Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Selasa, 15 Oktober 2024

Yesus Adalah TUHAN Atas Hari Sabat

Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat. Matius 12:8 - TB

Yesus kristus memberitahukan diri-Nya sebagai TUHAN atas hari Sabat disebabkan saat Yesus dan murid-murid-Nya berjalan di ladang gandum pada Sabat. Saat itu murid-murid Yesus sedang lapar sehingga memetik bulir gandum dan memakannya. Dalam perjalanan tersebut ada sejumlah orang Farisi sehingga memberikan penilaian lewat pertanyaan mengapa para murid Yesus memetik bulir-bulir gandum sebab Ahli Taurat cenderung memutuskan banyak perkara berdasarkan aturan yang dibuat oleh kelompok mereka sendiri dan dalam urusan apa yang diperbolehkan dan tidak boleh dilakukan mendasarkan kepada "Traktat Sabat Mishnah 7:2" dan ditafsirkan sebagai bekerja. Bila memperhatikan hukum Taurat yang sebenarnya berdasarkan Ulangan 23:25 apa yang dilakukan oleh murid-murid Yesus adalah sesuatu yang dibenarkan oleh Taurat Musa. Ulangan 23:25 tertulis "Apabila engkau melalui ladang gandum sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu.

Yesus tidak menentang hukum Taurat sebab DIA datang untuk datang untuk melakukan seluruh hukum Taurat sebab belum pernah ada manusia secara sempurna lakukan Taurat. Bila tidak sempurna melakukan Taurat maka manusia alami terkutuk Taurat dan membutuhkan pengampunan dosa. Ingat dan kuduskan hari Sabat adalah hal penting berdasarkan Kitab Keluaran 20:8. Hukum hari Sabat adalah bagian dari praktik yang terkait dengan mengasihi TUHAN. Aturan tentang hari Sabat sebagai bentuk perintah aktif/positif. Yesus dan para murid beserta sejumlah orang-orang Farisi semuanya menghormati dan menguduskan hari Sabat. Persoalkan masalah tersebut karena hadirnya "traktat Sabat dalam Mishnah" yang disusun oleh Ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi.

Dalam praktik kehidupan bangsa Israel dalam mengambil keputusan terhadap aturan hari Sabat cenderung jatuh dalam dua aspek utama, yaitu melakukan pelanggaran terhadap Hukum Hari Sabat atau jatuh kepada pola yang berdasarkan legalitas karena semuanya dibuat peraturan oleh ahli-ahli taurat dengan hadirnya seperti "traktat Sabat dalam Mishnah" sehingga Ahli Taurat cenderung melupakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai utama dalam melakukan hukum hari Sabat.

Dalam perjalanan waktu, Bangsa Israel tidak melakukan hukum hari Sabat. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah naskah dalam Alkitab. Contoh:
  • 2 Tawarikh 36:21, yang tertulis: Dengan demikian genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia, sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya, karena tanah itu tandus selama menjalani sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun.
  • Yehezkiel 20:16, yang tertulis: oleh karena mereka menolak peraturan-peraturan-Ku dan tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku; sebab hati mereka mengikuti berhala-berhala mereka.
Dampak dari melanggar Hukum Sabat yang pernah dirasakan oleh orang di Israel sebagai implikasi pelanggaran hukum Sabat dalam dilihat berbagai dari sejumlah peristiwa, seperti: (Hal ini terjadi karena TUHAN ingin Bangsa Israel yang dikasihi-Nya tidak menjalani kehidupan yang sia-sia sebagai dampak hidup di luar ketetapan dari TUHAN)
  • Penaklukan oleh Bangsa Lain: Ketidaktaatan Israel terhadap perintah Tuhan, termasuk hukum Sabat, seringkali menyebabkan mereka dikalahkan oleh bangsa-bangsa lain. Namun, ini bukan satu-satunya faktor.
  • Kemarau dan Kelaparan: Pelanggaran hukum Tuhan dapat mengakibatkan bencana alam seperti kemarau dan kelaparan.
  • Perpecahan dalam Bangsa: Ketidaksepakatan mengenai penafsiran dan penerapan hukum Sabat dapat menyebabkan perpecahan dan konflik di dalam bangsa Israel.
Dalam kehidupan bangsa Israel, ada beberapa hal yang diperhatikan, seperti:
  • Hukuman yang Kompleks: Alkitab menggambarkan hukuman yang diterima bangsa Israel sebagai hasil dari berbagai pelanggaran terhadap hukum Tuhan, bukan hanya satu pelanggaran spesifik seperti melanggar hukum Sabat.
  • Hukuman Individu dan Kolektif: Alkitab lebih sering mencatat hukuman yang dijatuhkan kepada individu yang secara terang-terangan melanggar hukum Sabat, seperti dalam kasus orang yang mengumpulkan kayu bakar pada hari Sabat (Bilangan 15:32-36). Hukuman kolektif biasanya terkait dengan pelanggaran yang lebih luas dan berulang.
  • Hukuman Spiritual: Hukuman yang paling signifikan akibat pelanggaran hukum Sabat mungkin bersifat spiritual, seperti hilangnya berkat Tuhan, kegagalan panen, atau perpecahan dalam komunitas. Hukuman semacam ini mungkin tidak selalu tercatat secara eksplisit dalam Alkitab.
  • Prinsip Umum: Alkitab lebih menekankan prinsip umum bahwa ketidaktaatan kepada perintah Tuhan akan membawa konsekuensi. Pelanggaran hukum Sabat hanyalah salah satu contoh dari prinsip umum ini.
Orang-orang Farisi berjuang dengan keras untuk tidak melanggar aturan hari Sabat, tetapi yang disesali adalah alami kejatuhan dalam melakukan hukum hari sabat karena terjebak dengan aturan "legalitas" yang disusun ahli-ahli Taurat berdasarkan penafsiran pribadi atau kelompok terhadap makna dari Hukum Hari Sabat. Dengan hidup yang terikat permasalahan "legalitas" sehingga pemahaman menjadi sangat kaku dan literal terhadap aturan-aturan mengenai hari Sabat. Alih-alih melihat hari Sabat sebagai waktu untuk beristirahat, merenung, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, orang yang legalistas cenderung memfokuskan pada kepatuhan terhadap hukum-hukum yang secara harfiah hingga hanya berpedoman seperti "traktat Sabat dalam Mishnah", tanpa memahami esensi di balik perintah tersebut.

