereka memiliki platform yang mereka butuhkan untuk memberikan perawatan dan keberlanjutan bagi anak-anak mereka yang masih kecil. Mereka memiliki perumahan yang aman yang memungkinkan mereka yang ingin mengatasi pengalaman traumatis dengan praktisi yang terampil untuk melakukannya dengan kecepatan yang tidak mengancam dan masuk akal bagi mereka. Mereka memiliki tempat yang aman untuk menyimpan obat-obatan dan memenuhi kebutuhan kesehatan dan kesehatan mental mereka. Tidak adanya bantuan perumahan membuat pencapaian tujuan pribadi menjadi jauh lebih sulit.”

Faktanya, menurut HUD, Housing First bekerja dengan sangat baik untuk “orang-orang dengan kerentanan yang saling terkait, seperti veteran dan orang-orang dengan riwayat penyalahgunaan zat, masalah kesehatan mental, kekerasan dalam rumah tangga, dan kondisi medis kronis seperti HIV/AIDS.” Meminta seseorang untuk mencari bantuan untuk berbagai masalah dengan imbalan tempat tinggal dapat menjadi beban yang berat dan membuat orang tersebut gagal.

Presiden Joe Biden berkata, "Ketika kita menyediakan akses perumahan bagi orang-orang yang mengalami tuna wisma, mereka dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka, melanjutkan pendidikan mereka, mencari pekerjaan tetap, dan membawa stabilitas yang lebih besar dalam kehidupan mereka dan masyarakat di sekitar mereka.... Dengan memastikan lebih banyak orang Amerika memiliki rumah yang aman, stabil, dan terjangkau, kita dapat membangun fondasi yang lebih kuat bagi seluruh Bangsa kita."

Penjelasan bahwa "Housing First" sepadan dengan biayanya dan menghemat lebih banyak uang pembayar pajak daripada apa yang disebut solusi lain. Sebuah studi tahun 2022 menemukan bahwa polis Housing First menghabiskan biaya rata-rata $16.479 per orang per tahun di Amerika Serikat. Meskipun biaya tersebut mungkin tampak mahal jika dihitung untuk populasi tunawisma yang besar, manfaat tahunan rata-rata per orang adalah $18.247, yang berarti manfaat polis Housing First lebih besar daripada biayanya. Menurut laporan tahun 2002, rata-rata orang tunawisma dengan penyakit mental berat menghabiskan sekitar $40.449 per tahun untuk layanan publik termasuk rumah sakit dan tempat penampungan di New York. Namun, ketika orang tersebut mendapatkan tempat tinggal, biaya berkurang sebesar $16.282.

Di Maine, kebijakan Housing First memangkas biaya publik rata-rata tunawisma hingga setengahnya. Ketika diberi tempat tinggal, biaya kontak dengan polisi dipangkas hingga 66%, begitu pula biaya transportasi ambulans, biaya ruang gawat darurat dan penahanan dipangkas hingga 62%, biaya perawatan kesehatan keseluruhan hingga 59%, biaya perawatan kesehatan mental hingga 41%.

Sebuah studi terhadap 51 warga lanjut usia yang tidak memiliki rumah dan ditempatkan di fasilitas perawatan terampil di San Francisco melaporkan pengurangan biaya rumah sakit sebesar $1,46 juta dalam tujuh tahun, atau sekitar $4.482 per orang per tahun.

Urban Institute menemukan bahwa “peningkatan program [Housing First] untuk mengakhiri tunawisma kronis di Denver County [Colorado] akan menelan biaya antara $14,6 dan $18,7 juta per tahun, namun $8,3 juta dari total biaya tersebut akan diimbangi dengan penghematan dalam layanan lain….Selain memberikan hasil yang lebih baik bagi masyarakat, [program] tersebut terbukti merupakan penggunaan uang pembayar pajak yang lebih baik dibandingkan status quo saat ini dari siklus tunawisma-penjara.” Bukan hanya orang-orang yang tidak memiliki rumah saja yang mendapat manfaat dari kebijakan Housing First, demikian pula para pembayar pajak.

