Ayat di atas menerangkan bahwa para imam kepala dan Sinhedron (mahkamah agama) mencari bukti untuk menghukum mati Yesus. Mereka tidak menemukan bukti yang kuat, tetapi tetap mencari cara untuk menyingkirkan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki motif politik untuk menyingkirkan Yesus, bukan karena alasan agama yang sah. Untuk mencapai tujuan maka tampillah banyak orang memberikan kesaksian palsu, tetapi kesaksian mereka tidak cocok. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menggunakan tuduhan palsu untuk mencapai tujuan politik mereka. Agar tujuan politik menyingkirkan Yesus dari masyarakat luas dengan dikenakan hukuman mati akhirnya mengunakan tuduhan hal keagamaan sebab Yesus tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis.
Penggunaan tuduhan agama terlihat dalam ayat 60-61 yang tertulis Imam besar bertanya kepada Yesus apakah Dia adalah Mesias, Anak yang beruntung, Bapa yang di sorga. Yesus menjawab dengan mengakui bahwa Dia adalah Anak Manusia yang akan datang di awan langit. Imam besar menggunakan jawaban ini sebagai dasar untuk menghukum Yesus karena dianggap menghina Allah. Yesus mengatakan yang sebenarnya bahwa DIA adalah Mesias yang sesungguhnya namun hal itu ditolak oleh pemuka agama. Imam besar mengoyakkan bajunya dan menghukum Yesus bersalah karena dianggap menghina Allah. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menggunakan tuduhan agama untuk mencapai tujuan politik mereka.
Politisasi agama untuk menjerat Yesus dilanjutkan dengan melakukan kerjasama dengan pihak Romawi. Hal ini sesuatu yang nyata-nyata diketahui banyak orang karena setelah menghukum Yesus bersalah, para pemuka agama membawa-Nya ke hadapan Pilatus, gubernur Romawi. Mereka menggunakan tuduhan bahwa Yesus mengaku sebagai raja, yang dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menggunakan sentimen agama untuk mendapatkan dukungan politik dari pihak Romawi.
Dampak politisasi agama yang dilakukan para imam seharusnya menggunakan agama untuk kepentingan moral dan keadilan sosial tetapi dilakukan semata-mata karena egois sehingga menimbulkan diskriminatif dengan peristiwa tidak pantas menimpa Yesus, yaitu:
- Kekerasan dan Persekusi: Yesus mengalami kekerasan fisik dan psikis dari para prajurit yang menahannya. Dia dianiaya dan diperlakukan dengan tidak adil.
- Ketidakadilan dan Diskriminasi: Para pemuka agama menggunakan sentimen agama untuk menuduh Yesus menghina Allah, sehingga mereka dapat mendapatkan dukungan politik dari pihak Romawi. Hal ini menciptakan lingkungan yang intoleran dan diskriminatif.
- Pembagian dan Ketegangan Sosial: Politisasi agama menciptakan ketegangan sosial di antara kelompok-kelompok dengan latar belakang agama yang berbeda. Hal ini memecah belah masyarakat dan menciptakan lingkungan yang tidak harmonis.
Biasanya pemimpin agama melakukan politisasi agama karena berbagai alasan, yang seringkali terkait dengan kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan politik. Penjelasannya seperti contoh di bawah ini:
- Mencari Kekuasaan dan Pengaruh:
- Ambisi Pribadi: Pemimpin agama mungkin memiliki ambisi pribadi untuk mendapatkan kekuasaan dan pengaruh lebih besar. Dengan menggunakan agama sebagai alat politik, mereka dapat memobilisasi massa dan mendapatkan dukungan politik yang signifikan.
- Penguatan Posisi: Politisasi agama dapat membantu pemimpin agama memperkuat posisinya dalam masyarakat dan mengamankan dukungan dari pihak berkuasa. Hal ini dapat memberikan mereka lebih banyak kontrol dan kekuatan dalam mengatur kehidupan sosial dan politik. - Mengamankan Sumber Daya dan Dana:
- Pendanaan dan Sumber Daya: Politisasi agama dapat membantu pemimpin agama mengamankan pendanaan dan sumber daya dari pemerintah atau kelompok-kelompok politik. Hal ini dapat digunakan untuk memperluas kegiatan agama atau untuk kepentingan pribadi.
