Sebab Tuhan adalah Roh; dan dimana ada Roh Allah, disitu ada kemerdekaan 2 Korintus 3:17

Selasa, 21 Januari 2025

Pengasuhan Anak Homeless Dan Anak Konflik Bersenjata

Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. Matius 18:10

Hadirnya seorang anak adalah dampak dari kegiatan prokreasi dan rekreasi dari "sepasang pria dan wanita". Lazimnya anak hadir adalah keinginan dari "manusia dewasa secara seksual" dan bukan keinginan dirinya sendiri tetapi saat dilahirkan ia mewarisi segala sesuatu dari sepasang manusia dewasa yang melakukan kegiatan prokreasi dan rekreasi termasuk hal hal yang mungkin kurang baik.

Terhadap Matius 18:10 ada sejumlah pendapat dari teolog tentang kehadiran malaikat bagi anak-anak kecil, diantaranya adalah:
- Nilai Tinggi Anak di Mata Allah: Ayat ini menegaskan bahwa anak-anak memiliki tempat yang sangat istimewa di hati Allah. Mereka bukan sekadar generasi penerus, tetapi juga merupakan cerminan kasih Allah yang murni.
- Perlindungan Ilahi: Kehadiran malaikat pelindung menunjukkan bahwa Allah memberikan perlindungan khusus bagi anak-anak. Mereka yang masih rentan dan polos membutuhkan perlindungan ekstra dari bahaya dunia.
- Akses Langsung ke Allah: Malaikat yang selalu memandang wajah Bapa melambangkan hubungan yang erat antara anak-anak dengan Allah. Ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki akses langsung ke kasih dan perlindungan Allah.
- Tanggung Jawab Manusia: Ayat ini juga menjadi panggilan bagi kita untuk melindungi dan merawat anak-anak. Kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih bagi mereka.

Tuhan mengaruniakan malaikat di surga bagi anak yang ada di bumi. Peran malaikat bagi seorang anak dipastikan memiliki peran yang penting sekalipun penulis tidak tahu apa yang diharapkan oleh malaikat sebagai wakil dari anak yang hadir di bumi. Mungkin ada jutaan harapan yang diinginkan oleh malaikat yang mewakili seorang anak di bumi. Dari jutaan harapan malaikat ada permohonan bagi anak yang diwakili yang jadi harapan terutama agar TUHAN menunjukkan kemuliaan-Nya sehingga dikaruniakan anugerah memandang Allah Yang Mahamulia mengingat bahwa hal demikian yang diharapkan Musa yang mungkin dapat mewakili harapan manusia lainnya di bumi (Keluaran 33:18). Satu harapan lainnya tentu agar kehidupan anak-anak mendapatkan kebahagiaan di tengah dunia yang banyak masalah dan tantangan.

Kehidupan bahagia tentang tidak dapat dilepaskan dari ajaran Yesus tentang kebahagiaan di dunia yang hadir dan diwarnai kegiatan Iblis terutama sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Ucapan bahagia dari Yesus adalah:
- Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
- Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
- Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
- Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
- Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
- Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
- Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
- Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
- Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Setiap anak memiliki permasalahan tersendiri, namun malaikat yang mewakili anak-anak ingin agar setiap anak di bumi alami kebahagiaan. Apa saja masalah yang dihadapi anak-anak yang akan menjadi dewasa hingga tutup usia tetap berbahagia. Dalam tulisan ini membatasi permasalahan anak yang berasal dari kalangan "homeless" atau mereka yang terlahir di tempat kumuh, tunawisma dan gelandangan serta anak yang lahir dalam situasi konflik senjata dan atau kekerasan lainnya. Hal yang mendasari adalah berdasarkan Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, baru 56,5% rumah tangga di Indonesia menghuni rumah layak huni. Sedangkan anak konflik bersenjata disebabkan terjadinya konflik bersenjata di kawasan tertentu di Indonesia yang bertahun-tahun belum selesai serta kehadiran anak korban konflik senjata di dunia yang ditampung oleh negara sekalipun diserahkan kepada organisasi masyarakat yang bergerak dalam pendidikan.

Malaikat yang mendampingi anak-anak tentu ingin agar anak anak bahagia. Anak yang lahir dari kalangan homeless mungkin diharapkan oleh malaikat menjadi orang yang empunya Kerajaan Surga dan juga orang yang memiliki bumi. Anak yang dari lokasi kekerasan bahkan tempat konflik bersenjata menjadi orang yang membawa damai sehingga disebut anak-anak Allah. Sedangkan bagi pemerhati sosial seringkali menaruh harapan besar pada anak-anak sebagai agen perubahan dan pemutus rantai permasalahan sosial seperti kemiskinan, kekerasan, dan terorisme.