Penjelasan bahwa "Perumahan Pertama" mengurangi konsekuensi tambahan dari tuna wisma termasuk penyakit dan kejahatan. “Kamp Tunawisma adalah Bom Waktu Penyakit Menular” adalah judul laporan tahun 2015 dari pemeriksa mayat New Orleans. Mengeluarkan tunawisma dari jalanan dapat membantu memperbaiki situasi ini. Orang-orang yang tidak memiliki rumah memiliki risiko lebih tinggi tertular dan menyebarkan penyakit menular, termasuk HIV , hepatitis A, hepatitis C , infeksi streptokokus invasif grup A , infeksi Shigella , sifilis , dan tuberkulosis (TB) , karena kurangnya sanitasi, fasilitas binatu, vaksinasi, dan layanan kesehatan, antara lain. Menyediakan perumahan menghilangkan faktor risiko dan mencegah infeksi atau memungkinkan pengobatan jika orang tersebut telah terjangkit penyakit menular. Perumahan juga secara langsung membatasi jumlah orang yang dapat tertular penyakit tersebut.

Tunawisma juga dikaitkan dengan tingginya angka penyakit tidak menular termasuk anemia , kecanduan obat-obatan dan alkohol, penyakit pernapasan dan jantung, diabetes , masalah kulit, masalah gigi, dan penyakit mental serius seperti skizofrenia . Sekali lagi, perumahan langsung menghilangkan penyebab dari beberapa masalah kesehatan ini, baik itu paparan unsur-unsur alam, kurangnya makanan bergizi, atau stres karena tidak memiliki rumah. Lebih jauh lagi, kebijakan Housing First dikaitkan dengan “tingkat kepatuhan yang lebih tinggi terhadap pengobatan antipsikotik dan terapi pemeliharaan metadon . Pasien dalam semua program Housing First memiliki konsumsi alkohol rata-rata yang lebih rendah.” Menyediakan rumah memberikan kemampuan untuk fokus pada kesehatan daripada bertahan hidup, yang dapat mengarah pada kepatuhan pengobatan dan perawatan kesehatan lainnya.

Meskipun hubungan antara meningkatnya angka kejahatan dengan tuna wisma masih belum jelas, populasi tuna wisma memang melakukan sejumlah kejahatan kecil seperti tidur di tempat umum, pencurian ringan, dan mengemis. Jika melibatkan narkoba, kejahatan dapat meningkat tingkat keparahannya. Selain itu, tuna wisma terlibat secara tidak proporsional dalam sistem peradilan pidana dengan banyak yang menghabiskan malam di penjara karena berbagai pelanggaran. Namun, kejahatan terhadap tunawisma juga menjadi masalah. Menurut Koalisi Nasional untuk Tunawisma, hampir 2.000 tindak kekerasan telah dilakukan terhadap orang-orang tunawisma termasuk penyerangan seksual, pembakaran, dan sedikitnya 588 pembunuhan. Namun, Biro Kehakiman memperkirakan kurang dari 44% kejahatan kekerasan terhadap tunawisma dilaporkan, yang berarti jumlah kejahatan terhadap tunawisma kemungkinan jauh lebih besar.

Argumen Kontra mengatakan "Housing First" gagal mengatasi akar penyebab tuna wisma didasarkan pada gagasan sederhana bahwa memberikan rumah kepada orang-orang yang tidak memiliki rumah akan memecahkan masalah tuna wisma. Namun, Housing First “mengabaikan bahwa masalah utama bagi para tunawisma kronis bukan hanya kurangnya rumah. Sebuah studi UCLA baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari 75% dari populasi ini memiliki penyakit mental yang serius, dan 75% memiliki masalah penyalahgunaan zat, dan mayoritas memiliki keduanya,” kata Hakim Glock dari Cicero Institute.

Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa perumahan pendukung permanen (PSH) justru dapat mendorong penggunaan narkoba karena pecandu yang sekarang memiliki tempat tinggal memiliki lebih banyak uang dan waktu untuk narkoba, yang pada gilirannya menyebabkan tingkat kejahatan dan kematian yang lebih tinggi. Penelitian lain menunjukkan peningkatan gejala penyakit mental karena PSH meningkatkan isolasi sosial dan tidak memerlukan perawatan kesehatan. Dengan kata lain, orang-orang menjadi tuna wisma karena alasan lain selain sekadar tidak memiliki tempat tinggal tetap. Kemiskinan, perumahan yang tidak terjangkau, perubahan tren ekonomi, penyalahgunaan narkoba, penyakit mental, kesenjangan rasial, kekerasan dalam rumah tangga dan pertikaian keluarga lainnya, pembebasan dari penjara, dan bencana alam semuanya dapat menyebabkan tuna wisma. Perumahan saja tidak akan menyelesaikan kombinasi faktor-faktor tersebut, atau memaksa tuna wisma untuk menghadapi faktor-faktor tersebut, yang telah menyebabkan tuna wisma seseorang.