- Kontrol atas Sumber Daya: Dengan mendapatkan dukungan politik, pemimpin agama dapat memiliki lebih banyak kontrol atas sumber daya dan kebijakan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Hal ini dapat memberikan mereka lebih banyak kekuatan dalam mengatur dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari orang-orang. - Mengendalikan Masyarakat:
- Mobilisasi Massa: Politisasi agama dapat digunakan untuk memobilisasi massa dengan menggunakan sentimen agama yang kuat. Hal ini dapat membantu pemimpin agama untuk mengendalikan masyarakat dan mempengaruhi keputusan politik.
- Pengendalian Sosial: Dengan menggunakan agama sebagai alat politik, pemimpin agama dapat mengendalikan perilaku dan pandangan masyarakat. Hal ini dapat membantu mereka mempertahankan status quo atau mendorong agenda tertentu. - Mengatasi Ancaman dan Persaingan:
- Ancaman Internal: Pemimpin agama mungkin merasa terancam oleh kelompok-kelompok lain atau individu yang memiliki pandangan berbeda. Politisasi agama dapat digunakan untuk menyingkirkan atau menekan ancaman ini.
- Persaingan Politik: Dalam konteks politik, pemimpin agama mungkin menggunakan agama untuk bersaing dengan kelompok-kelompok politik lain. Hal ini dapat membantu mereka memperkuat posisi mereka dalam kontestasi politik.
- Mengamankan Dukungan dari Pihak Berkuasa:
- Dukungan Politik: Pemimpin agama mungkin menggunakan agama untuk mendapatkan dukungan dari pihak berkuasa, seperti pemerintah atau kelompok-kelompok politik. Hal ini dapat membantu mereka memperkuat posisi mereka dan mempengaruhi kebijakan pemerintah.
- Perlindungan dan Privilese: Dengan mendapatkan dukungan dari pihak berkuasa, pemimpin agama dapat mendapatkan perlindungan dan privilese tertentu. Hal ini dapat membantu mereka mempertahankan kekuasaan dan pengaruh mereka dalam masyarakat. - Mengatasi Masalah Sosial:
- Keadilan Sosial: Dalam beberapa kasus, pemimpin agama mungkin menggunakan agama untuk memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat membantu mereka memperbaiki kehidupan masyarakat dan mengatasi masalah sosial yang ada.
- Pengorganisasian Masyarakat: Politisasi agama dapat digunakan untuk mengorganisasi masyarakat dan membangun kekuatan kolektif. Hal ini dapat membantu mereka memperjuangkan hak-hak masyarakat dan menciptakan perubahan sosial yang positif. - Mengatasi Krisis Kepercayaan:
- Krisis Kepercayaan: Dalam beberapa kasus, pemimpin agama mungkin menggunakan agama untuk mengatasi krisis kepercayaan dalam masyarakat. Hal ini dapat membantu mereka memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap agama dan pemimpin agama.
- Pemulihan Kepercayaan: Politisasi agama dapat digunakan untuk memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap agama dan pemimpin agama. Hal ini dapat membantu mereka memperkuat posisi mereka dan mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Terkait sikap berpolitik Yesus Kristus, berdasarkan berita dalam Injil antara lain berupa:
- Menolak Tawaran Kekuasaan Dunia kepada Yesus. Hal ini jelas diungkapkan dalam Matius 4:8-11, Iblis menawarkan kepada Yesus kekuasaan atas semua kerajaan dunia. Yesus menolak tawaran tersebut, menunjukkan bahwa Dia tidak tertarik dengan kekuasaan dunia yang sifatnya sementara dan berpotensi menimbulkan ketidakadilan. Hal ini juga menunjukkan bahwa Yesus lebih fokus pada pengajaran dan pelayanan spiritual daripada terlibat dalam politik praktis.
