Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Jumat, 17 Januari 2025

Yesus Dan Penderitaan Kalangan "Homeless, Tuna Wisma dan Gelandangan"

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Ibrani 4:15

Yesus sebagai imam besar turut merasakan kelemahan-kelemahan manusia yang kondisinya sangat lemah dalam masyarakat. Tulisan ini berusaha memperhatikan kelompak masyarakat yang tergolong "homeless, tuna wisma dan gelandangan sebagai kelompok masyarakat yang terpinggirkan.

Mungkin kata "homeless, tuna wisma, dan gelandangan dianggap memiliki makna yang sama sehingga digunakan secara bergantian, namun sebenarnya memiliki nuansa yang sedikit berbeda. Secara umum, ketiga istilah ini mengacu pada individu yang tidak memiliki tempat tinggal tetap. Namun, ada beberapa nuansa yang membedakannya, yaitu:
- Homeless: Istilah ini berasal dari bahasa Inggris dan paling sering digunakan dalam konteks internasional. "Homeless" secara langsung diterjemahkan menjadi "tidak memiliki rumah". Istilah ini bersifat umum dan mencakup semua individu yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak atau berada di tempat kumuh.
- Tuna Wisma: Istilah ini lebih spesifik dan sering digunakan dalam konteks Indonesia. "Tuna wisma" mengacu pada seseorang yang tidak memiliki rumah dan biasanya hidup di jalanan atau tempat umum lainnya dengan kecenderungan memiliki barang bawaan terbatas.
- Gelandangan: Istilah ini memiliki konotasi yang lebih negatif dan sering dikaitkan dengan perilaku sosial tertentu. Gelandangan biasanya diasosiasikan dengan orang-orang yang berpindah-pindah tempat dan mungkin terlibat dalam kegiatan yang melanggar norma sosial.