“Filosofi Housing First secara efektif mengasumsikan bahwa para tunawisma harus tetap berada di bawah naungan negara. Oleh karena itu, sebagian besar hibah Housing First dialokasikan untuk perumahan permanen yang mendukung bagi orang-orang yang membutuhkan dukungan secara permanen, hampir mengabaikan fakta bahwa 47 persen tunawisma mampu menjadi mandiri berdasarkan program-program sebelumnya,” yang menjadi dasar bagi program kesehatan mental, penyalahgunaan zat, dan program bantuan lainnya, jelas Christopher Calton dari Independent Institute.

Argumen kontra lainnya bahwa "Housing First" tidak mengurangi tuna wisma dan malah meningkatkan populasi tuna wisma. Secara nasional, unit perumahan pendukung permanen (PSH) meningkat sebesar 31% antara tahun 2018 dan 2023. Jika kebijakan Housing First berhasil, populasi tunawisma akan berkurang setidaknya dalam jumlah yang sama. Namun, populasi tunawisma kronis tumbuh sebesar 60%. Faktanya menunjukkan bahwa populasi tunawisma telah meningkat di bawah kebijakan Housing First.

Arizona memiliki populasi tunawisma sebanyak 9.435 orang pada bulan Januari 2024, meskipun memiliki 9.797 unit PSH pada bulan Desember 2023. Seperti yang dicatat oleh Hakim Glock, “Negara bagian Arizona telah membangun lebih dari 7.000 rumah permanen untuk para tunawisma sejak tahun 2010, cukup untuk menampung setiap orang yang tidak memiliki tempat tinggal ketika mereka mulai membangunnya, tetapi jumlah warga Arizona yang tinggal di jalanan telah meningkat sebesar 50% dalam beberapa tahun terakhir.”

Kota-kota dengan kebijakan Housing First di California meningkatkan jumlah unit PSH sebanyak 25.000 antara tahun 2010 dan 2019, yang mana selama kurun waktu tersebut jumlah tunawisma yang tidak memiliki tempat tinggal meningkat sebesar 50%. California mengadopsi kebijakan Housing First di seluruh negara bagian pada tahun 2016 ketika jumlah tunawisma mencapai 31.548. Pada tahun 2022, jumlah tersebut telah meningkat menjadi 60.905.

Utah pertama kali menerapkan kebijakan Housing First pada tahun 2005. Pada tahun 2010, negara bagian tersebut menghitung 406 orang yang “tunawisma kronis”. Pada tahun 2022, jumlah tersebut hampir dua kali lipat menjadi 792.

Rachel Sheffield dari Heritage Foundation berspekulasi bahwa “beberapa orang mungkin tinggal di perumahan permanen yang mendukung lebih lama daripada jika mereka tetap menjadi tuna wisma, menempati unit yang seharusnya tersedia untuk orang lain. Yang lain mungkin bermigrasi ke daerah yang menawarkan perumahan permanen yang mendukung. Housing First juga dapat memberi insentif kepada orang untuk tetap menjadi tuna wisma lebih lama agar dapat menerima perumahan gratis.”

Argumen kontra butir ke-3 adalah "Housing First" telah gagal―menimbulkan, bukan meringankan, masalah narkoba dan kesehatan mental yang memacu tuna wisma. Para tunawisma butuh bantuan, tetapi kota-kota kita juga butuh bantuan. Untuk menjaga ketertiban di kota-kota kita, kita harus meminta pertanggungjawaban semua warga negara, termasuk para tunawisma, terhadap aturan hukum. Memberikan mereka rumah gratis saja bukanlah jawabannya. “Dulu ada harapan bahwa perumahan saja dapat membantu mengurangi penggunaan narkoba dan masalah kesehatan mental. Namun, penelitian kini menunjukkan bahwa sekadar menyediakan perumahan bersubsidi tidak mengurangi penggunaan narkoba, dan sering kali mendorongnya, yang masuk akal karena tidak ada perawatan wajib . . . dan unit gratis memberi orang lebih banyak uang untuk melanjutkan kebiasaan mereka,” lapor Hakim Glock. Penargetan secara khusus terhadap individu atau populasi tunawisma tertentu akan memberikan hasil yang lebih baik daripada reaksi sementara seperti kebijakan Housing First.

“Meskipun ada beberapa harapan awal, hasilnya sudah ada, dan sekarang kita tahu bahwa Housing First telah gagal,” tulis Glock. “Kebijakan ini mahal, tidak efektif, dan sering kali kontraproduktif. Meskipun beberapa orang mungkin mendapat manfaat dari [kebijakan Housing First], sebagai satu-satunya strategi untuk 'mengakhiri tunawisma,' kebijakan ini telah dan akan terus menggagalkan kota-kota yang menerapkannya.”