- Pengajaran Yesus tentang Pembayaran Pajak, berdasarkan berita dalam Markus 12:13-17, Yesus ditanya oleh beberapa murid orang Farisi dan pengikut Herodes tentang kewajiban membayar pajak kepada Roma. Yesus menjawab dengan mengatakan, “Bayarlah kembali perkara-perkara Kaisar kepada Kaisar, tetapi perkara-perkara Allah kepada Allah.” Jawaban ini menunjukkan bahwa Yesus menetapkan batasan antara urusan politik dan urusan agama, dan Dia tidak mendukung penggunaan agama untuk mencapai tujuan politik.
- Gerakan Moral dan Keadilan Sosial, berdasarkan berita dalam Alkitab, terdapat juga contoh tentang penggunaan agama untuk kepentingan moral dan keadilan sosial. Misalnya, para nabi dalam Alkitab sering mengkritik pemerintah yang korup dan memperjuangkan keadilan bagi orang miskin, yatim-piatu, dan janda-janda. Gerakan kebangkitan spiritual selalu bersamaan dengan gerakan menegakkan keadilan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa agama dapat digunakan untuk kepentingan yang positif, yaitu memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
- Model Politik Kenabian, yaitu politik moral yang melakukan gerakan untuk memperbaiki kemerosotan di tengah masyarakat. Yesus menghindari politik identitas dan tidak mencari kekuasaan politik. Sebaliknya, Dia membangun landasan moral demi menggapai kekuasaan yang baik melalui pengajaran dan tindakan yang digerakkan demi kesejahteraan orang banyak
Yesus menunjukkan teladan politik kenabian yang sangat berbeda dari politik konvensional. Politik kenabian yang dicontohkan oleh Yesus memiliki dampak yang signifikan dan memberikan teladan yang berharga bagi kita. Beberapa dampak dan teladan tersebut adalah:
- Dampak Politik Kenabian Yesus:
- Kesadaran Sosial dan Keadilan: Yesus menyoroti masalah-masalah sosial dan ketidakadilan yang ada pada masanya. Dia mengutuk para pemimpin agama yang munafik dan mengeksploitasi rakyat jelata. Yesus mengajarkan tentang keadilan sosial dan kesejahteraan bagi orang miskin dan terpinggirkan.
- Pemberontakan terhadap Kekuasaan Dominan: Yesus dianggap sebagai ancaman oleh para pemimpin agama dan pemerintah Romawi karena Dia membawa pesan revolusi sosio-politik. Dia menantang kekuasaan yang ada dengan mengajarkan tentang kerajaan Allah yang berbeda dari kekuasaan dunia.
- Kerendahan Hati dan Pengabdian: Yesus menunjukkan teladan kerendahan hati dan pengabdian kepada Allah dan manusia. Dia tidak mencari kekuasaan atau pengakuan dunia, tetapi fokus pada pelayanan dan pengorbanan. - Teladan Politik Kenabian Yesus:
- Pengajaran tentang Keadilan dan Kesetaraan: Yesus mengajarkan tentang keadilan dan kesetaraan, menekankan bahwa tidak ada lagi perbedaan antara orang Yahudi, orang Yunani, hamba atau orang merdeka, laki-laki atau perempuan di dalam Kristus. Hal ini menciptakan kesadaran tentang hak-hak manusia dan keadilan sosial.
- Penggunaan Kekuatan Spiritual untuk Kebaikan: Yesus menggunakan kekuatan spiritual-Nya untuk memperjuangkan kebaikan dan keadilan, bukan untuk mencari kekuasaan atau pengaruh dunia. Dia menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada pengabdian dan pengorbanan.