Terdapat sejumlah bahaya karena hidup dikuasai aspek "Legalisme Hari Sabat" dalam menjalankan Hukum Hari Sabat, misal:
  • Hilangnya Kebebasan dalam Roh: Legalisme dapat mengikat hati nurani dan membuat seseorang menjadi budak dari aturan-aturan. Padahal, tujuan utama agama adalah membebaskan kita untuk hidup dalam hubungan yang intim dengan Allah.
  • Fokus pada Perbuatan Lahiriah, Bukan Hati: Orang yang legalistik cenderung lebih memperhatikan penampilan keagamaan daripada isi hati. Mereka lebih sibuk dengan ritual dan upacara daripada mengembangkan kehidupan rohani yang sejati.
  • Menghilangkan Kasih: Hukum Taurat diberikan sebagai pedoman, bukan sebagai beban. Ketika kita terjebak dalam legalisme, kita bisa kehilangan kasih dan belas kasihan terhadap sesama.
  • Menghalangi Pengalaman Rohani: Legalisme dapat menghalangi kita untuk mengalami kuasa Roh Kudus dalam hidup kita. Fokus yang berlebihan pada aturan-aturan dapat membuat kita kehilangan sensitivitas terhadap pimpinan Roh.
  • Membuat Agama Menjadi Beban: Alih-alih menjadi sumber sukacita dan damai, agama menjadi beban yang berat. Orang yang legalistik sering merasa bersalah dan tidak layak karena tidak mampu memenuhi semua tuntutan agama.
Yesus mengajarkan bahwa hari Sabat adalah untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Ia menekankan pentingnya belas kasihan, kasih, dan karya baik, bahkan pada hari Sabat. Wujud dari menguduskan hari Sabat, maka Yesus melakukan "Karya Hebat di Hari Sabat" selain hadir dalam rumah ibadah. Yesus melakukan banyak hal di Hari Sabat, seperti:
  • Penyembuhan orang sakit: Yesus seringkali menyembuhkan orang yang sakit pada hari Sabat, baik itu orang lumpuh, buta, atau menderita penyakit lainnya. Contohnya dapat ditemukan dalam Injil Matius 12:9-14, Markus 3:1-6, dan Lukas 6:6-11.
  • Membebaskan orang yang dirasuki roh jahat: Yesus juga pernah membebaskan orang yang dirasuki roh jahat pada hari Sabat (Markus 1:21-28).
  • Memulihkan tangan yang kaku: Dalam Injil Matius 12:10-13, Yesus menyembuhkan tangan kanan seorang yang kaku pada hari Sabat.
Ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan Majelis Agama Yahudi hidup menekankan aspek "legalitas" maka hidupnya menghakimi orang lain dan beranggapan dirinya yang paling benar dalam menjalankan berbagai macam aturan keagamaan termasuk soal hari Sabat. Yesus tidak terpengaruh dengan pandangan dan gaya hidup orang-orang yang beranggapan "dirinya benar berdasarkan secara aspek "legalisme" yang menjadi produk dari pemahaman mereka sendiri. Yesus tetap dalam menjalankan Hukum Sabat melakukan "Karya Hebat di Hari Sabat".