Selain itu, negara-negara perlu terlebih dahulu menghitung dan mengevaluasi populasi tunawisma dan terus melakukannya. Menghitung populasi pada satu hari di bulan Januari adalah tindakan yang tidak akurat dan juga merupakan tindakan yang lalai. Dengan demikian, kebijakan dapat dipertimbangkan dan ditetapkan untuk membantu populasi tunawisma, termasuk tetapi tidak terbatas pada mereka yang tinggal di mobil, di jalanan, dan di tempat penampungan.

Misalnya, salah satu solusi yang disebut Built for Zero menggunakan “akuntansi komprehensif setiap orang yang mengalami tunawisma di daerah setempat, terlepas dari status tempat tinggal atau tidak, yang diperbarui setidaknya setiap bulan” dan kemudian “memanfaatkan data ini untuk melacak perubahan pada tingkat populasi, seperti arus masuk dan keluar, yang sangat penting untuk membuat investasi dan perubahan yang ditargetkan pada sistem. Dan umpan balik cepat ini memberi tahu mereka apakah mereka mendorong pengurangan tunawisma yang andal, dan menginformasikan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan lebih adaptif. Ini termasuk cara menggunakan sumber daya vital, seperti pendanaan, persediaan perumahan, dan layanan masyarakat lainnya.”

Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan dana untuk kesehatan mental dan kecanduan kepada populasi tuna wisma, menyiapkan lokasi khusus untuk tenda atau melarang keberadaan kota tenda, memperluas tempat penampungan, memperbolehkan pasien yang dirawat di institusi kesehatan mental, dan menciptakan akuntabilitas untuk semua program yang membantu populasi tuna wisma.

Program dan kebijaksanaan "Housing First" bila dilihat dari layanan gereja secara holistik atau wholistik dimasukkan kategori sebagai "proyek benih". Tanda utama bahwa sesuatu termasuk "proyek benih" harus dibungkus dengan doa sehingga memungkinkan diidentifikasikan, dipimpin dan diperdayakan oleh Roh Kudus melalui doa. Hal pertama kalinya karakter Disney digambarkan sedang memanjatkan doa Kristen secara eksplisit sejak film "The Hunchback of Notre Dame" tahun 1996 dan lagunya " God Help the Outcasts ," yang memuat lirik, "Tuhan tolonglah orang-orang buangan/ Lapar sejak lahir/ Tunjukkan belas kasihan kepada mereka/ Mereka tidak menemukannya di bumi/ Tuhan tolonglah umatku/ Kami berharap kepada-Mu/ Tuhan tetap tolonglah orang-orang buangan/ Atau tak seorang pun akan melakukannya." Setelah 1996 alami kevakuman menampilkan doa dalam karya film animasi anak-anak sampai muncul serial animasi terbaru Disney Pixar, "Win or Lose," telah memicu badai budaya dengan memperkenalkan karakter Kristen eksplisit pertamanya dalam hampir dua dekade — sebuah langkah yang sangat kontras dengan keputusan studio baru-baru ini untuk menghapus alur cerita transgender dari proyek yang sama. "Win or Lose," yang tayang perdana di Disney+ pada 19 Februari 2025, setelah ditunda dari rencana tayang perdananya pada 2023, berlatar di dunia film "Inside Out" milik Pixar yang penuh keajaiban. Sedikit dimunculkan doa dalam film di Hollywood sebagai pertanda bahwa doa dianggap hal yang kurang relevan dari kehidupan di dunia seni di Hollywood. Apakah ada hubungannya antara Hollywood dengan penduduk di Los Angeles dalam hal berdoa? Bila ada maka "Housing First" tidak diisi oleh sisi positif dari nilai yang ada dalam "proyek benih" melainkan semata-mata memenuhi tuntutan undang-undang serta tekanan publik dan media massa lokal terhadap keberadaan tunawisma.

Program "Housing First" akan bermakna dihadapan TUHAN bila selain dibungkus oleh doa, juga memperhatikan hal-hal lainnya seperti:
- Bila program dilakukan dengan bercermin kepada hati Allah yang penuh belas kasihan terhadap tunawisma yang alami "kehancuran"
- Bila program termotivasi oleh kehendak Allah dan dilaksanakan dengan kekuatan Allah.
- Program juga harus direncanakan dengan bijak dan melibatkan TUHAN yaitu Roh Kudus.
- Mereka yang memperoleh manfaat dari proyek benih sedapat mungkin berpartisipasi dalam proyek benih.
- dievaluasi dengan standar Kerajaan Allah.