- Penghormatan terhadap Otoritas yang Sah: Meskipun Yesus menantang kekuasaan yang tidak adil, Dia juga mengajarkan untuk menghormati otoritas yang sah. Dia mengatakan, "Bayarlah kembali perkara-perkara Kaisar kepada Kaisar, tetapi perkara-perkara Allah kepada Allah" (Matius 22:21). Hal ini menunjukkan bahwa kita harus menghormati otoritas yang sah, tetapi juga tidak boleh melupakan kewajiban kita kepada Allah.
Yesus dalam bersikap di bidang politik menunjukkan sikap yang tegas dan bijak dalam menghadapi politisasi agama yang dilakukan oleh pemimpin agama Yahudi terhadap diri-Nya. Beberapa sikap yang ditunjukkan oleh Yesus adalah seperti:
- Menolak Politisasi Agama. Yesus menolak untuk terlibat dalam politisasi agama yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi. Dia tidak menjadi anggota dari salah satu partai politik atau mazhab agama yang ada pada masanya, seperti Partai Eseni, Partai Sikari atau Zelot, Partai Saduki, atau Partai Farisi. Yesus fokus pada pengajaran dan pelayanan spiritual, bukan pada kekuasaan politik.
- Mengungkap Motif yang Sebenarnya. Yesus sering mengungkap motif yang sebenarnya dari para pemimpin agama. Dia menunjukkan bahwa mereka tidak bertindak karena kepentingan agama yang murni, tetapi karena iri hati, kebencian, dan keinginan untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Yesus tidak takut untuk mengekspos kebenaran di depan mereka, meskipun hal ini membuatnya menjadi target dari kebencian dan persekusi.
- Mengajarkan Pemisahan antara Agama dan Negara. Yesus mengajarkan bahwa agama dan negara adalah dua hal yang berbeda, yang memiliki bidang, urusan, tugas, dan wewenang masing-masing. Dalam Injil Matius 22:21, Dia mengatakan, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, tetapi perkara-perkara Allah kepada Allah." Hal ini menunjukkan bahwa Yesus mengajarkan untuk menghormati otoritas yang sah, tetapi juga tidak boleh melupakan kewajiban kita kepada Allah.
- Menjadi Contoh Kasih dan Pengabdian. Yesus menunjukkan teladan kasih dan pengabdian kepada Allah dan manusia. Dia tidak mencari kekuasaan atau pengakuan dunia, tetapi fokus pada pelayanan dan pengorbanan. Yesus mengajarkan bahwa kekuatan sejati terletak pada pengabdian dan pengorbanan, bukan pada kekuasaan atau pengaruh dunia.
- Mengkritik Sikap Munafik. Yesus mengkritik para pemimpin agama yang munafik dan mengeksploitasi rakyat jelata. Dia mengutuk mereka karena mereka lebih fokus pada kekuasaan dan pengaruh daripada pada pengabdian kepada Allah dan manusia. Yesus menunjukkan bahwa agama seharusnya menjadi sumber kebaikan dan keadilan, bukan alat untuk mencapai tujuan politik.
Yesus pun merasakan dan mengalami menjadi korban politisasi agama yang dilakukan oleh mahkamah agama yang berkuasa. Yesus menunjukkan sikap yang penuh dengan kesabaran, pengampunan, dan pengorbanan. Beberapa hal yang dilakukan oleh Yesus dalam situasi tersebut:
- Mengalami Penangkapan dan Pengadilan. Yesus ditangkap oleh para prajurit dan dibawa ke hadapan mahkamah agama yang dipimpin oleh imam besar dan tua-tua bangsa Yahudi. Mereka mencari alasan untuk menghukum mati Dia, tetapi tidak menemukan bukti yang kuat. Akhirnya, mereka menggunakan tuduhan bahwa Yesus mengaku sebagai Mesias dan Anak Allah untuk menghukum-Nya (Markus 14:53-65).
- Menghadapi Pengadilan di Hadapan Pilatus. Setelah dihukum bersalah oleh mahkamah agama, Yesus dibawa ke hadapan Pilatus, gubernur Romawi. Para pemuka agama menggunakan tuduhan bahwa Yesus mengaku sebagai raja untuk mendapatkan dukungan politik dari pihak Romawi. Pilatus, setelah menyelidiki, menemukan bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi karena tekanan dari para pemuka agama dan kerumunan orang, akhirnya menghukum Yesus untuk disalib (Markus 15:1-15).