Secara umum, pemerhati sosial banyak yang melakukan spesialisasi terhadap anak-anak. Pertimbangannya antara lain:
- Plastisitas Otak: Anak-anak memiliki otak yang masih sangat plastis dan mudah menyerap informasi baru. Mereka lebih mudah dibentuk dan diubah dibandingkan orang dewasa. Dengan pendidikan yang tepat dan lingkungan yang mendukung, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang produktif dan positif.
- Generasi Penerus: Anak-anak adalah generasi penerus. Mereka akan menjadi pemimpin, pembuat kebijakan, dan inovator di masa depan. Dengan memberikan mereka pendidikan yang baik, nilai-nilai yang positif, dan kesempatan yang sama, kita dapat menciptakan generasi yang lebih baik.
- Potensi Tanpa Batas: Anak-anak memiliki potensi yang tak terbatas. Mereka penuh dengan kreativitas, semangat, dan harapan. Dengan dukungan yang tepat, mereka dapat mencapai hal-hal yang luar biasa dan mengubah dunia.
- Memutus Rantai Siklus: Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang sulit seringkali terjebak dalam siklus kemiskinan, kekerasan, atau ketergantungan. Dengan memberikan mereka kesempatan untuk keluar dari siklus tersebut, kita dapat memutus rantai masalah sosial secara turun-temurun.
- Harapan untuk Masa Depan: Anak-anak adalah simbol harapan. Mereka mewakili masa depan yang lebih baik. Dengan menginvestasikan waktu, energi, dan sumber daya pada anak-anak, kita menunjukkan komitmen kita untuk membangun masa depan yang lebih cerah.

Ada harapan diletakan kepada anak-anak meskipun situasi yang dihadapi anak-anak saat ini yaitu anak-anak yang lahir tahun 2020 akan merasakan 7,7 kali lebih banyak gelombang panas dibanding yang dialami oleh kakek-nenek mereka. Tak hanya itu, anak-anak juga akan menghadapi 3,3 kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai serta 1,9 kali lebih banyak mengalami kekeringan.
Secara global, anak-anak yang lahir pada 2020 akan menghadapi 7% lebih banyak kebakaran hutan, 26% lebih banyak gagal panen, 31% lebih banyak kekeringan, 30% lebih banyak banjir sungai, dan 65% lebih banyak gelombang panas—jika pemanasan global dihentikan pada 1,5°C.
“Dampak krisis iklim ini juga tentunya dirasakan lebih buruk pada anak-anak yang hidup dalam lingkaran kemiskinan, hal ini disebabkan karena mereka sudah lebih dulu terpapar risiko yang jauh lebih besar tentang keterbatasan air, kelaparan, dan bahkan terancam menghadapi kematian karena kekurangan gizi.”