Dalam Injil Markus 14:7, Yesus mengatakan bahwa orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapa menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Berdasarkan ucapan Yesus maka yang namanya orang miskin termasuk kelompok tunawisma cenderung tetap ada disekeliling kita sekalipun diantara mereka dibantu sehingga keluar dari zona kemiskinan. Ini tidak berarti Yesus menerima atau membenarkan kemiskinan, tetapi mengakui realitas keberadaan orang miskin selalu ada dan menekankan tanggung jawab untuk menolong orang miskin. Kesempatan untuk berbuat baik kepada mereka selalu ada yang mengingatkan akan pentingnya kasih dan belas kasihan terhadap orang-orang yang membutuhkan. Yesus mengajarkan bahwa tindakan kita terhadap orang miskin mencerminkan kasih kita kepada-Nya. Sisi lain dari hal itu Yesus sedang membela tindakan seorang perempuan yang meminyaki-Nya dengan minyak narwastu yang mahal. Yesus menunjukkan bahwa tindakan kasih dan penghormatan kepada-Nya memiliki nilai yang lebih tinggi daripada sekadar memberikan uang kepada orang miskin.

Tulisan di dinding "Mene, Mene, Tekel, Uparsin" berbicara "Kedaulatan Tuhan" atas semua kerajaan di bumi sebab Tuhan memiliki kuasa untuk mengangkat dan menjatuhkan penguasa sesuai dengan kehendak-Nya berdasarkan penilaian-Nya terkait didapatinya raja Belsyazar terlalu ringan di mata TUHAN dan mungkin hal serupa terjadi di kalangan aktor dan aktris pemenang Golden Globes yang merayakan keunggulan dalam film dan televisi di Beverly Hilton Hotel, Beverly Hills, Amerika Serikat. Kilas balik mencatat pidato setelah menerima Golden Globe untuk Aktor Terbaik dalam Drama pada tahun 2017, aktor Casey Affleck menyatakan, "Tuhan adalah Cinta." Affleck mengakui bahwa aktor Denzel Washington telah mengatakan kata-kata yang sama di atas panggung selama upacara penghargaan sebelumnya. Situasi saat ini telah menjadi terlalu ringan sehingga berdampak kebakaran di tempat kediaman sejumlah tokoh terkenal di Hollywood dimana yang selamat hanyalah bangunan yang dirancang tahan api dan atau karena kemurahan TUHAN terkait bermurah hati (Matius 5:7).

Murah hati kepada orang miskin termasuk tunawisma sesuatu yang sulit ditemukan terlebih setelah terjadi kriminalisasi tuna wisma bagaimana undang-undang gelandangan mengkriminalisasi tuna wisma. Pada tanggal 28 Juni 2024, Mahkamah Agung AS memutuskan dalam kasus City of Grants Pass v. Johnson et al. bahwa kota-kota diizinkan untuk melarang orang tidur dan berkemah di tempat umum, sehingga membatalkan lusinan undang-undang dan kebijakan yang melarang kriminalisasi tunawisma. Ucapan Yesus tidak berubah. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan

Program kemanusiaan yang memanusiakan masyarakat tunawisma ataau orang miskin sesuai prinsip yang diajarkan Yesus maka akan dinilai oleh Yesus menjadi sesuatu yang bermakna bila hidup orang tersebut murah hatinya dan janji TUHAN akan beroleh kemurahan. Murah hati seseorang bila dianggap ringan maka mungkin akan alami hal-hal yang tidak diharapkan.






Tulisan lainnya di werua blog:
Berbahagia Yang Murah Hati
Karunia Memberi Dan Ajaran Alkitab
Pola Bisnis Allah Dan Sistem manajemen Manusia
Jemaat Mula-mula Disukai Banyak Orang
Sembah ALLAH, Dia Murah Hati Berdasarkan Mazmur
Biografi Mefiboset Bin Yonatan
Dari Narsis Kepada Penyembahan Diri Sendiri
Antara Orang Miskin Dan Orang Kaya Berdasarkan Lukas
Ajaran Memberi Sumbangan Berdasarkan Alkitab
Orang Kikir Dan Permasalahannya


Share this

Random Posts

Label Mobile

Dogmatika (75) Hermeneutika (77) Lainnya (96) Resensi buku (9) Sains (54) Sistimatika (71) Video (9) biblika (84) budaya (50) dasar iman (100) karakter (44) konseling (84) manajemen (71) pendidikan (59) peristiwa (71) sospol (66) spritualitas (93) tokoh alkitab (44)