- Mengalami Penyaliban. Yesus dihukum disalib di atas bukit Golgota. Selama penyaliban, Dia mengalami penghinaan, kekerasan fisik, dan penganiayaan yang sangat berat. Namun, Yesus tetap menunjukkan sikap pengampunan dan pengorbanan. Dia mengatakan, "Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Hal ini menunjukkan bahwa Yesus tetap penuh dengan kasih dan pengampunan, meskipun Dia menjadi korban politisasi agama.
- Mengajarkan Pengampunan dan Pengorbanan. Meskipun Yesus mengalami penghinaan dan penganiayaan yang sangat berat, Dia tetap mengajarkan tentang pengampunan dan pengorbanan. Dia menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada pengabdian dan pengorbanan, bukan pada balas dendam atau kekuasaan. Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengampuni orang yang berdosa terhadap kita, bahkan jika mereka melakukan hal yang sangat buruk.
- Menjadi Contoh Kasih dan Pengabdian. Yesus menunjukkan teladan kasih dan pengabdian yang sempurna. Dia tidak mencari kekuasaan atau pengakuan dunia, tetapi fokus pada pelayanan dan pengorbanan. Yesus mengajarkan bahwa kekuatan sejati terletak pada pengabdian dan pengorbanan, bukan pada kekuasaan atau pengaruh dunia. Dia menjadi contoh yang sempurna bagi kita dalam menghadapi kesulitan dan penganiayaan.
- Mengajarkan Keadilan dan Kebenaran. Meskipun Yesus menjadi korban politisasi agama, Dia tetap mengajarkan tentang keadilan dan kebenaran. Dia menunjukkan bahwa kebenaran akan menang, meskipun dalam jangka pendek mungkin terlihat bahwa kekuasaan dan politik yang tidak adil menang. Yesus mengajarkan bahwa kita harus tetap setia pada kebenaran dan keadilan, meskipun kita menghadapi kesulitan dan penganiayaan.
Setelah melakukan politisasi agama terhadap Yesus, mahkamah agama yang dipimpin oleh para pemuka agama Yahudi mendapatkan beberapa hal yang sebenarnya tidak memberikan keuntungan jangka panjang bagi mereka. Beberapa hal yang didapat oleh mahkamah agama setelah melakukan politisasi agama terhadap Yesus antara lain:
- Penghukuman dan Pembenaran Politik
- Mendapatkan Dukungan Politik: Mahkamah agama berhasil mendapatkan dukungan politik dari pihak Romawi untuk menghukum mati Yesus. Mereka menggunakan tuduhan bahwa Yesus mengaku sebagai raja dan menghina Allah untuk membenarkan tindakan mereka di hadapan Pilatus, gubernur Romawi (Markus 15:1-15).
- Pembenaran Kepada Masyarakat: Dengan menghukum Yesus, mereka berusaha membenarkan tindakan mereka kepada masyarakat Yahudi, yang mungkin merasa terancam oleh pengajaran Yesus. Mereka menggunakan sentimen agama untuk memprovokasi orang banyak dan mendapatkan dukungan dari kelompok-kelompok yang takut dengan perubahan yang dibawa oleh Yesus. - Kesementaraan Kekuasaan
- Pertahankan Kekuasaan Jangka Pendek: Dengan menghukum Yesus, para pemuka agama merasa bahwa mereka telah menghilangkan ancaman terhadap kekuasaan mereka. Mereka berharap bahwa dengan menyingkirkan Yesus, mereka dapat mempertahankan posisi dan kekuasaan mereka dalam masyarakat Yahudi.