Secara umum terdapat persamaan dan perbedaan antara "homeless, tuna wisma dan gelandangan, yaitu:
  1. Persamaan antara homeless, tuna wisma dan gelandangan, antara lain:
    - Tidak memiliki tempat tinggal tetap: Semua istilah ini mengacu pada individu yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak dan stabil.
    - Mengalami kesulitan sosial: Mereka seringkali menghadapi kesulitan dalam mengakses layanan dasar seperti makanan, air bersih, dan perawatan kesehatan.
    - Rentan terhadap berbagai masalah: Tunawisma, homeless, dan gelandangan lebih rentan mengalami masalah kesehatan fisik dan mental, serta masalah sosial lainnya.
  2. Perbedaan antara homeless, tuna wisma dan gelandangan, diantaranya:
    - Konotasi: "Homeless" adalah istilah yang lebih netral, sedangkan "gelandangan" memiliki konotasi yang lebih negatif.
    - Penyebab: Penyebab seseorang menjadi homeless, tuna wisma, atau gelandangan bisa sangat beragam, mulai dari kemiskinan, kehilangan pekerjaan, hingga masalah kesehatan mental.
    - Perilaku: Gelandangan seringkali diasosiasikan dengan perilaku yang menyimpang dari norma sosial, sementara homeless dan tuna wisma mungkin tidak selalu menunjukkan perilaku seperti itu.
Kelompok masyarakat yang dimasukkan dalam "Tunawisma, homeless, dan gelandangan" memiliki penderitaan yang bersifat unik karena tidak memiliki tempat tinggal tetap. Penderitaan mereka itu antara lain berupa:
  • Penderitaan fisik yang disebabkan antara lain karena:
    - Paparan cuaca ekstrem: Mereka harus menghadapi panas, dingin, hujan, dan angin ekstrem tanpa perlindungan yang memadai.
    - Kurang gizi: Akses terbatas pada makanan bergizi menyebabkan masalah kesehatan seperti kekurangan vitamin dan mineral.
    - Penyakit menular: Tinggal di jalanan membuat mereka rentan terhadap berbagai penyakit menular, seperti tuberkulosis, hepatitis, dan penyakit kulit.
    - Cedera: Risiko cedera fisik lebih tinggi karena kondisi lingkungan yang tidak aman dan kurangnya akses ke perawatan medis.
    - Kelelahan: Kurang tidur dan istirahat yang cukup menyebabkan kelelahan kronis dan penurunan daya tahan tubuh.
  • Penderitaan Psikologis yang disebabkan antara lain karena:
    - Stres dan kecemasan: Kehidupan di jalanan penuh dengan ketidakpastian dan ancaman, yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berkepanjangan.
    - Depresi: Banyak tunawisma mengalami depresi akibat kehilangan harapan, isolasi sosial, dan stigma masyarakat.
    - Trauma: Banyak tunawisma memiliki riwayat trauma masa lalu, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan seksual.
    - Kesepian dan isolasi: Mereka sering merasa kesepian dan terisolasi dari masyarakat.
    - Rasa rendah diri: Stigma sosial terhadap tunawisma dapat menyebabkan mereka merasa rendah diri dan tidak berharga.
  • Penderitaan Sosial yang disebabkan antara lain karena:
    - Diskriminasi: Tunawisma seringkali mengalami diskriminasi dan stigma sosial.
    - Keterbatasan akses: Mereka kesulitan mengakses layanan dasar seperti air bersih, sanitasi, dan perawatan kesehatan.
    - Kesulitan mencari pekerjaan: Latar belakang sosial dan ekonomi yang sulit membuat mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan.
    - Keterbatasan dalam membangun hubungan sosial: Kehidupan di jalanan membuat mereka sulit membangun hubungan sosial yang stabil.
  • Penderitaan Spiritual yang disebabkan antara lain karena:
    - Kehilangan makna hidup: Banyak tunawisma kehilangan arah dan makna hidup akibat kesulitan yang mereka hadapi.
    - Konflik dengan nilai-nilai agama: Beberapa tunawisma mengalami konflik antara keyakinan agama mereka dengan kenyataan hidup di jalanan.
  • Penderitaan yang memperparah penderitaan, antara lain karena:
    - Ketergantungan zat: Banyak tunawisma mengandalkan alkohol atau narkoba untuk mengatasi stres dan trauma.
    - Ketidakstabilan mental: Penyakit mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar dapat memperparah kondisi tunawisma.
    - Sistem sosial yang tidak mendukung: Kebijakan pemerintah yang tidak memadai dan kurangnya dukungan sosial dapat memperburuk situasi tunawisma.

Mereka yang berada dilingkungan "hunian kumuh, tuna wisma dan gelandangan" biasanya masuk dalam siklus kemiskinan. Kehilangan tempat tinggal dapat memperparah kemiskinan dan membuat seseorang sulit untuk keluar dari situasi tersebut. Diantara mereka yang berada dalam siklus kemiskinan terkadang kebinggungan dan tidak memahami saat melihat orang jahat hidupnya makmur sementara "orang benar" menderita. Pemazmur yang diduga tidak berada dalam siklus kemiskinan pun dalam Mazmur 73:21-22 menyatakan bahwa dirinya seperti hewan di dekat-Mu setelah mengutarakan; "Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. (Mazmur 73:12-14)

Pergumulan dan pengharapan dari Pemazmur tidak mencerminkan penderitaan kalangan tuna wisma dan gelandangan tetapi Yesus Kristus mengambil sikap untuk bersedia merasakan penderitaan manusia. Pemazmur mengunakan gaya bahasa yang menyamakan dirinya seperti "hewan" di dekat-Mu maka Yesus saat hadir di bumi maka DIA memilih tempat palungan. Perhatikan keterangan dari Lukas 2:12," Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." Peristiwa besar terjadi, Allah yang Mahatinggi menyatakan kemuliaan-Nya dengan kelahiran bayi Yesus di sebuah palungan yang biasanya menjadi tempat memberi minum kambing domba? (Keluaran 2:16 Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya.) Terlebih jika memperhatikan Kitab Ayub, palungan menunjukkan penaklukan terhadap hewan peliharaan dimana hewan yang telah dijinakkan bersedia diam dekat palungan. (Ayub 39:12 Apakah lembu hutan mau takluk kepadamu, atau bermalam dekat palunganmu?) Yesus sungguh ajaib! Ia melakukan hal yang melampaui pemikiran Pemazmur di Mazmur 113:5-6 yang tertulis: Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?