Terdapat persamaan antara anak-anak yang berasal dari keluarga homeless maupun anak-anak konflik bersenjata termasuk yang menjadi korban perang. Semua anak-anak itu membutuhkan penanganan khusus dan komprehensif. Ruang lingkup penanganan ini bisa sangat luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari kebutuhan dasar hingga dukungan psikologis. Beberapa hal yang mendasar adalah:
  • Pemenuhan Kebutuhan Dasar, seperti:
    - Makanan dan Nutrisi: Menjamin ketersediaan makanan bergizi untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.
    - Perumahan: Menyediakan tempat tinggal yang aman, bersih, dan layak untuk anak-anak dan keluarga mereka.
    - Kesehatan: Memberikan akses terhadap layanan kesehatan yang komprehensif, termasuk imunisasi, pengobatan penyakit, dan perawatan kesehatan mental.
    - Pendidikan: Memastikan anak-anak dapat mengakses pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan usia mereka.
  • Dukungan Psikologis, seperti:
    - Konseling: Menyediakan layanan konseling untuk membantu anak-anak mengatasi trauma, kecemasan, dan stres yang mereka alami.
    - Terapi bermain: Menggunakan terapi bermain sebagai alat untuk membantu anak-anak mengekspresikan emosi mereka dan memproses pengalaman traumatis.
    - Kelompok pendukung: Membentuk kelompok pendukung bagi anak-anak dan orang tua untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung.
  • Perlindungan Anak, seperti:
    - Mencegah eksploitasi: Melindungi anak-anak dari segala bentuk eksploitasi, termasuk kekerasan, pelecehan seksual, dan perdagangan anak.
    - Registrasi dan identifikasi: Mendaftarkan dan mengidentifikasi anak-anak untuk mencegah pemisahan keluarga dan memastikan mereka mendapatkan hak-hak mereka.
    - Reunifikasi keluarga: Membantu anak-anak yang terpisah dari keluarga mereka untuk bersatu kembali jika memungkinkan.
  • Pengembangan Keterampilan Hidup, seperti:
    - Keterampilan sosial: Membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain dan membangun hubungan yang sehat.
    - Keterampilan hidup sehari-hari: Mengajarkan anak-anak keterampilan hidup sehari-hari seperti memasak, membersihkan, dan mengelola uang.
  • Pencegahan dan Mitigasi Risiko, seperti:
    - Pencegahan kekerasan: Menerapkan program pencegahan kekerasan terhadap anak-anak.
    - Peningkatan kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melindungi anak-anak.
Perbedaan yang mencolok antara anak dari keluarga miskin terutama yang benar benar miskin sehingga menjadi homeless, tunawisma hingga gelandangan dengan anak yang menjadi konflik senjata antara lain:
  • Perbedaan trauma yang terjadi:
    - Anak konflik senjata: Anak-anak ini seringkali mengalami trauma yang mendalam akibat kekerasan, kehilangan orang yang dicintai, dan ketakutan yang berkepanjangan. Pendekatan yang perlu ditekankan adalah penyembuhan trauma, membangun rasa aman, dan membantu mereka memproses pengalaman traumatis.
    - Anak dari Keluarga Miskin: Anak-anak ini mungkin mengalami trauma karena ketidakstabilan hidup, kekurangan, dan stigma sosial. Fokusnya adalah membantu mereka membangun rasa percaya diri, harapan, dan mengatasi perasaan rendah diri.
  • Perbedaan kebutuhan dasar:
    - Anak Korban Konflik: Selain kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal, anak-anak ini mungkin membutuhkan perawatan medis khusus akibat cedera fisik atau psikologis.
    - Anak dari Keluarga Miskin: Kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak menjadi prioritas utama.
  • Perbedaan Lingkungan Sosial:
    - Anak Korban Konflik: Lingkungan sosial mereka seringkali hancur dan penuh ketidakpastian. Pendekatan yang perlu ditekankan adalah membangun kembali hubungan sosial dan komunitas.
    - Anak dari Keluarga Miskin: Lingkungan sosial mereka mungkin juga kurang mendukung, namun mereka mungkin memiliki jaringan keluarga atau komunitas yang lebih kuat.
  • Perbedaan Pendidikan:
    - Anak Korban Perang: Pendidikan formal mungkin terganggu akibat konflik. Fokusnya adalah memberikan pendidikan yang komprehensif, termasuk pendidikan emosional dan sosial.
    - Anak dari Keluarga Miskin: Akses terhadap pendidikan yang berkualitas mungkin terbatas. Fokusnya adalah memastikan mereka memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan mengembangkan potensi mereka.
  • Perbedaan hal yang sangat mendesak:
    - Anak Korban senjata membutuhkan terapi trauma, konseling kelompok, pendidikan yang aman dan stabil serta kegiatan rekreasi.
    - Anak dari Keluarga Miskin membutuhkan program bantuan sosial, Menyediakan makanan, pendidikan yang berkualitas dan program bimbingan belajar serta pengembangan keterampilan hidup.

Hal yang cukup berat bagi anak yang dilahirkan kegiatan prokreasi dan rekreasi tetapi karena situasi tertentu tidak dapat menikmati "hak anak atau Rights of the Child (CRC)" adalah bagaimana menjaga hati dalam perjalanan hidup di bumi. Raja Salomo mengatakan "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Amsal 4:23" Dalam menjaga hati karena hati manusia yang telah jatuh ke dalam dosa pada dasarnya adalah Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? (Yeremia 17:9) sehingga Amsal mencatat "Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal, tetapi siapa berlaku dengan bijak akan selamat."(Amsal 28:26). Situasi diperparah bila hidup dalam kondisi "dianggap tidak memihak dirinya". Bila tidak mampu menjaga hati "bersih dihadapan TUHAN" dengan mengigat Amsal 20:9 (Siapakah dapat berkata: "Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?) maka siklus yang terjadi dalam kehidupan orang tuanya diduga dapat terulang.

Siklus kemiskinan hingga mengalami "homeless, tunawisma atau menjadi gelandangan" bersifat lebih pribadi / individu dibandingkan jika masuk dalam siklus konflik bersenjata sebab bersifat publik dan dirasakan oleh orang banyak dalam wilayah tertentu tergantung luasnya konflik. Siklus konflik bersenjata yang cukup populer di tanah Jawa adalah kisah Ken Arok dan Ken Dedes yaitu terjadi saling balas melakukan pembunuhan yang bersifat perorangan. Jika terjadi pembunuhan yang bersifat kelompok tertentu maka berdampak lebih mengerikan dibandingkan terjadi saling balas membunuh yang bersifat pribadi. Anak-anak yang ada dalam kawasan konflik bersenjata baik yang ada di dalam negeri termasuk yang didatangkan dari luar negeri dengan pertimbangan tertentu bila keliru menanganinya dapat berpotensi menimbulkan konflik bersenjata yang lebih besar di masa depan. Hal hal yang diluar dugaan dan atau yang tidak diharapkan dapat terjadi dan tidak dapat dipastikan akan menjadi apa.