- Pengakuan dan Kepuasan Pribadi: Bagi beberapa pemuka agama, menghukum Yesus memberikan pengakuan dan kepuasan pribadi. Mereka merasa bahwa mereka telah berhasil melawan orang yang dianggap sebagai ancaman terhadap tradisi dan kekuasaan mereka. - Ketidakadilan dan Kekerasan
- Penganiayaan dan Kekerasan: Proses penangkapan, pengadilan, dan penyaliban Yesus melibatkan banyak kekerasan dan ketidakadilan. Para pemuka agama menggunakan kekuasaan mereka untuk menganiaya Yesus dan mendapatkan dukungan dari pihak Romawi untuk melakukan hal tersebut.
- Penghinaan dan Penindasan: Yesus dianiaya, dihina, dan diperlakukan dengan tidak adil. Para pemuka agama menggunakan sentimen agama untuk membenarkan tindakan mereka, meskipun hal ini jelas melanggar prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran. - Ketegangan dan Konflik
- Ketegangan Sosial: Tindakan para pemuka agama menciptakan ketegangan sosial yang besar. Meskipun mereka berhasil menghukum Yesus, tindakan tersebut tidak menghilangkan ketegangan dan konflik dalam masyarakat. Sebaliknya, hal ini memperburuk ketegangan dan menciptakan lingkungan yang lebih tidak harmonis.
- Persepsi Negatif: Tindakan para pemuka agama terhadap Yesus menciptakan persepsi negatif tentang mereka di mata masyarakat. Banyak orang mulai meragukan kebenaran dan keadilan dari tindakan mereka, dan hal ini dapat merusak reputasi mereka dalam jangka panjang. - Kebangkitan dan Penggenapan Janji Allah
- Kebangkitan Yesus: Meskipun para pemuka agama berhasil menghukum mati Yesus, mereka tidak dapat menghentikan kebangkitan-Nya. Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan, dan hal ini memperkuat pengikut-Nya dan menyebarluaskan pengajaran-Nya lebih luas lagi.
- Pertumbuhan Gereja Kristen: Tindakan para pemuka agama terhadap Yesus justru memicu pertumbuhan gereja Kristen. Pengikut Yesus semakin banyak, dan pengajaran-Nya terus menyebar ke seluruh dunia. Hal ini menciptakan gerakan spiritual yang kuat dan berdampak besar pada sejarah manusia.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari rangkaian tindakan politisasi agama oleh mahkamah agama terhadap Yesus antara lain:
- Bahaya Politisasi Agama
- Ketidakadilan dan Kekerasan: Politisasi agama dapat mengarah pada ketidakadilan dan kekerasan. Para pemuka agama menggunakan sentimen agama untuk membenarkan tindakan mereka, meskipun hal ini melanggar prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.
- Ketegangan Sosial: Politisasi agama dapat menciptakan ketegangan sosial dan memecah belah masyarakat. Tindakan para pemuka agama terhadap Yesus menciptakan lingkungan yang tidak harmonis dan penuh dengan ketegangan.
- Pengabaian Nilai-Nilai Agama: Politisasi agama dapat mengabaikan nilai-nilai agama yang sebenarnya. Para pemuka agama lebih fokus pada kekuasaan dan pengaruh daripada pada pengabdian kepada Allah dan manusia. - Pentingnya Keadilan dan Kebenaran
- Keadilan dan Kebenaran: Yesus menunjukkan bahwa keadilan dan kebenaran adalah nilai-nilai yang penting. Meskipun Dia menjadi korban politisasi agama, Dia tetap setia pada kebenaran dan mengajarkan tentang keadilan sosial.
- Pertanggungjawaban: Tindakan politisasi agama oleh para pemuka agama menunjukkan bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Yesus mengajarkan bahwa kita harus bertanggung jawab atas tindakan kita dan tidak menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan politik yang tidak adil. - Pengampunan dan Pengorbanan
- Pengampunan: Yesus menunjukkan teladan pengampunan dengan mengatakan, "Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). Hal ini menunjukkan bahwa kita harus mengampuni orang yang berdosa terhadap kita, bahkan jika mereka melakukan hal yang sangat buruk.