Permasalahan yang dihadapi oleh "tuna wisma dan gelandangan" dilukiskan oleh Yesus Kristus dalam Lukas 16:19-31 dimana "Lazarus orang miskin yang badannya penuh dengan borok, berbaring (atau biasa hidupnya) dekat pintu rumah orang kaya. Lazarus seorang tuna wisma tetapi memilih mempercayai TUHAN seperti Abraham bapak orang percaya. Penulis tidak mengetahui dengan jelas mengapa Lazarus menjadi "tuna wisma atau gelandangan" lalu terbiasa hidup di dekat orang kaya tetapi ada kisah Nabi Elia saat periode awal kelaparan Tuhan suruh ke sungat Kerit sebelah timur sungai Yordan (1 raja-raja 17:3) Disana Tuhan memelihara Elia melalui burung-burung gagak yang membawa kebutuhan pangan bagi Elia. Saat sungai kering Tuhan menyuruh ke Sarfat daerah Sidon (1 Raja-raja 17:9) Nabi Elia dipelihara Tuhan melewati masa kelaparan sebab hujan bertahun-tahun tidak turun. Pelajaran dari Lazarus adalah sekalipun dirinya "tuna wisma", namun tidak melakukan kriminal karena kemiskinannya dan tetap beriman kepada TUHAN. Catatan selain Lazarus ada kisah Tuhan Yesus memperhatikan persembahan di Bait Allah lalu memberi penilaian bahwa orang miskin memberi persembahan lebih banyak dari pada orang kaya sebab janda miskin memberi seluruh nafkahnya untuk dipersembahkan kepada TUHAN sekalipun nominalnya kecil. Bila seluruh nafkahnya dipersembahkan kepada TUHAN, bagaimana ia dapat keluar dari siklus kemiskinan? (Markus 12:41-44).

Yesus turut alami penderitaan seperti yang dialami kalangan "homeless, tuna wisma dan gelandangan". Dalam Matius 8:20 - AYT (2018) ditulis, Dan, Yesus berkata kepadanya, “Rubah mempunyai liang dan burung di langit mempunyai sarang. Akan tetapi, Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Terhadap fakta bahwa Yesus Sang Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya, sejumlah teolog mempertimbangkan sejumlah kemungkinan yang diduga penyebab mengapa Yesus menderita bukan saja seperti "tuna wisma dan atau gelandangan" melainkan melampaui hewan yang hidupnya dalam lubang seperti serigala, anjing hutan, musang hingga rubah adalah:
  • Demonstrasi Kemerdekaan dari Materialisme:
    - Menolak kekayaan duniawi: Yesus memilih hidup sederhana dan tidak memiliki harta benda. Ini sebagai bentuk penolakan terhadap materialisme dan menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kekayaan materi.
    - Fokus pada misi spiritual: Dengan tidak memiliki tempat tinggal tetap, Yesus dapat lebih fokus pada misi-Nya untuk memberitakan Injil dan melayani orang lain.
  • Mengikuti Teladan Nabi-nabi:
    - Nabi-nabi pengembara: Banyak nabi dalam Perjanjian Lama yang hidup sebagai pengembara. Yesus, sebagai Mesias yang dinantikan, mengikuti jejak para nabi ini.
    - Menjadi teladan kerendahan hati: Dengan hidup sederhana, Yesus menjadi teladan bagi para pengikut-Nya untuk rendah hati dan tidak terikat pada duniawi.
  • Simbolisme Spiritual:
    - Gereja sebagai rumah: Dalam perspektif Kristen, gereja seringkali disebut sebagai rumah Allah atau rumah rohani. Dengan tidak memiliki tempat tinggal tetap, Yesus seolah-olah mengajak kita untuk melihat gereja sebagai rumah sejati bagi orang percaya.
    - Langit sebagai rumah: Dalam ajaran Kristen, surga adalah rumah kekal bagi orang percaya. Yesus, sebagai Anak Allah, memiliki perspektif yang lebih luas tentang "rumah" dan tidak terpaku pada tempat tinggal fisik.
  • Kritik Sosial:
    - Ketidakadilan sosial: Pernyataan Yesus tentang tidak memiliki tempat tinggal dapat dimaknai sebagai kritik terhadap ketidakadilan sosial pada zaman itu, di mana banyak orang juga tidak memiliki tempat tinggal yang layak.
    - Panggilan untuk perubahan: Yesus mengajak para pengikut-Nya untuk peduli terhadap mereka yang membutuhkan dan untuk bekerja sama menciptakan masyarakat yang lebih adil.
  • Dimensi Mistis dikaitkan dengan hubungan yang sangat dekat antara Yesus dengan Bapa. Ia tidak membutuhkan tempat tinggal fisik karena kehadiran Allah Bapa selalu menyertainya.