Yesus pernah mengatakan perumpamaan penabur yang dapat dilihat di Matius 13:18-23. Bila perumpamaan tersebut dikaitkan dengan usaha yang dilakukan oleh banyak pihak terhadap anak-anak dari kelompok homeless yang menghuni tempat hunian kumuh, tunawisma dan gelandangan dan juga anak-anak yang ada dikawasan konflik bersenjata dengan baik, benar dan tepat maka hasilnya tidak semuanya pasti sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam perumpamaan penabur hanya benih yang jatuh ditanah yang baik saja menghasilkan sesuatu yang selaras dengan harapan penabur. Seandainya dalam menangani anak-anak dari keluarga miskin dan atau anak-anak korban konflik perang dengan baik, benar dan tepat seperti misalnya:
- Kasih: Kedua kelompok anak-anak ini membutuhkan kasih yang tulus dan tanpa syarat.
- Keadilan: Anak-anak memiliki hak yang sama untuk hidup yang layak dan bermartabat.
- Pengampunan: Membantu anak-anak untuk memaafkan dan melepaskan diri dari kebencian.
- Harapan: Menanamkan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Tidak dapat dipastikan semua anak-anak itu dapat keluar dari siklus yang dialami oleh orang tuanya

Indonesia yang bukan sebagai negara peratifikasi Konvensi 1951 dan Protokol 1967 tentang Pengungsi maka kedatangan 1000 anak dari luar negeri yang diundang oleh negara berdampak timbulnya kewajiban yang "mendesak" terhadap anak di wilayah tertentu yang sepatutnya mendapatkan perhatian sebab jangan sampai fokus lebih tertuju terhadap anak-anak yang menjadi korban konflik bersenjata di luar negeri dibandingkan dengan mereka yang menjadi korban konflik bersenjata di dalam negeri sebab keutuhan berbangsa dan bernegara serta kedaulatan seluruh wilayah harus diperhatikan. Yang menentukan masa depan adalah kelompok anak-anak yang menjadi generasi penerus bukannya pendiri bangsa yang mungkin suatu saat hanya menjadi catatan sejarah sebab keputusan ada ditangan mereka yaitu anak-anak.

Suatu tantangan tersendiri bila memiliki perhatian yang serius terhadap anak-anak dari kalangan "homeless" dan anak yang ada di daerah konflik bersenjata. Bila pengasuhan anak homeless dan anak dari konflik bersenjata di dalam negeri dan di luar negeri berhasil dilakukan dengan baik maka masa depan Indonesia menjadi bangsa yang besar, kuat dan disegani dunia pasti terwujud terlebih-lebih diduga muncul harapan dari dunia Internasional agar meratifikasi konvensi 1951 dan protokol 1967 sebagai wujud tindak lanjut mengundang 1000 anak dari luar negeri agar hidup lebih baik.

Malaikat yang mewakili anak-anak di surga besar kemungkinan tidak ingin terulang peristiwa dalam Kejadian 4:24 yaitu "sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat." Anak yang hidup di bumi memiliki malaikat yang menginginkan agar dunia di masa depan yang berada ditangan anak-anak kecil sebagai generasi penerus tidak menjadi semakin buruk. Malaikat itu diduga berharap ada sejumlah orang dewasa yang dapat "menabur benih" sehingga anak-anak dapat diharapkan bertumbuh menjadi lebih baik keadaannya dan lebih bahagia dibanding generasi sebelumnya bahkan sehingga menjadi umat yang layak berdiam dengan puas dan berbahagia memandang wajah TUHAN YANG MULIA di KerajaanNya yang kekal pada waktunya. Anak-anak yang terlahir didunia banyak yang tidak dapat mengharapkan "hak sebagai anak" karena itu negara pun memiliki tanggung-jawab seperti terhadap anak-anak dari keluarga yang miskin dan dilahirkan di kawasan konflik.






Tulisan lainnya:
Yesus Dan Anak-Anak
Mendidik Anak Mengembangkan Potensi Anak
Anak Terlantar Dan Pertolongannya
Bullying Di Lingkungan Anak
Pemulihan Hati Bapa
Generasi Alpha Dan permasalahannya
Sibling Rivalry Dalam Alkitab
Sarana Dan Manfaat Bermain Bagi Anak
Mendidik Takut Tuhan


Share this

Random Posts

Label Mobile

biblika (84) budaya (47) dasar iman (100) Dogmatika (75) Hermeneutika (76) karakter (42) konseling (82) Lainnya (93) manajemen (68) pendidikan (59) peristiwa (71) Resensi buku (9) Sains (53) Sistimatika (71) sospol (65) spritualitas (92) tokoh alkitab (44) Video (9)