- Pengorbanan: Yesus menunjukkan teladan pengorbanan dengan mengorbankan diri-Nya untuk kebaikan manusia. Dia tidak mencari kekuasaan atau pengakuan dunia, tetapi fokus pada pelayanan dan pengorbanan. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada pengabdian dan pengorbanan, bukan pada kekuasaan atau pengaruh dunia. - Pemisahan antara Agama dan Negara
- Pemisahan Agama dan Negara: Yesus mengajarkan bahwa agama dan negara adalah dua hal yang berbeda, yang memiliki bidang, urusan, tugas, dan wewenang masing-masing. Dalam Injil Matius 22:21, Dia mengatakan, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, tetapi perkara-perkara Allah kepada Allah." Hal ini menunjukkan bahwa kita harus menghormati otoritas yang sah, tetapi juga tidak boleh melupakan kewajiban kita kepada Allah.
- Penggunaan Kekuasaan untuk Kebaikan: Yesus menunjukkan bahwa kekuasaan seharusnya digunakan untuk kebaikan dan keadilan sosial, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus menggunakan kekuasaan kita untuk memperjuangkan kebaikan dan keadilan, bukan untuk mencapai tujuan politik yang tidak adil. - Pentingnya Kesadaran dan Kritis
- Kesadaran dan Kritis: Yesus menunjukkan bahwa kita harus tetap sadar dan kritis terhadap tindakan politisasi agama. Dia mengajarkan kita untuk mengenali motif yang sebenarnya di balik tindakan para pemimpin agama dan tidak mudah terpengaruh oleh sentimen agama yang digunakan untuk mencapai tujuan politik.
- Pendidikan dan Pencerahan: Yesus menunjukkan bahwa pendidikan dan pencerahan adalah kunci untuk mengatasi politisasi agama. Dia mengajarkan kita untuk menggunakan akal sehat dan hati nurani kita untuk mengambil keputusan yang bijak dan adil. - Pertumbuhan dan Penggenapan Janji Allah
- Pertumbuhan Gereja: Tindakan politisasi agama terhadap Yesus justru memicu pertumbuhan gereja Kristen. Pengikut Yesus semakin banyak, dan pengajaran-Nya terus menyebar ke seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan Allah lebih besar dari kekuatan manusia.
- Penggenapan Janji Allah: Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan, dan pengajaran-Nya terus menyebar luas. Hal ini menunjukkan bahwa Allah selalu menggenapi janji-Nya, meskipun ada banyak hambatan dan tantangan.
Sifat dari politisasi agama berujung kepada kekuasaan, pengaruh, dan kepentingan politik di dunia. Yesus berkata seperti yang dikutip oleh Yohanes 18:36 menyatakan bahwa "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." Yesus berasal dari surga, Dia penguasa surga yang datang ke dunia agar manusia di bumi mengetahui anugerah BAPA yaitu Kerajaan Allah Surgawi yang tidak diperoleh dengan aneka tindakan seperti yang dilakukan penguasa di dunia termasuk menghalalkan apa yang disebut politisasi agama. Yesus datang agar manusia memiliki hubungan yang terkoneksi dengan Kerajaan Allah di Surga sehingga suatu saat dapat memerintah bersama-Nya dalam Kerajaan Surga bukan terfokus berkuasa di bumi yang suatu saat akan lenyap.
- Tulisan lainnya di werua blog:
- Pengaruh Keberdosaan Terhadap Kekuasaan Politik
- Komunikasi Politik Dan Kekuasaan di Alkitab
- Pimpinan Yang Menindas
- Motivasi Dalam Politik Praktis dan Kekuasaan Yusuf
- Berkuasanya Roh Najis di Bumi
- Berpolitik Tanpa Kehilangan Sahabat
- Peran Mulut Menggengam Dunia
- Pengendalian Sosial Dalam Praktik Globalisasi
- Mengenal Illuminati Lebih Dekat
- Herodes Bersahabat Dengan Pilatus