Yesus melakukan mukjizat di Hari Sabat sekalipun banyak perlawanan terhadap diri-Nya. Hal ini memberi makna bagi kita antara lain:
  • Menunjukkan otoritas-Nya: Dengan melakukan mukjizat pada hari Sabat, Yesus secara tidak langsung menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat. Ia menunjukkan bahwa hukum Taurat ada untuk memberkati manusia, bukan untuk membebani mereka.
  • Mengungkapkan kasih-Nya: Tindakan Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat menunjukkan betapa besar kasih-Nya kepada manusia. Ia tidak membiarkan penderitaan orang lain hanya karena alasan hari Sabat.
  • Mengajar tentang makna hari Sabat: Melalui tindakan-Nya, Yesus mengajarkan bahwa hari Sabat bukan hanya tentang istirahat fisik, tetapi juga tentang melakukan kebaikan dan menunjukkan kasih kepada sesama.
  • Memberikan pengertian bahwa Yesus adalah Firman itu sendiri Sang pemberi Hukum taurat tetapi kemudian mengosongkan diri-Nya sehingga di Hari Sabat bahwa Yesus harus menjadi pusat ibadah dalam menjalani kehidupan di dunia.
Akibat menekankan aspek legalitas maka Yesus menegur orang-orang yang keliru dalam menjalankan perintah untuk menguduskan Hari Sabat. Hal itu terlihat saat Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lubang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat."( Matius 12:11-12 ) Akibat dari legaslitas berdasarkan aturan keliru maka "hak hidup hewan lebih diperhatikan (Hak Asasi hewan) dibandingkan manusia yang memiliki apa yang dinamakan "Hak Asasi Manusia" Saat ini hal ini tidak hanya terjadi di hari Sabat tetapi di setiap hari dengan fenomena orang lebih memperhatikan "hewan peliharaan terlebih lebih hewan kesayangannya dibandingkan rekan kerja atau staff kerja". Bukankah manusia diciptakan menurut gambar ALLAH sekalipun saat ini manusia sudah jatuh ke dalam dosa sehingga hanya mencerminkan gambar dan rupa Adam. Manusia yang memiliki nilai lebih tinggi karena aspek "legal" maka martabat hewan menjadi jauh lebih tinggi. Kadang kenyataan saat ini banyak terjadi bahwa hak hewan dan hak manusia sama-sama tidak diperhatikan.