Antara Yesus dan penderita kalangan "homeless, tuna wisma dan gelandangan" memiliki hubungan yang erat karena Yesus merasakan penderitaan dari kalangan masyarakat sangat miskin sehingga seperti menjadi "tuna wisma atau gelandangan". Penulis tidak mengetahui mengapa Yesus memilih Yudas Iskariot dalam mengelola keuangan dalam kegiatan misi-Nya? Keputusan Yesus menyebabkan dapat fokus melakukan kehendak Bapa yang menetapkan bahwa diri-Nya adalah Anak Tunggal Bapa yang memberikan kasih karunia demi kasih karunia dengan sempurna sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Hewan seperti rubah dan burung dalam urusan meletakkan kepala-Nya untuk dapat istirahat pun lebih baik dibandingkan dengan Yesus Kristus maka dipastikan Yesus lebih menderita dibandingkan gelandangan.

Yesus adalah contoh sempurna bagi kalangan yang dinamakan homeless, tuna wisma hingga gelandangan tetapi ukuran untuk kaum homeless, tuna wisma dan gelandangan yang ditetapkan oleh Yesus Kristus adalah bila mereka mampu hidup seperti Lazarus yang tidak melakukan kejahatan dan tetap bersyukur kepada TUHAN dan juga orang sekitarnya sekalipun hanya mendapatkan apa yang jatuh dari meja orang kaya dengan ditemani oleh anjing-anjing yang ikut datang dan juga menjilat boroknya. Lazarus tetap menjadi "anak Abraham bapa orang percaya" maka pastilah Lazarus sekalipun alami kondisi yang dianggap setara dengan anjing oleh orang kaya, Lazarus adalah orang yang mewarisi kepercayaan seperti Abraham dan kemiskinan tidak membuat meninggalkan imannya kepada TUHAN. Yesus pun akan menempatkan mereka yang dianggap "sangat miskin" seperti janda miskin tetapi punya hasrat yang kuat untuk datang ke Bait Allah beribadah sekalipun harus berjalan kaki demikian juga saat kembali ke tempat kediamannya. Janda miskin itu tidak mampu keluar dari siklus kemiskinan karena memberikan semua kekayaannya yang didapat dari hasil usahanya (Markus 12:44) diduga akan mendapat tempat terhormat dalam rumah BAPA.






Tulisan lainnya:
Berbahagialah Yang Miskin
Anak Abraham Tetapi Beban Sosial
Solidaritas Kemanusiaan
Yesus Pekerja Keras
Kemuliaan Allah di Palungan Berdasarkan Lukas dan Perjanjian Lama
TUHAN Tempat Pengungsian
Raih Kepuasan Hidup
Hak Asasi Manusia Berkelanjutan
Sikap Yesus Terhadap Pengemis


Share this

Random Posts

Label Mobile

biblika (84) budaya (47) dasar iman (100) Dogmatika (75) Hermeneutika (76) karakter (42) konseling (82) Lainnya (93) manajemen (68) pendidikan (59) peristiwa (71) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (65) spritualitas (92) tokoh alkitab (44) Video (9)