Hari Sabat menjadi ketetapan yang berlaku bagi umat TUHAN dengan tujuan untuk kebaikan umat-Nya, yaitu antara lain:
  • Mengingat Penciptaan: Hari Sabat adalah pengingat akan karya penciptaan Allah karena sudah merasa cukup dengan apa yang telah dihasilkan dalam melakukan penciptaan langit dan bumi. Dengan menguduskan hari Sabat, kita diajak untuk mengingat bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan kita adalah bagian dari ciptaan-Nya yang indah.
  • Memperkuat Hubungan dengan Allah: Hari Sabat adalah waktu khusus untuk menguduskan diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Ini adalah waktu untuk beribadah, merenungkan firman-Nya, dan mengalami kehadiran-Nya.
  • Istirahat dan Pemulihan: Setelah enam hari bekerja, kita belajar untuk merasa cukup dalam bekerja dan meluangkan waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri. Hari Sabat memberikan kesempatan bagi kita untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari dan fokus pada hal-hal yang lebih penting, yaitu hubungan kita dengan Allah dan sesama.
  • Menjadi Tanda Perjanjian: Hari Sabat menjadi tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Dengan menguduskan hari Sabat, kita menunjukkan kesetiaan kita kepada Allah dan menerima berkat-berkat-Nya.
  • Mengajarkan Keadilan Sosial: Hari Sabat juga mengajarkan prinsip keadilan sosial. Pada hari Sabat, para pekerja dan budak mendapatkan istirahat yang sama dengan tuannya. Ini menunjukkan bahwa semua orang, tanpa kecuali, berhak mendapatkan istirahat dan perlakuan yang adil.
Yesaya menulis bahwa "Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN". Di pihak lain banyak orang Kristen tidak lagi merayakan hari Sabat secara harfiah, prinsip-prinsip di balik hari Sabat tetap relevan bagi kita. Kita dapat menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan kita sehari-hari dengan cara:
  • Menguduskan waktu untuk Allah: Meskipun ada orang yang mempermasalahkan Sabat sebagai hari Sabtu atau Minggu ( Misal karena perbedaan pemahaman terhadap teks di Kisah Para Rasul 18:4; 20:7) tetapi hal beribadah dapat dilakukan setiap hari (Roma 14:5-6), kita perlu meluangkan waktu secara teratur untuk beribadah, berdoa, dan mempelajari firman Tuhan.( Perhatikan juga Kisah Para Rasul 2:46 "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,)
  • Istirahat dari rutinitas: Kita perlu belajar untuk menyeimbangkan kehidupan kita antara bekerja dan beristirahat.
  • Menunjukkan kasih kepada sesama: Kita harus menggunakan waktu kita untuk melayani orang lain dan membangun hubungan yang baik dengan sesama.
  • Merenungkan karya ciptaan Allah: Kita perlu menghargai keindahan alam ciptaan Allah dan menjaga lingkungan.
Yesus melakukan "Karya Hebat di Hari Sabat" lalu diikuti dengan pernyataan "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat" maka hal itu memiliki implikasi yang sangat luas dan mendalam. Pernyataan ini tidak hanya sekedar klaim atas otoritas, tetapi juga sebuah pernyataan teologis yang mengungkapkan identitas sejati Yesus Kristus dalam masalah Sabat, seperti:
  1. Yesus sebagai Pemberi Hukum dan Penafsir:
    * Otoritas Ilahi: Dengan menyatakan diri sebagai "Tuhan atas hari Sabat", Yesus menegaskan bahwa Dialah yang memiliki otoritas tertinggi untuk menafsirkan dan menerapkan hukum Taurat, termasuk hukum mengenai hari Sabat.
    * Transendensi Hukum: Yesus tidak terikat oleh hukum Taurat secara kaku, melainkan melampauinya. Ia menunjukkan bahwa semangat hukum lebih penting daripada huruf hukum.
  2. Yesus sebagai Tujuan Hari Sabat:
    * Istirahat dalam Kristus: Hari Sabat pada awalnya dimaksudkan sebagai waktu untuk beristirahat dan mengingat karya penciptaan Allah. Dalam Yesus, kita menemukan istirahat yang sejati dan kekal. Dialah tujuan akhir dari hari Sabat.
    * Persekutuan dengan Pencipta: Hari Sabat adalah waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Yesus, kita memiliki akses langsung kepada Allah Bapa.
  3. Yesus sebagai Pembaru Hari Sabat:
    * Hari Sabat yang Lebih Luas: Yesus memperluas makna hari Sabat dari sekedar hari istirahat fisik menjadi hari pengudusan diri dan pelayanan kepada sesama.
    * Roh Kebenaran: Yesus membawa Roh Kebenaran yang menyingkapkan makna yang lebih dalam dari hukum Taurat.
  4. Yesus sebagai Raja atas Segala Hari sebab memiliki "Kedaulatan atas Waktu". Jika Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat, maka Ia juga adalah Raja atas segala waktu. Setiap hari adalah milik-Nya dan setiap momen adalah kesempatan untuk mengalami kehadiran-Nya.
Implikasi pengajaran Yesus tentang Hari Sabat bagi Umat Kristen, Paulus menerangkan dalam Kitab Kolose 2:16, yang tertulis: "Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat". Hal yang perlu diperhatikan antara lain dari kalimat "Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat" sebagai pertimbangan keluar dari pandangan legalisme adalah:
* Kebebasan dalam Roh: Kita tidak perlu terbelenggu oleh aturan-aturan yang kaku, tetapi hidup dalam kebebasan dalam Roh Kristus.
* Fokus pada Kasih: Kasih adalah inti dari semua hukum Taurat. Dengan mengasihi Allah dan sesama, kita telah memenuhi hukum Taurat.
* Hidup Kudus: Setiap hari adalah kesempatan untuk menguduskan diri dan melayani Tuhan.
* Persekutuan dengan Kristus dilakukan setiap saat: Dalam Yesus, kita menemukan istirahat, pengampunan, dan kehidupan yang kekal.

Deklarasi bahwa Yesus sebagai TUHAN atas hari Sabat harus juga dikaitkan dengan pernyataan-Nya bahwa "Yesus melebihi Bait Allah" (Matius 12:6,8) sehingga praktik dalam menjalankan Sabat adalah:
  • Yesus sebagai Pusat Ibadah:
    * Pergeseran Fokus: Jika Bait Allah, yang merupakan pusat ibadah bagi umat Israel, dapat digantikan oleh Yesus, maka ini menunjukkan pergeseran fokus dalam ibadah. Ibadah yang benar bukan lagi terpusat pada tempat atau bangunan, melainkan pada pribadi Yesus Kristus.
    * Ibadah Roh dan Kebenaran: Yesus mengisyaratkan bahwa ibadah yang berkenan kepada Allah adalah ibadah yang dilakukan dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:23). Ini berarti bahwa ibadah tidak terikat pada tempat atau ritual tertentu, melainkan pada hubungan pribadi dengan Allah melalui Yesus Kristus.
  • Yesus sebagai Pemenuhan Hukum:
    * Hukum Taurat sebagai Bayangan: Hukum Taurat, termasuk perintah untuk beribadah di Bait Allah, adalah bayangan dari realitas yang lebih besar, yaitu Yesus Kristus. Yesus adalah pemenuhan dari semua hukum Taurat.
    * Kasih sebagai Inti Hukum: Yesus mengajarkan bahwa seluruh hukum Taurat dapat diringkas dalam dua perintah: mengasihi Allah dan mengasihi sesama (Matius 22:37-40). Dengan demikian, ibadah yang sejati adalah perwujudan kasih kepada Allah dan sesama.
  • Yesus sebagai Tuhan atas Semua:
    * Kedaulatan atas Segala Sesuatu: Jika Yesus lebih besar dari Bait Allah, yang merupakan simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya, maka Yesus memiliki otoritas atas segala sesuatu.
    * Hari Sabat sebagai Tanda Perjanjian: Hari Sabat sebagai tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya kini menemukan makna yang lebih dalam dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah perjanjian baru yang lebih baik.
Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat berarti ibadah harus berpusat kepada Kristus TUHAN dan dilakukan dengan kebebasan dalam Roh-Nya yang mencerminkan sebagai saksi Kristus di dunia melalui kasih yang terpancar terhadap sesama. Hal itu bukti dari iman kepada Yesus Kristus dalam aktivitas menjalankan Sabat.




"Lord of the Sabbath"
Verse 1: On the seventh day You rested, Lord, Yet Your work is eternally perfect You are the Lord of every heart, The King of love, the Risen One. No longer bound by laws and chains, In You we find our rest and peace. Our worship now is in Your name, Through Your Spirit, we are free.
Chorus: Jesus, Lord of the Sabbath day, Our hearts, our lives, to You we pray. We gather not in fear, but grace, In You, we find our resting place. Let love abound in all we do, A witness of our faith in You. Your Spirit leads, Your truth is known, We worship Christ, and Christ alone.
Verse 2: You call us not to strive in vain, But to live in freedom’s light. Your love, O Lord, it breaks the chains, And guides us through the darkest night. In serving others, we declare, Your love through every act of care. Our Sabbath is to love and give, For in You, Lord, we truly live.
Chorus: Jesus, Lord of the Sabbath day, Our hearts, our lives, to You we pray. We gather not in fear, but grace, In You, we find our resting place. Let love abound in all we do, A witness of our faith in You. Your Spirit leads, Your truth is known, We worship Christ, and Christ alone.
Bridge: In Your presence, we are free, Your grace flows abundantly. Through love, we shine Your light so bright, A testimony to the world of Christ. Our Sabbath is a song of grace, Our lives reflect Your holy face.
Chorus: Jesus, Lord of the Sabbath day, Our hearts, our lives, to You we pray. We gather not in fear, but grace, In You, we find our resting place. Let love abound in all we do, A witness of our faith in You. Your Spirit leads, Your truth is known, We worship Christ, and Christ alone.
Outro: We worship Christ, and Christ alone, Our Sabbath found before Your throne. In freedom now, Your love we share, A witness of Your grace and care.



Tulisan lainnya:
Yesus Antara Hukum Sabat Dan Budaya Sabat
Sabat Menurut Fraser Haug
Pemulihan Kondisi Tanah Berdasarkan Perjanjian Lama
Sabat Dan Produktivitas Bekerja
Allah Beristirahat
Nilai Kekal Untuk Kaum rebahan
Menyembah Dalam Roh Dan Kebenaran





Share this

Random Posts

Kontak

Pesan untuk admin dapat disampai lewat : ruach.haphazard393@passinbox.com

Label Mobile

biblika (83) budaya (47) dasar iman (94) Dogmatika (74) Hermeneutika (75) karakter (41) konseling (79) Lainnya (91) manajemen (66) pendidikan (58) peristiwa (68) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (64) spritualitas (90) tokoh alkitab (44) Video (9)